Chayara, gadis cantik dari keluarga terpandang namun sedikit tidak dianggap oleh kedua orang tuanya. Ia hanya tinggal bersama kakak laki lakinya dan beberapa pembantu di rumahnya.
Orang tua Chayara menitipkan kedua anaknya pada adiknya, atau tante Chayara selama ditinggal keluar negri. Namun Chayara dan Devan tak pernah menghiraukan tantenya. Perhatian yang diberikan tantenya tak cukup untuk mereka berdua. Sampai akhirnya tantenya lebih memilih pergi karena tak dianggap di rumah Chayara. Karena sebenarnya tante Chayara hanya mengharapkan harta yang diberikan oleh kakanya.
Kesedihan Chayara kini sudah hilang, mereka sudah terbiasa dengan kehidupan tanpa kasih sayang dari orang tuanya. Hanya karena harta mereka kehilangan kasih sayang. Papanya hanya mengirimkan uang, mereka hanya perlu tau kabar kalau kita masih hidup. Chayara sakit pun mereka hanya mingirimkan uang saja. Menelpon sekedar bertukar kabar pun jarang, bahkan tak pernah.
Amalia, gadis yang kerap dipanggil Lia ini adalah teman dekat Chayara sejak SMP. Lia yang selalu mengerti akan perasaan Chayara, membuat ia nyaman disamping Lia. Lia lah yang menuntun Chayara hingga kondisi saat ini. Mulai dari Chayara yang suka nangis, egois, manja, sampai menjadi sosok Chayara yang mandiri dan lebih dewasa. Tapi bukan berarti Lia tak memiliki konflik dalam hidupnya. Ia memiliki kisah yang suram juga.
Lia ditinggal meninggal oleh ibunya saat usianya tiga belas tahun. Ibunya meninggal karena serangan jantung yang tiba tiba menyerang saat jam kerja. Sepertinya ibunya merahasiakan tentang penyakitnya, karena Lia selama ini tak tau jika ibunya memiliki penyakit jantungn. Sekarang ia tinggal mandiri bersama ayahnya. Sejak kedatangan Chayara, keluarga Lia tak pernah kesepian, karena Chayara sering pergi dan menginap dirumah Lia.
+++
"Ke kantin yuk Li, laper gw belum sarapan." Chayara mengajak Lia ke kantin karena ia belum sempat sarapan tadi pagi.
"Yaudah ayo, sebenernya gw males sih, tapi karna gw baik, jadi gw turutin mau lo." jawab Lia memasukkan ponselnya di saku roknya.
Mereka berjalan berdua menuju kantin sambil berbincang bincang, tertawa, sambil menatap sinis para adek kelas yang mereka lewati. Ditengah perjalanan menuju kantin, Chayara tak sengaja menabrak seseorang didepannya. Laki laki itu membalik badanya dan menatap Chayara dengan menyeramkan. Laki laki itu membenahkan tali tasnya di salah satu bahunya dan menatap lamat Chayara.
"Eh, sorry gw gak sengaja." Chayara meminta maaf.
"Lain kali kalau jalan kacamata hitamnya dipakai, malu kalau udah punya mata sama kaki tapi masih nabrakin orang.." laki laki itu menjawab dingin dan langsung meninggalkan Chayara dan Lia. Lia memandang punggung laki laki itu hingga tak terlihat.
"Eh, sembarangan lu kalo ngomong, mata gw masih sehat, udah untung ya gw mau minta maaf, awas aja lo." ujar Chayara tak terima. Pandangan berapa siswa tertuju pada mereka berdua.
"Udah Chay, gak usah diurusin cowok kaya gitu." Lia mencoba menenangkan Chayara sebelum emosinya membludak. Ia sudah menduga bahwa Chayara akan mengomel ngomel meskipun lawan bicaranya laki laki.
"Udah, lo gak ada takut takutnya ya. Ntar lo ditawur sama geng nya baru tau rasa." ujar Lia. Karena tak ingin memperpanjang masalah, Chayara melanjutkan jalannya ke kantin.
Sampai di kantin, Chayara dan Lia duduk didepan bangku tukang bakso. Makanan favorit mereka, bakso Bang Cahyo. "Bang, bakso dua ya, sama teh angat, kayak biasanya." Chayara memesan untuk Lia dan dirinya.
"Oke, tunggu ya neng." jawab abang bakso.
Tidak terlalu lama mereka menunggu, bakso yang di pesan sudah datang. "Ini pesanan kalian. Kemarin kemana aja, kok tumben gak beli bakso." karena terlalu seling membeli bakso disini, dan hampir setiap hari, sampai ditanya kalau mereka absen tidak membeli bakso.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionPersahabatan dua gadis manis dengan latar belakang yang berbeda beda. Chayara yang dihancurkan oleh kedua orang tuanya, seketika bangkit sejak bertemu dengan seorang anak yatim yang manis, Lia. Kehidupan Chayara tak selamanya indah dan tak selam...