4. Bahagia?

3.9K 591 20
                                    

Kalani sudah turun dari motor hitam kepunyaan Dirgantara, dengan kedua tangan miliknya dipenuhi 3 kantong berisikan minuman seperti susu kotak, thai tea, chat time, beberapa dimsum dan roti, makanan ringan, juga banyak hal lainnya di dalam sana yang tidak mampu ia sebutkan satu persatu. Di atas motor, pria bernama Dirgantara sebagai pelaku ramainya tangan Kalani itu tertawa, memandangi betapa menggemaskannya gadis yang berada dihadapannya saat ini.

"Hahaha, lucu banget. Pacar siapa ini?"

Kalani mengerucutkan bibirnya, memandang wajah Dirgantara dengan perasaan yang bercampur aduk. Ini bukan pertama kalinya Kalani diperlakukan seperti itu oleh Dirgantara, dia ia masih saja mengalami culture shock dengan adegan seperti ini. "Aga ..."

"Apa, kecil?" Dirgantara lagi-lagi tertawa, masih memandang gemas wajah gadisnya itu.

"Ini banyak banget tau, Aga ... Aku kayak orang mau mudik ke Desa, terus dibawain makanan banyak banget sama orang rumah."

"Hahahaha, kenapa sih perumpamaan kamu tuh selalu lucu banget?" Dirgantara tertawa, membawa tubuhnya turun dari atas motor guna mendekati Kalani yang masih belum melepaskan helm dari kepalanya.

Setelah helm itu terlepas dan diletakkan di atas motor, tangan milik Dirgantara bergerak guna menangkup wajah gadisnya itu. Bola mata bulat milik keduanya bertemu, dengan ibu jari milik Dirgantara mengusap lembut pipi milik Kalani penuh cinta.

"Aku nyari uang ya buat mastiin kamu bahagia karena jadi kepunyaanku, Lan."

"Nanti semuanya dimakan, ya? Dikasih ke temen kamu juga gak apa-apa, takutnya gak habis terus mubazir." Dirgantara tersenyum, "aku beliin semua itu buat kamu, tapi bukan berarti kamu jadi gak makan nasi, ya? Nanti makan nasi, biar asa lambung kamu gak naik."

"Kalo emang nanti males makan nasi, bilang aku. Nanti aku jemput buat nemenin kamu cari makan, ya? Yang penting kamu makan, jangan enggak."

Kalani menganggukan kepala, dengan perasaannya yang dipenuhi oleh banyak sekali kehangatan di dalamnya. Sekali lagi, Kalani merasa beruntung.

"Gih masuk. Kalo ada apa-apa, kabarin aku, ya?"

"Kalo udah sampe rumah, kabarin aku ya, Ga?" Dirgantara tersenyum, dengan kepalanya sedikit bergerak sebagai perintah agar Kalani segera masuk ke dalam rumah.

Setelah itu Kalani hilang, masuk ke dalam rumah dengan netranya masih mencari sosok Dirgantara dibalik jendela rumah itu. Beberapa saat setelah sosok Dirgantara benar-benar memastikan bahwa gadisnya sudah aman di dalam sana, Dirgantara pun ikut beranjak untuk pulang, meninggalkan Kalani dengan hatinya yang bersorak-sorai bahagia.

"Assalamualaikum, Aga. Udah sampe?"

"Waalaikumsalam, kecil. Aku habis mandi, maaf ya baru angkat telfonnya," Dirgantara duduk di atas ranjang miliknya, sembari mengusak rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.

"Gak apa-apa, Aga." Keduanya hening beberapa saat, hingga suara gadis diseberang sana mulai memecah keheningan tersebut. "Aga, makasih ya buat hari ini. Makasih juga karena selalu ngajakin aku jalan-jalan setiap hari minggu, atau bahkan setiap aku butuh kamu disisi aku."

"Hahaha, sama-sama kecil. Kewajiban aku buat bikin kamu bahagia, 'kan?"

Kalani diseberang sana tersipu malu, dengan senyum yang masih merekah suara gadis itu kembali terdengar. "Aga,"

Kalani merafalkan nama itu sekali, dengan nada yang terdengar jauh lebih serius dari sebelumnya di telinga Dirgantara. "Iya, kecil?"

"Ga, kamu istirahat, ya? Aku tadi ngeliat kamu kayak lemes banget pas jalan sama aku. Kamu gak bobo ya kemarin?"

Dirgantara dan Kepulangan Publish Soon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang