Tidak terasa sudah 1 bulan Shafira kembali beraktivitas di dalam lingkungan pesantren dan 3 hari terakhir ini Shafira tidur di kamar asrama karena ada tugas yang harus dia kerjakan bersama kedua sahabatnya.
Sekarang Shafira sedang perjalanan menuju ndalem dari gerbang depan, tadi Rafa mampir sebentar untuk mengantar barang Shafira yang dulu dia beli online tapi baru datang dan Rafa juga membawa kue buat uma Zainab sama abah Haykal.
Rafa sekalian ada kerjaan yang harus di urus di kota ini dan memutuskan buat mampir sebentar untuk bertemu dengan adik perempuannya.
"Ada tamu ya?" Tanya Shafira saat melihat sendal banyak di depan ndalem dan ada 1 mobil juga yang terparkir rapi.
Akhirnya Shafira memutuskan masuk lewat pintu belakang yang terbuka.
"Assalamualaikum," salam Shafira dan ternyata tidak ada orang di dapur.
Shafira meletakkan barang bawaannya di atas meja makan dan melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.
"Siapa yang datang?" Tanya Shafira pada dirinya sendiri.
Langkah kaki Shafira terhenti saat dia sampai di dekat dinding pembatas ruang keluarga dan ruang tamu.
"Bagaimana Gus Nabil, apakah kamu mau menikahi putri saya?" Tanya seorang laki-laki yang Shafira tebak usianya sama dengan abah Haykal.
Hati Shafira terasa sangat sakit saat mendengar pertanyaan itu, dia tidak bisa apa-apa karena selain diam berdiri di balik dinding pembatas.
"Maaf habib, saya belum bisa menjawab pertanyaan itu," kata Gus Nabil.
"Sudah satu bulan Gus, apa belum menemukan jawabannya juga?" Tanya orang yang Gus Nabil panggil habib.
"Satu bulan?" Tanya Shafira dengan suara yang pelan.
Berarti Gus Nabil pulang lebih dulu ke pesantren dengan alasan pekerjaan hanyalah kebohongan, tapi Gus Nabil ingin menyambut kedatangan habib yang ternyata menawarkan putrinya buat dinikahi oleh Gus Nabil.
Shafira merasa sangat dibohongi oleh Gus Nabil, kepercayaan yang dia berikan selama ini ternyata sia-sia.
"Maaf habib, banyak hal yang harus saya pikirkan untuk menerima tawaran habib," kata Gus Nabil.
"Saya beri waktu satu minggu, kalo memang Gus Nabil tidak bisa menerima tawaran saya, saya tidak akan memaksa," kata Habib.
Shafira memilih pergi dari ndalem, hatinya benar-benar sakit sekarang dan rasa kecewanya sangat besar.
Shafira mengambil note dan pulpen dari dalam laci di lemari dapur, menuliskan sesuatu dan menempelkan di atas kotak kue.
Shafira pergi dari ndalem dengan perasaan dan pikiran yang campur aduk dan bingung harus melakukan apa sekarang.
"Assalamualaikum," salam Shafira dengan tidak bersemangat saat masuk kedalam kamar.
"Walaikumsalam," jawab salam dari kedua sahabatnya.
"Kamu kenapa tidak bersemangat gitu?" Tanya Nuria.
"Benar ya kabar itu, katanya Gus Nabil mau menikah?" Tanya Rani dan membuat Shafira terdiam.
"Nama perempuan itu adalah Siti Maryam, berusia dua puluh dua tahun, anak dari habib Ali dan teman kecil Gus Nabil," beritahu Rani.
"Aku mau tidur" kata Shafira meletakkan barang yang dia bawa di depan lemari pakaiannya, "itu ada kue, kalian makan saja" persilahkan Shafira.
Setelah itu Shafira membaringkan tubuhnya dan mengambil posisi menghadap dinding yang otomatis membelakangi kedua sahabatnya.
Shafira menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan memeluk guling dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INI HIDUPKU (End)
Teen FictionHidup di keluarga besar yang dipandang taat dengan agama, tidaklah mudah. Apalagi bagi remaja perempuan yang memiliki jiwa bebas dan hidup di jaman modern, membuatnya kesulitan untuk mengikuti jejak keluarganya. Omongan sana sini sudah menjadi lagu...