Malam, 19.30
Tok aba's house
Ruang makan
.
.
.
.
.Suasana makan malam kali ini terdengar riuh karena TTM berulah lagi dengan memperebutkan sebuah ayam goreng. Makan malam ini lebih istimewa karena kehadiran orang yang mereka sangat rindukan. Amato dan Mara yang kembali kebumi dan akan tinggal bersama kembali seperti dulu.
Mereka saling bercanda gurau melupakan insan yang sedari tadi diam membisu menundukkan pandangan mata. Memakan makanannya dengan tenang tanpa menghiraukan sekitar seakan menulikan pendengarannya.
Grakk..
"Loh..Gempa sudah selesai makannya?" tanya sang atok melihat cucu bungsunya bangkit dari duduknya.
"Iya tok! Gem sudah selesai." jawab Gempa
"Yasudah taruh saja piringnya di wastafel nanti atok cucikan."
"Ah.. iya tok terimakasih!"
Gempa pun berjalan menuju wastafel dan menaruh piring kotornya disitu. Setelah itu Gempa pergi menuju kamarnya meninggalkan suasana ramai penuh canda tawa dari keluarganya.
'sakit'
Gempa memegang dadanya yang terasa sesak. Dengan sekuat tenaga ia tahan agar air matanya tidak keluar.
Didalam kamar Gempa segera merebahkan tubuhnya keatas kasur dan mulai memejamkan matanya. Tanpa disadari terdapat setetes air mata yang lolos meluncur membasahi pipinya.
Malam itu Gempa menangis dalam diam agar tidak ada yang mendengarnya, meluapkan isi hati yang seakan ingin menjerit sekencang-kencangnya. Gempa menangis hingga terlelap begitu saja, hatinya yang sudah rapuh dibuat semakin rapuh dan berakhir hancur berkeping-keping.
Hancur sudah hatinya saat mendengar ayahnya tidak mengakuinya dan menganggap dirinya sebuah aib keluarga. Sungguh malang nasibmu nak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Skip...pagi hari ☀️
"Selamat pagi tok, hoamm..."
"Selamat pagi juga Gempa. Sudah solat nak?" Tanya tok aba sembari mengusap kepala Gempa yang dijawab dengan gumaman.
Gempa berjalan gontai kearah meja makan, tok aba yang melihat itu hanya terkekeh geli. Terkadang cucunya itu bisa menjadi lucu jika sudah berada dengan orang terdekatnya. Tapi jika dengan orang lain ia akan cenderung cuek dan tidak peduli.
Gempa yang nyawanya masih nyangkut diawang-awang tidak menyadari ada seseorang yang mendekat kearahnya. Sosok itu semakin mendekat lalu mengelus rambut Gempa dengan lembut.
Sontak membuat sang empu mengangkat wajahnya dan menemukan sang kakak bernetra hijau menatapnya hangat. Lalu ia mengambil tempat duduk disebelah sang adik tanpa melepaskan tangannya dari kepala Gempa.
"Loh tumben kak Thorn udah bangun? Biasanya kalo gak dibangunin gak bakal bangun."
"Hehehe sekali-sekali bangun pagi."
Gempa hanya mengangguk dan kembali meletakkan kepalanya keatas meja, sedangkan Thorn hanya terkekeh geli dengan kelakuan adik bungsunya itu.
Satu persatu penghuni rumah turun untuk sarapan bersama. Sama seperti makan malam kemarin suasana ricuh kecuali Gempa yang hanya makan dalam diam. Setelah selesai Gempa beranjak dari duduknya dan mencuci piring bekas makannya sendiri dan berjalan menuju kekamarnya.
Diruang makan semua kakaknya menatap sendu kearah Gempa yang sudah menghilang dibalik tangga. Begitupun sang ibu yang tertunduk sedih menatap makanannya. Mara merasa gagal menjadi seorang ibu bagi anaknya karena tidak bisa merubah pikiran sang suami terhadap anak bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
°°°Sang Penguasa Element Kristal°°°
Short StoryKehilangan seseorang yang paling disayang sangatlah menyakitkan. Apalagi jika penyebabnya pergi karena melindungimu yang saat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Penyesalan selalu datang disaat-saat terakhir. Hari hari mu dipenuhi oleh rasa menyesal tan...