Setelah menjalani perkuliahannya yang seperti biasa dihiasi oleh bisikan-bisikan dan lirikan tajam yang hanya membuat telinga dan kepalanya sakit. Renjun pergi ke Cafe untuk menjalani rutinitas barunya sebagai barista. Berkuliah dan bekerja sekaligus bukan suatu hal yang mudah, apalagi Renjun benar-benar baru mengalami hal ini. Tetapi ketika ia mengingat wajah keluarganya yang tersenyum hangat semua rasa lelah itu sekejab berkurang, bagai sihir yang mampu mengisi kembali energi Renjun.Malam harinya setelah selesai merapihkan Cafe dan menutupnya, Renjun pulang menggunakan bus terakhir hari itu yang akan berhenti di halte yang tak jauh dari apartemennya.
Saat melintasi gang yang gelap dan sepi untuk menuju apartemennya tiba-tiba saja dari arah belakang seseorang membekap hidung dan mulutnya dengan kain. Renjun berusaha untuk melepaskan diri, memukul dan menendang seseorang yang ada belakangnya tapi semua itu tak berarti karena tubuhnya yang perlahan mulai melemas dan pandangannya yang mulai buram, sampai mata cantik yang menyerupai rubah itu tertutup lalu kesadarannya yang menghilang.
Orang itu menyeret Renjun untuk masuk ke mobilnya sebelum ada orang lain yang melintasi jalan dan melihat aksi penculikannya. Mobil itu melaju membelah lalu lintas yang mulai sepi karena malam yang semakin larut, pergi menjauhi kota Seoul.
· · ──────── ·𖥸 · ──────── · ·
Renjun mengerjapkan matanya perlahan, rintihan pelan keluar dari belah bibir semerah cherry itu kala sakit menyerang kepalanya. Beberapa menit kemudian matanya sudah terbuka sempurna dan kesadarannya pun telah kembali Renjun melihat ke sekeliling ruangan. Ia berada di dalam sebuah gedung kosong atau lebih tepatnya gudang yang tak terpakai, karena banyak sekali barang yang sudah usang termakan usia juga hanya terdapat satu lampu gantung yang membuat minimnya cahaya di tempat itu.
Kaki dan tangan Renjun terikat, juga badannya yang diikat dikursi tempat ia duduk. 'Sial, dimana ini sebenarnya? Kenapa aku disini' pertanyaan itu hanya mampu terlontar didalam hati, tiada seorangpun disini. Renjun mencoba melepaskan diri tapi semakin dipaksa ikatan ini hanya akan semakin terasa kuat dan menyakiti kulitnya.
"Jangan dipaksa, itu tak akan terbuka. Kau hanya menyakiti dirimu sendiri." sebuah suara datang dari arah belakang tabung Renjun, ia merasa mengenali suara ini. Suara yang sangat memuakkan baginya. Saat orang tersebut sudah berada didepannya Renjun menatap sosok lelaki tegap dihadapannya ini, memunculkan tawa sarkas dan senyum miring terlukis dibibirnya. "Hanya pecundang yang menggunakan cara licik seperti ini." ujar Renjun dengan lantang dan menatap tajam Crishtian.
Dibuat semakin geram Christian mencengkram kuat dagu Renjun "Dengar ya jalang kecil, karena kau Jungwoo mempermalukan ku dilapangan tepat dihadapan orang banyak."
"Itu salahmu, akibat dari apa yang telah kau perbuat." jawab Renjun tanpa takut. Cristian mehentakan cengkraman nya membuat kepala Renjun tertoleh kesamping dengan cukup kasar.
"Berani juga kau, harusnya kau sadar posisimu. Disini bisa saja kau mati ditanganku." Crishtian menarik kuat rambut Renjun kebelakang membuat sang empunya merintih kesakitan, seolah kulit kepalanya akan terlepas saat itu juga. "Tapi bukan kah tidak seru kalau kau harus mati dengan mudah."
"Kau dengan Ayahmu sama liciknya, Ayahmu yang melakukan kejahatan tapi kalian justru melimpahkan kepada Ayahku." seolah tak gentar akan ancaman Crishtian, Renjun masih terus mengungkapkan apa yang selama ini tertahan di hatinya. Tawa Crishtian menggema diseluruh ruangan kosong itu, ia berjalan memutari Renjun dan berhenti tepat dibelakang tubung Renjun. Memegang pundaknya dan mendekatkan wajahnya ke arah telinga Renjun.
"Itu bukan licik manis, tapi cerdik. Ayahmu sudah tahu telalu banyak urusan Ayahku sehingga harus disingkirkan." bisik Crishtian tepat ditelinga Renjun. Renjun mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku jarinya memutih, ingin rasanya Renjun memukul wajah liciknya serta merobek mulut menjijikkan itu kalau saja tangan dan tubuhnya tidak terikat.
"Kalau gitu selamat menikmati hadiah terakhir dariku, manis." ucap Crishtian mengecup pipi lembut dan berisi milik Renjun lalu berjalan meninggal Renjun yang meraung memanggil namanya tak lupa dengan berbagai sumpah serapah yang diucapkannya. Setelah Crishtian pergi, tak lama datang lah sekelompok pria berbadan besar, mereka memakai topeng dan pakaian serba hitam.
Ada sekitar enam orang berjalan mendekati Renjun, dan kejadian tak terduga lainnya mereka mukuli Renjun setelah melepaskan ikatannya. Meski Renjun bisa berkelahi tapi melawan enam orang sekaligus yang mempunyai badan jauh lebih besar dari Renjun.
Sekuat apapun ia melawannya, pukulan dan tendangan yang ia terima jauh lebih kuat. Menghabiskan hampir seluruh energinya, wajah Renjun sudah babak belur dibuatnya, darah yang mengalir keluar dari mulutnya akibat tendangan diperutnya. Balok kayu juga tak luput menghantam punggung kecilnya, kepalanya sudah pusing sekali tapi ia tak bisa berakhir disini. Ada Chenle dan Mamanya yang menunggu kepulangannya, mereka pasti sangat khwatir. Membayangkan wajah mereka membuat bulir air mata keluar begitu saja dari matanya.
Renjun sudah jatuh tersungkur dilantai dingin gedung tersebut, tapi mereka terus saja menendang dan menginjak Renjun, darah semakin mengalir keluar dari mulut Renjun seiring siksaan yang ia terima. Renjun sudah tidak kuat lagi, badannya seolah remuk dan hancur.
Saat tubuhnya tak mampu lagi melawan, mata yang semakin sayu menandakan kesadarannya hampir direnggut, tangan Renjun kembali diikat lalu tubuhnya diseret ketempat pertambangan batu bara yang tak jauh dari gudang kosong tempatnya tadi disekap.
Renjun sudah pasrah entah apa yang akan menimpanya, jika ini memang akhir hidupnya ia hanya dapat berdo'a semoga Chenle, Mama dan Baba dapat mendapatkan hidup yang lebih layak, semoga mereka tetap bahagia dan mengikhlaskan kepergiannya. Saat pikirannya disibukkan dengan keluarganya, sebuah besi tajam dan dingin menembus perutnya. Menciptakan rasa sakit yang belum pernah Renjun rasakan sebelumnya, besi itu merobek habis kulit Renjun mungkin saja mengenai organnya, darah mengalir deras dari perutnya. Pria yang melakukan aksi penusukan pada Renjun mencabut paksa pisau tersebut membuat Renjun memuntahkan banyak darah. Renjun di lempar ke dalam danau buatan bekas lubang pertambangan batu bara.
Renjun tenggelam, mata sayunya melihat permukaan yang semakin lama semakin menjauh. Tubuhnya terombang-ambibg didalam air hingga gelap menyapanya. Hidupnya berakhir seperti ini ditangan orang licik yang hanya mementingkan dirinya sendiri, orang egois dan serakah yang hanya menginginkan harta dan tahta tanpa mau tau bahwa apa yang mereka lakukan telah merugikan orang lain.
"Halo boss, kami sudah membunuhnya" lapor pria yang tadi menyiksa dan menikam Renjun sebelum dilemparkan ke danau. "Hilangkan semua barang bukti yang tersisa" jawab seseorang diseberang sana "Baik boss."
· · ──────── ·𖥸 · ──────── · ·
Disaat yang bersamaan dilain tempat, lebih tepatnya di kediaman sederhana keluarga Huang, Wendy dan Chenle tengah khawatir menunggu kehadiran Renjun yang tak kunjung pulang selepas ia bekerja. Bahkan Shotaro, Sungchan dan Jungwoo tidak mengetahui keberadaan sahabat mungilnya itu, Cafe tempatnya bekerja juga sudah tutup dan tidak ada kehadiran Renjun disana.
· · ──────── ·𖥸 · ──────── · ·
To be Continue
Hai baik lagi aku 🙋
Gimana ceritanya? Bosenin ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
AMETHYST || {NoRen}
FantasyBerbuat baik tidak menjadi jaminan kita juga akan mendapatkan balasan yang baik pula, terkadang apa yang tidak kita harapkan bisa terjadi. Bertemu Lee Jeno adalah satu-satunya kejadian yang tak pernah Renjun bayangkan, entah itu keberuntungan atau k...