Prolog

22 2 2
                                    

Happy reading sob! 👋
Jangan lupa vote and likenya, nanggung kalau gak follow, oke thanks.
One,, two,,, three,,, gooo..
.
.
.
.
.
.
.

Dering telpon membangunkan gadis manis dari mimpi indahnya. Sinar mentari menembus sela sela gorden membuat mata terpaksa untuk terbuka. Mengingat aktivitas hari ini yang begitu padat, ia lebih memilih memejamkan mata lima menit lagi. Belum sampai lima menit, handphonenya berdering.

Chayara mencari ponsel sambil meraba raba nakasnya. Ia lupa, ternyata ponselnya ia letakkan diatas meja belajar. Ia mengambil benda pipih tersebut kemudian menempelkan sidik jarinya untuk membuka kunci layar.

Dua panggilan tak terjawab. Ternyata sejak tadi ia di telpon oleh temannya.
"Kenapa Lia nelfon pagi pagi gini? Coba gw telpon lagi kali ya."

Tuutt Tuutt Tutt....
Memanggil Lia
"Halo, Li ada apa lo nelpon pagi pagi gini?."

"Astaga Chay, uda jam tujuh kurang lima belas menit ini, katanya lo mau jemput gw!."

"Yang bener lo Li? gw lupaaaa." Chayara lupa jika hari ini ia harus menjemput Lia. Namun skrng ia malah bangun kesiangan.

"Buruan mandi sana!"

"Oke oke, tunggu bentar ya."
Panggilan diakhiri.

Chayara bergegas mandi dan bersiap siap kesekolah karena takut diomeli oleh temannya.

Sepuluh menit bersiap siap, mungkin waktu segitu cukup untuk Chayara bersiap siap, tapi beberapa buku tidak terbawa, atribut sekolah tidak lengkap, tapi yang penting dirinya sudah terlihat cantik.

"Chayara berangkat kak." Chayara berlari menuruni tangga dan hanya meyapa Davin dari jauh.

"Hati hati Chay!, kebiasaan anak satu ini, suka buru buru kalau berangkat." kata Davin yang sedang menyiapkan bekalnya.

Chayara segera mengeluarkan motornya dari garasi dan bergegas menuju rumah Lia yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Lima menit perjalanan kerumah Lia, Chayara sudah di sambut dengan raut wajah seram dari Lia di depan gerbang rumahnya. "Mampus deh gw kena omelan Lia bentar lagi."

"Lama bener lo? ngapain aja?" Tanya Lia dengan nada marah. Sebenarnya Lia sudah terbiasa terlambat sekolah, siapa lagi kalau bukan gara gara si lemot ini. Mereka berdua sudah menjadi layanan Pak Sugi, satpam sekolah. Lia marah karena sedang berusaha mengajak temannya untuk tidak terlambat kali ini.

"Eee, ini gw tad-" belum genap Chayara memberi alasan sudah dipotong oleh Lia.

"Udah udah, ayo buruan berangkat, gw gak butuh penjelasan dari lo, keburu telat." Lia segera memakai helmnya kemudian duduk di belakang Chayara. Siap untuk berangkat.

"Ngebut ni?" tanya Chayara.

"Lo mau cari mati?" jawab Lia.

"Enggak si hehe."

"Buruan jalan! keburu Pak Sugi nutup gerbang.

" Siap, pegangan yang kencang." Chayara membenahkan helm dan posisi duduknya, seperti orang sedang balap motor.

Chayara mempercepat laju motornya, lima menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Ternyata waktu lima menit tak cukup untuk mereka sampai di sekolah. Sepertinya Pak Sugi, sudah menutup pintu gerbangnya.

"Eeiittss... tunggu pak jangan ditutup dulu." ujar Chayara saat berhenti tepat didepan gerbang sekolah dan melihat Pak Sugi sudah menarik gerbangnya.

"Kalian telat, bel masuk udah bunyi satu menit yang lalu, dari mana aja kalian?" jawab Pak Sugi.

"Yaampun pak, kan masih telat semenit, bukain lah pak, bapak gak kasian sama kita? kita tadi hampir kecelakaan lo pak, untung saja masalahnya tidak diperpanjang sama sopir truknya, itu yang bikin kita telat pak." Lia mencari cari alasan agar di buka kan gerbang oleh Pak Sugi.

"Yang bener kamu Li?" tanya Pak Sugi.

"Beneran pak, kalo gak percaya saya panggilin nih sopir truknya." jawab Chayara meyakinkan Pak Sugi.
"Ah, sudah sudah, gak perlu di panggil sopir truknya, lain kali kalau berkendara itu hati hati, ya sudah sana masuk. Ini terakhir kalinya ya saya lolosin kamu, jangan bilang kepala sekolah saya nanti bisa dipecat, kalau di pecat kalian gak bisa masuk saat telat lagi." Pak Sugi membukakan gerbang untuk mereka berdua.

"Wah, jangan dong pak, kita jaga mulut, oke?!" jawab Chayara sambil senyum senyum memasuki gerbang.

"Huh, ada ada aja anak jaman sekarang." Pak Sugi geleng geleng kepala.

Sepanjang koridor sekolah, masih belum ada guru yang masuk kelas sama sekali, pikir Lia di kelasnya juga masih belum ada guru.

"Kok belum ada guru yang masuk ya Chay."

"Bagus dong Li, pelajaran pertama kita kan sejarah, males banget gw ketemu sama Bu Erna, serem mukanya, apa lagi lihat penggarisnya, ih ngeri"

"Iya juga sih Chay." belum selesai mereka berbicara, mereka melihat Bu Erna dari jauh sedang berjalan menuju kelas mereka sambil membawa buku dan penggaris kayunya dengan lipstik merah yang menambah nuansa garang di wajahnya. Itu ciri khas dari Bu Erna.

"Bu Erna Li, jangan samapai keduluan Bu Erna masuk kelas." Lia dan Chayara berlari menuju kelas di tengah heningnya kooridor sekolah. Tak bisa mengelak, mereka tertangkanp mata oleh Bu Erna.

"Lia, Ara, mau kemana kalian?" para guru terbiasa memanggil Chayara dengan panggilan Ara, mungkin karena terlalu panjang. Bu Erna mendadak memanggil mereka berdua. Sepertinya Bu Erna tau bahwa mereka datang terlambat.

"Eh, ini bu kita habis dari perpustakaan, ya kan Li?" mereka kembali berbohong demi keselamatannya dari penggaris kayu khas Bu Erna.

"Bukannya bel masuk udah bunyi dua menit yang lalu ya?"

"I-iya bu, kita kan mau jadi anak kutu buku gitu." jawab Lia sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh, gitu ya, kalau gitu bantu saya bawa tugas anak anak ini, ayo." benar saja mereka terhindar dari penggaris kayu, tapi mereka harus menerima membawakan buku tugas satu kelas.

"Baik bu."

Lia dan Chayara berjalan mengikuti Bu Erna sambil membawa beberapa tumpukan buku. Demi terhindar dari maut penggaris kayu Bu Erna, mereka rela membawa beberapa tumpukan buku tugas. "Gak papa lah, dari pada kena penggaris kayu ya kan?" bisik Chayara pada Lia.

"Ngomong apa kamu tadi Ra?." Bu Erna sepertinya mendengar apa yang dikatakan Chayara.

"Eh, engga bu, ini lho Bu Erna hari ini cantik banget." Chayara mengalihkan pembicaraan.

"Oh, makasih ya." Bu Erna meneruskan jalannya sambil memincingkan bibirnya. Sepertinya ia mendengar apa yang dikatakan Chayara.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang