prolog

4 0 2
                                    

Acclira viona maxio. Siswa SMA kelas akhir yang sedang sibuk dengan ujian akhirnya dan utbk-utbk yang menanti.

Acclira sedang mendudukkan diri di kasur queen-size nya. Ada hal yang memenuhi pikirannya sejak tadi, ucapan sang ayah ketika makan malam.

"ayah izinin kamu, bebasin kamu buat main. Tapi ayah gak ada izinin kamu buat main ke tempat begituan" sang ayah berujar dengan tenang, tetapi terselip amarah didalamnya.

Memang malam sebelumnya Acclira terciduk oleh salah satu karyawan ayahnya di salah satu club di kawasan jakarta selatan. Tentu saja hal tersebut dilaporkan kepada Lemuel Maxio, ayah Acclira. Walaupun yang Acclira lakukan hanya melepas penat dengan berdansa di dance floor. Sama sekali tidak mencicipi minuman beralkohol tersebut.

"ayah gak tau harus kayak gimana lagi jagain kamu" Acclira hanya bisa menunduk sambil mendengarkan. Lina, bunda Acclira pun sama halnya, hanya bisa menyimak.

"keras kepala banget kamu kak"

"sama kayak ayah" dengan ngocol Acclira menyambar ucapan ayahnya.

"astaghfirullah kamu itu kak" Lemuel sampai ngucap.

"abang kamu sama adik kamu gak gitu tuh" sambung Lemuel.

"ini kok punya anak cewek satu aja bandelnya gak ketulungan"

"parah banget si ayah mah" protes Acclira menggerutu.

"lah emang bener kan" ujar Lemuel kembali membuat Acclira mencebik.

"kamu kan bentar lagi lulus. Pokoknya harus mau sama anaknya temen ayah" ujar Lemuel memaksa. Acclira sudah tahu siapa yang ayahnya maksud. Seringkali ketika pertemuan antar teman bisnis ayahnya, Acclira selalu dijodohkan dengan anak teman Lemuel, Aveto Rakasha.

Padahal sudah cukup jelas Acclira menunjukkan rasa ketidaksukaannya ketika dijodoh-jodohkan oleh orangtuanya dengan anak om Veto tersebut. Arsyaka Geraldy Rakasha namanya.

"apaan si yah, gak mau aku sama dia" protes Acclira.

"kenapa gak mau? Padahal baik anaknya, sopan, pinter" ujar Lemuel memuji-muji lelaki bernama Arsyaka itu.

"ganteng tau kak, banget malah. Tinggi juga. Kaya, jangan ditanya. Kamu maunya gitu kan?" timpal Lina berusaha meyakinkan anak perempuan satu-satunya itu.

"bukan gitu maksudnya yah, bun" kesal Acclira.

"au ah gelap" kemudian Ia melengos pergi menaiki tangga, menuju kamarnya yang bertempat di lantai tiga rumah ini.

"viooo bodoh banget si lo..." Acclira bergumam geram.

"kena kam lo. Mampus"

"bego bego bego" masih menyesali perbuatannya malam lalu.

Tbc...

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang