#1

31 5 0
                                    

   Rumah sederhana yang didominasi warna abu - abu  itu tampak menawan pada malam hari seperti hari - hari biasanya. Dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan permukaan piring kaca mengisi acara makan malam di rumah Dheni-------sang pemilik rumah. Tiga orang yang sedang duduk di kursinya masing - masing itu kini sama sekali tidak bersuara, mereka sedang fokus pada santapan makan malam masing - masing. Tegang, itulah satu kata yang dapat mendeskripsikan suasana di sana.
   Deira---istri dari sang pemilik rumah(Dheni), meminum jus jeruknya seteguk, lantas membuka dialog, "mama udah daftarin kamu, ujian masuknya besok jam-"
    BAM! Syakyla,---anak tunggal dari Dheni dan Deira, memukul meja lalu bangkit dari kursinya,"engga, aku nggak mau masuk pondok! Maunya masuk smp negeri biasa!"
    Syakyla Shintya, atau yang biasa dipanggil syakyla itu membantah ibunya sendiri. Karena ia tidak ingin disekolahkan di pondok pesantren. Sebab, dari kecil ia sudah bersekolah di sekolah negeri.
    "Syakyla! Mama itu susah payah cari duit banting tulang cuman buat biayain kamu untuk masuk sekolah yang bagus loh, harusnya tuh kamu bersyukur bisa masuk sekolah tinggi. Dan lagi, Mama tuh mondokin kamu di pesantren biar kamu bisa mandiri, pinter, solehah."ceramah Deira.
    "Iya Ma, Syakyla akan berubah, tapi jangan di pondokin ya."Syakyla bernego, matanya pun mulai berkaca - kaca, ia menahan air mata.
    "Mau berubah gimananya? Mama udah ngasih tau, tapi kamu masiiiiih aja ngeyel. Shalatnya bolong - bolonglah, kalo keluar rumah nggak pake jilbablah. Gimana nanti kalo kamu masuk sekolah negeri-"
    BAM! sekali lagi Syakyla memukul meja. Tetapi kini dengan penuh air mata yang menetes melewati pipinya.
    Ia berlari, menjauh dari tempat ia berada tadi menuju kamarnya. Syakyla memasuki kamarnya lalu melemparkan tubuhnya ke kasur."hiks..enggaaa..nggak mauuu...huuuu.."   

   Toktoktok.

Seseorang mengetuk pintu kamar syakyla,"ini Papa nak"yaitu Dheni, "Papa masuk ya."sambungnya, Dheni membuka pintu'krieet'
   Dheni berjalan melangkah menuju syakyla yang terlihat berada di atas kasurnya dengan seluruh tubuh diselimuti oleh selimut. Ia mendekati syakyla lalu duduk di tepi kasurnya,"nggak perlu sedih gitu, di pondok tuh sebenarnya enak kok, nggak seperti yang kamu bayangkan. Mama juga begitu karena Mama kamu tuh pengen punya anak yang sholehah yang bisa banggain orang tuanya dan bisa mendo'akannya. Coba bayangin, banyak orang-orang yang pengen bersekolah di sekolah yang bagus, tapi karena kondisinya mereka jadi tidak bisa mewujudkannya. Dan kamu harusnya bersyukur.."
   "Tapi.. aku kan belum siap, Pa" ujar syakyla di sela-sela isakannya.
   "Maka dari itu kamu harus siapin diri dari sekarang, coba ambil sisi positifnya deh, pikirkan untuk kedepannya.. pasti kamu bisa kok, anak Papa kan kuat!"
    Syakyla mengangguk dari dalam bungkusan selimutnya. 'benar, pikirkan untuk kedepannya, pikirkan sisi positifnya, Mama cuman pengen bahagiain aku dan demi masa depanku'
    "Kalau gitu, sekarang Papa kelur ya, yang semangat ujiannya besok!"Dheni bangkit. Lantas pergi keluar dari kamar syakyla. Lalu tersenyum tipis,'kamu pasti bisa nak'
    Tak lama setelah Dheni keluar. Syakyla lantas menegakkan tubuhnya lalu mulai melangkah mendekati meja belajarnya. Bener kata Papa, aku harus semangat untuk ujian masuknya besok.
   Syakyla mulai membuka-buka bukunya. Malam ini, ia menghabiskan malamnya dengan belajar untuk ujian masuk pesantren esok hari.

  
                                  • - •

   Toktoktok.

   "Syakyla, Bangun! Shalat subuh dulu."ucap Deira dari balik pintu kamar Syakyla
   "Um, iya Ma, ini uda bangun kok."
   Syakyla menguap. Ia duduk, lalu melangkah menuju letak kamar mandi berada.
   Pukul 08.24 am ia dan Deira sudah siap untuk berangkat menuju tempat ujian dilaksanakan.
    Dan di pukul 13.30 mereka telah tiba di rumah dengan membawa kabar gembira. Yaitu telah diloloskannya syakyla shintya atas kerja keras mengerjakan ujiannya dan telah diterimanya syakyla shintya sebagai santri pondok pesantren.
    Semuanya bahagia, termasuk syakyla. Hingga pada akhirnya hari itu pun telah tiba. Hari dimana perpisahan syakyla dengan kedua orang tua tercintanya.
   Air mata terus-menerus keluar dari mata Dheni, Deira, dan Syakyla. Pelukan hangat sebagai kenangan terakhir dan jabat tangan sebagai tanda perpisahan.

  Assalamu'alaikum Ma, Pa. Selamat tinggal, semoga kalian selalu sehat dan bahagia tanpaku di sisi kalian ...
  

  

Pesantren Ana . . .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang