Iya. Si bedebah yang kemarin di Mall sama ceweknya.
Malam ini dia masih pakai kaos polo, cuma beda warna aja.
Tapi ngapain dah tu orang disini? Apa rumahnya deket sini? Atau dia emang sering ngopi disini kalo malem? Soalnya ini kan pertama kali gue ngopi malem malem disini.
Tapi dari penampilannya sih gak menunjukkan kalau dia kesini cuma buat ngopi santuy.
Lebih ke kayak orang mau berangkat kerja. Hah? Jangan jangan dia kerja disini juga?
Tapi nggak mungkin. Dua tahun gue kerja disini dan gak pernah sekalipun ngelihat muka Si Kampret ini dipabrik.
Apa dia karyawan baru? Please jangan. Gue gak mau punya temen kerja yang komuknya nyebelin kayak Si Begeng ini.
Eh, btw apa dia udah puas kemaren ngrebut tas yang mau gue beli itu ya? Ceweknya pasti seneng bisa punya tas manis yang harusnya dimiliki Yesa itu.
Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk dipikiran gue.
Sampai pesanannya datang. Es kopi item.
Dia masih tidak menyadari keberadaan gue karna walaupun kita hadap hadapan, jarak kita agak jauh dan gue juga menutup kepala gue pake kupluk hoodie.
Tapi misalpun iya dia ngelihat gue, dia masih inget gak ya kejadian kemarin? Gue jadi penasaran.
Dia mengangkat gelasnya dan mengarahkan bibir gelas kemulutnya. Diminumlah es kopi item itu. Ada satu hal yang mengganjal, dia lupa mengaduknya. Anjrit sedetail itu gue merhatiin.
Meskipun gue mengamatinya dengan rasa benci, tapi perlu diakui bahwa bibirnya lebih sexy dari bibir gue. Beneran. Gue kan objektif dan fair orangnya. Gue gak malu mengakui kelebihan orang lain.
Tanpa gue sadari rokok yang gue pegang udah tinggal seperempat.
Gue speed up isepan gue dan beranjak dari tempat duduk untuk segera bayar ke Mbak Ana.
Pabrik tempat gue kerja ada diseberang jalan dari arah parkiran, yang mengharuskan karyawan untuk melewati Jembatan Penyeberangan Orang.
Tapi orang orang pada males, termasuk gue. Kita lebih memilih untuk nyelonong langsung dari bawah.
Gak tau kenapa malam ini kendaraan lewat gak ada putusnya. Dua menit gue abisin cuma buat berdiri nunggu motor mobil sepi tapi gak sepi sepi. Bangsat.
Terpaksa gue balik arah dan menuju tangga JPO.
Cape juga naikin tangga yang gak seberapa.
Sampai pada pertengahan jembatan gue merasa ada bayangan manusia lain yang mengikuti.
Padahal kayaknya gue karyawan terakhir yang jalan dari parkiran. Sepertinya mustahil kalo ada yang lebih telat dari gue.
Satu satunya manusia yang belum meninggalkan area parkir setelah gue adalah Si Kucrut kaos polo tadi.
Gue sengaja memperlambat jalan, tapi bayangan manusia itu tak kunjung mendahului.
Bukan apa apa. Kalau ada karyawan yang lebih telat dari gue kan agak gak enak rasanya.
Enggak, bukan. Itu cuma membual. Alasan sebenarnya adalah gue penasaran siapa dia.
Gue memutuskan untuk memberhentikan langkah dan pura pura untuk mengikat tali sepatu.
"Kalo mau berhenti, jangan ditengah."
Gue melongo untuk yang kedua kalinya. Yap, suara yang sama persis seperti suara kemarin yang memohon mohon untuk memberikan sebuah string bag ke pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWANDARU
Teen FictionCerita BL yang mengisahkan Gustya, seorang cowok heterosexual yang takluk ditangan laki-laki dingin bernama Daru. Cinta memang aneh. Jadi, mari kita simak kisahnya. Gus