3. Mie Kena Mental.

4.4K 683 15
                                    

Hari minggu adalah hari yang dinantikan oleh seluruh manusia untuk rehat barang sejenak dari hiruk-pikuk dunia, sama halnya dengan Bujang MieLer. Sosok Dika pagi itu dapat ditemukan sedang berdiri di dapur, bertemankan panci berisikan air di atas kompor yang menyala. Senandung lagu Dear God milik Avenged Sevenfold itu mengalun merdu dari bibir milik Dika, hingga akhirnya lantunan itu terhenti tatkala sudut matanya mampu menemukan sesosok pria tampan, duduk di meja makan bertemankan seekor kucing berwarna putih dengan corak abu-abu.

 Senandung lagu Dear God milik Avenged Sevenfold itu mengalun merdu dari bibir milik Dika, hingga akhirnya lantunan itu terhenti tatkala sudut matanya mampu menemukan sesosok pria tampan, duduk di meja makan bertemankan seekor kucing berwarna puti...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Dika menjauh dari kompor yang menyala, berjalan ke arah kamar Yudha dan Dirgantara yang berada tidak jauh dari dapur. Sosok Dirgantara ada disana, duduk di atas ranjang miliknya dengan kemeja hitam corak putih, celana jeans, juga kaos kaki hitam berada dikedua tangannya.

"Ga, itu di dapur temen lo, ya?" Dika berdiri di depan pintu kamar Dirgantara, dengan garpu berada ditangan kiri pria itu. Pria yang ditanyai oleh Dika itu mengangkat kepalanya, dengan kening yang berkerut. "Hah?"

"Enggak, Dik. Temen gua gak ada yang bilang mau ke kost'an sih, kenapa emangnya?"

"Ada cowok tuh di ruang makan, cuma gua enggak tau dia siapa. Gua kira temen lo."

Dirgantara berdiri, kemudian berjalan ke arah kamar mandi yang dipintunya tertutup. Dirgantara mengetuk pintu itu beberapa kali, hingga beberapa saat pintu terbuka dengan sosok Yudha yang menongolkan kepalanya dibalik pintu. "Kenapa?"

"Lo ada janji sama temen lo, gak? Itu di ruang makan ada cowok katanya."

Yudha menggelenggkan kepalanya cepat, "enggak, gua janjian sama temen gua di Cafe deket Kampus malahan, nggak di kost'an."

"Lo coba tanya dia langsung aja, Dik. Tanyain dia temen siapa." Suara Yudha kembali terdengar, sebelum akhirnya masuk kembali ke kamar mandi untuk mengusaikan acara mandinya yang belum selesai.

"Enggak ah, aneh tau gua liat anaknya. Serem."

"Aneh gimana?"

"Iya aneh. Ngobrol kok sama kucing." Tubuh Dika mulai berlalu, tatkala jawaban dari pertanyaannya belum terjawab, namun air yang ia siapkan untuk memasak mie sudah mendidih di atas kompor yang menyala.

Dika kembali ke dapur, memasak mie goreng yang sudah ia pastikan sebagai pemenang untuk sarapan diminggu paginya ini. 3 menit berlalu, tidak butuh lama untuk Dika memasak mie tersebut, hingga akhirnya tubuh milik Dika duduk dimeja makan yang berada diseberang pria asing tadi. Dua orang yang berada diruangan itu masih betah dengan hening yang tercipta, Dika yang disibukan dengan adukkan mie gorengnya, dan sosok pria asing tadi sibuk dengan kucing yang berada digenggamannya sedari tadi.

Dika baru usai membaca doa makan, sebelum akhirnya membuat mie menjadi satu dalam gulungan garpu yang berada ditangan kanan miliknya. Ketika mulut milik Dika terbuka hendak memakan mie tersebut, suara teriakan dan aksi mendadak dari pria diseberang sana mampu membuat piring yang berisikan mie dan garpu pada genggamannya terbang melayang jauh.

"KEMBALIKAN MAKANAN SAYA, ATAU KAMU SAYA LAHAP HIDUP-HIDUP!!!!" Pria diseberang sana berteriak dengan suara yang dibuat cukup berat, kucing yang sedari tadi berada digendongannya terangkat tinggi-tinggi. Lalu beberapa detik kemudian, kepala kucing itu ia bawa mendekat ke arah mulutnya, seolah-olah kucing tersebut akan ia santap hidup-hidup detik itu juga.

Dika yang masih dengan keterkejutannya itu langsung berdiri, lalu berlalu kencang ke arah kamar yang ditempati oleh Dirgantara dan Yudha, meninggalkan mie yang terkena mental itu dengan pria yang duduk dengan wajah penuh kebingungan ketika menyada...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dika yang masih dengan keterkejutannya itu langsung berdiri, lalu berlalu kencang ke arah kamar yang ditempati oleh Dirgantara dan Yudha, meninggalkan mie yang terkena mental itu dengan pria yang duduk dengan wajah penuh kebingungan ketika menyadari sosok Dika lari begitu saja setelah melihat aksinya beberapa saat yang lalu.

Teriakan milik Dika yang masuk dengan brutal ke arah kamar tersebut berhasil membuat Yudha dan Dirgantara yang baru saja hendak pergi keluar kamar ikut terkejut. Keduanya memandangi wajah pucat pasi milik Dika, dengan kepanikan yang tertera jelas di wajah keduanya.

"Kenapa, Dik? Ada apa?"

"YA ALLAH, ITU TEMEN SIAPA? SEREM BANGET ANJIRRRR." Suara Dika terdengar naik turun, membuat Yudha dan Dirgantara saling melempar pandang satu sama lain.

Yudha berlalu, mengambil sebotol air putih yang berada di atas nakas miliknya, kemudian menyodorkannya kepada Dika yang terduduk di atas ranjang milik Dirgantara. "Minum dulu, Dik."

Dengan tangan gemetar, Dika mengambil botol tersebut kemudian meneguk airnya secara perlahan. Yudha dan Dirgantara masih disana selama hampir 5 menit lamanya,, dengan Jare yang baru saja datang setelah menyelesaikan acara work out yang rutin ia lakukan setiap hari minggu. Ketiga manusia itu diam, menunggu Dika untuk jauh lebih tenang sebelum akhirnya menceritakan semua kejadian yang berhasil membuat dirinya sebegitu takut.

"Udah tenang? Udah bisa cerita?"

Dika mengangguk, kemudian menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya mulai menceritakan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu kepada 3 orang temannya itu. Belum selesai Dika menceritakan susunan tragedi mie kena mental itu, suara tawa pecah terdengar memenuhi kamar yang ditempati oleh Yudha dan Dirgantara tersebut. Ketiga manusia itu tertawa, membuat Dika yang ditertawakan langsung menekuk bibirnya sembari melemparkan beberapa kalimat umpatan.

Beriringan dengan suara tawa yang pecah, sosok Abim berdiri di tengah pintu dengan mengenggam sebotol air mineral dan kantung kresek disisi laimya. "Ada apaan, sih? Ngetawain apaan sampe heboh banget gitu?"

Dika berdiri dari duduknya, berjalan ke arah Abim dengan masih mempertahankan wajah julid miliknya. "Lo ada janji sama temen lo, ya?"

Abim menganggukan kepalanya, dengan senyum sumringah yang membuat Dika langsung mendekat dan memasukkan leher Abim ke dalam dekapan tangan miliknya. "Lo ngapain ngeginiin gua, sih?! Gua salah apaan anjirrrr?"

"Salah lo adalah, lo punya temen unik banget. Setaaaaan."

"Oh, temen gua udah dateng? Di mana?" Bukannya menanggapi kekesalan Dika dengan wajah bersalah, Abim malahan tersenyum dan memasang wajah polosnya sembari memandangi wajah Dika dari sudut mata miliknya.

"UDAH, kalo belum gua gak akan seheboh dan ngamuk gini."

"Oh, yaudah bagus." Kepala Abim dengan susah payah bergerak guna melirik wajah Dika dengan sudut matanya. Tangan pria itu bergerak bebas, menyentuh tangan Dika yang masih berada di lehernya itu. "Dik, gua mau nemuin temen gua, nih. Lepasin dong ini tangan lo. Sakit, anjir."

"Ya Allah, cobaan banget gua punya temen aneh bin ajaib begini."

Dika melepaskan tangannya dari leher milik Abim, kemudian mengelus dadanya sembari memandangi tubuh Abim yang berlalu ke arah dapur dengan langkah girang. Sedangkan di dalam kamar itu, suara milik ketiga temannya mengiringi ratapan kekesalan Dika tersebut.

"Harusnya dari awal gua sadar kalo itu tuh temen Abim. Setipe banget soalnya kalo perihal aneh dan uniknya."

"Ya Allah, sedih banget nasib mie gua ..."

*** 

Kalian kasian gak sih sama si Dika? t____t

Dirgantara dan Kepulangan Publish Soon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang