Bab1

687 7 2
                                    

Suara rintik hujan menemani seorang wanita yang tengah melamun memikirkan kejadian tadi siang di saat keluarganya berkumpul dan membicarakan pernikahannya. Bagaimana mungkin mereka bisa memutuskan sepihak kalau gadis itu akan menikah di waktu yang dekat. Pacar saja tidak punya. Ya dia itu jombi alias jomblo abadi. Sebut saja namanya Hana Auristela, sang tokoh utama dalam cerita usang ini.

Rintik hujan semakin deras dan udara semakin dingin tapi ia masih betah berada di balkon kamarnya, hingga suara panggilan menyeru namanya.

"Hana" panggil seorang gadis remaja yang baru masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi.

"Kebiasaan deh, masuk kamar orang gak permisi dulu" sahut jengkel Hana pada adiknya, Gina.

"Sorry, lain kali aku bakal ketuk pintu dulu" Gadis itu berjalan anggun menghampiri Hana.

"Sana keluar ulangin lagi yang benar" titah Hana.

"Mager, lagian udah di sini masa ngulang lagi. Capek Mak"

"Serah, kamu mau apa ke kamar kakak?"

"Aku mau ngasih selamat, akhirnya Kakakku tercinta gak jadi jombi lagi" Mata Gina berbinar-binar, senang karena kakaknya akhirnya akan menikah juga dan melepas masa lajangnya.

"Maksud kamu apa? Kamu ngeledek kakak, mau bilang kakak gak laku dan sekali nya ada yang mau sama kakak itu karena perjodohan" Sulut Hana, emosinya tidak bisa di tahan lagi. Dia memang menantikan seorang lelaki di dalam hidupnya tapi ia tidak mau menikah karena perjodohan. Ia takut nasib pernikahannya kandas seperti pernikahan sepupunya yang berlandaskan perjodohan. Di tambah ia juga trauma akan masa lalunya yang dikhianati oleh cinta pertamanya. Semenjak putus dari pacarnya Hana tidak pernah membuka hatinya untuk siapapun, di tambah lagi ia sangat sibuk bekerja jadi ia tidak sempat mengenal lelaki di dalam hidupnya.

"Gak gitu maksud aku, aku cuma..."

"Cuma apa hah, pergi dari kamar kakak sekarang" mendengar penuturan Hana, gadis itu langsung pergi dari sana sedangkan Hana mengepalkan tangannya dengan mata yang mulai memanas.

"Aku gak mau di jodohkan, aku bakal cari sendiri calon suami ku" tekad Hana. Enak saja mereka mau menjodohkannya, ini jaman modern bukan jamannya siti nurbayan. Lagi pula Hana memiliki tipe dan selera yang tinggi. Bagaimana jika pria pilihan orang tuanya tidak sesuai tipenya, bahkan lebih parah jika pria itu duda beranak atau mungkin...

Tidak! Jangan di teruskan, itu akan membuat pikirannya kacau lebih baik sekarang ia tidur dan besok ia bicara lagi dengan orang tuanya.

•••

Pagi hari yang begitu cerah harusnya terasa hangat, bukannya terasa menegangkan dan sepi. Begitu Hana menuruni anak tangga ia celingak-celinguk tidak ada siapapun kecuali adik yang selalu membuatnya kesal, Gino. Hana menghampiri Gino yang sedang asik menonton tv sambil menyantap bubur sebagai menu sarapannya.

"Mamih kemana?"

Gino menoleh untuk menatap siapa lawan bicaranya.

"Lagi membasmi kejahatan bersama wonder women" jawabnya asal, lalu di hadiahi bantal sopa yang mengenai kepalanya, membuat cowok itu pingsan. Tidak, sebenarnya Gino tidak pingsan itu hanya keinginnan Hana saja. Abis adeknya ngeselin.

Gino berdecak kesal, "Apaan sih kak"

"Lagian kakak nanya serius, mamih mana?"

"Belanja ke pasar sama Gina" kata Gino memberitahu lantas ia kembali menyantap sarapannya yang tertunda.

Syukurlah ternyata mamanya sedang tidak ada di rumah, itu artinya ia bisa pergi dari rumah untuk menghindari pertemuannya dengan lelaki yang akan di jodohkan dengannya.

"Jangan coba-coba buat pergi, mamih bilang hari ini kakak gak boleh kemana-mana" Ucap Gino memperingati, membuat Hana mencebik. Mamahnya sudah pasti menyuruh Gino untuk mengawasinya karena biasanya cowok itu minggu pagi masih betah berada di kamarnya sampai siang. Tidur sehabis begadang main game.

"Kakak gak bakal pergi, kakak cuma mau kedepan nyiram bunga" alibi Hana.

"Iya abis nyiram bunga langsung pergi" tebak Gino tepat sasaran. Cowok itu tau saja kalau hana memang berencana pergi untuk menghindari pertemuannya dengan orang yang hendak di jodohkan dengannya.

"Kakak gak bakal pergi, liat kakak gak bawa tas dan kakak cuma pakai piyama, mana mungkin kakak bisa pergi dengan penampilan seperti ini" ucap Hana meyakinkan adiknya sekali lagi.

"Aku gak bodoh, mau kakak bawa tas atau enggak, pakai pakian apapun juga gak ngaruh. Kakak punya semuanya di rumah kakak"

"masa kakak pulang ke rumah jalan kaki sementara hp, dompet, semuanya ada di tas" ucap Hana baru ke pikiran kalau ia tidak bisa ke rumahnya. Tapi terserahlah apapun yang terjadi Hana harus pergi dari rumah orang tuanya untuk menghindari perjodohannya.

"Bisa aja kakak minjen duit ke tetangga" tuduh Gino enteng membuat Hana sedikit kesal.

"Tetangga mana yang mau minjemin duit ke kakak, kenal aja enggak" Kata Hana. Jujur saja Hana memang tidak mengenal tetangganya karena Hana jarang bergaul. Teman Hana pun hanya sedikit, itu pun tidak terlalu dekat.

"Tapi kakak bisa aja nelpon temen buat jemput sebelum keluar kamar"

Mendengar itu Hana mencebik, "Terserah, mulut kamu tuh kayak cewek. Heran kembaran kamu aja gak gini"

"Kan aku niruin kakak" Ucap Gino bangga karena bisa meniru kakaknya.

"Lah kok kakak, perasan kakak gak gini-gini amat" sangkal Hana. Bukan salah Gino ngomong seperti itu karena dari semua anggota keluarga memang Hana yang cerewet dan memiliki banyak alasan. Jadi gak heran kalau ia suka di panggil Mak oleh teman-temannya maupun adiknya.

"Itu mah perasaan kakak, perasaan aku mah beda. Ygy" Gino tersenyum dengan menaik turunkan alisnya yang terlihat menyebalkan di mata Hana.

"Iya beda, embe sama kuda" kata Hana seraya melenggang pergi utuk kembali kekamarnya sebelum ia di buat kesal oleh adiknya itu. Niatnya untuk menyiram bunga dan pergi ia lupakan karena yang harus hana lakukan sekarang adalah berpikir bagaimana caranya perjodohannya batal.

"Lah, cabut. Mau kemana?" Tanya Gino.

"Ke kutub" jawab Hana asal.

"Ngapain?"

"Nyari serigala"

"Emang di kutub ada serigala" tanya Gino heran.

"Ada, entar kakak suruh serigalanya ke sini buat terkam kamu"

"Metong dong eyke"

About H : Let's Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang