Tetangga

4 0 0
                                    

20 Des 2021

Ah aku sangat bosan sampai ingin mati, aku tak tau harus melakukan apa.

Malam minggu orang biasanya nongkrong bersama kawanannya di suatu tempat, nge-date dengan pacar, atau sekedar jalan-jalan. Tapi bagi anak rumahan sepertiku itu bukanlah hal yang menyenangkan, jadi aku hanya akan bermalasan di rumah.

Disaat seperti itu biasanya aku akan menonton anime atau menggambar, tapi paket kuota menipis dan tak ada WiFi, buku gambarku pun habis. Ditambah aku sedang frustrasi karena para penghuni grup chat di wa menerorku terus perkara hampir setahun aku hiatus dari cerita yang ku buat.

Jadilah aku melanjutkan satu chapter cerita tersebut hingga pukul 22.17 tanpa mengatakan apa-apa pada mereka, tapi itu benar-benar membosankan.

Aku melemparkan bantal dan guling kesegala arah dan menjatuhkan diriku di kasur, kutataplah langit-langit kamarku yang gelap, aku tak pernah menyalakan lampu kamar kecuali saat menggambar.

Tiba-tiba aku merasakan sengatan kegilaan di atas ubun-ubunku, itu biasa terjadi ketika aku mendapatkan sebuah imajinasi aneh.

Aku sedikit bergeser untuk meraih sepotong cokelat yang belum selesai kumakan di ujung tempat tidur dan memakannya tanpa beranjak dari sana, yhaa itu kebiasaan buruk, jangan ditiru :3

Siulet di langit-langit kamar yang gelap itu serasa berubah-ubah setiap saat, tubuhku serasa seperti mendapat lonjakan imajinasi yang membuatku merinding.

Ahh tiba-tiba terbesit sesuatu dalam benakku, akhir-akhir ini aku sering membaca novel misteri dan yang saat ini ku baca adalah novel Sherlock Holmes, yhaa ketinggalan memang, karena dulu aku paling anti dengan novel yang memuat tentang misteri dan detektif.

Otakku benar-benar mempermainkan diriku, semua karya tulis yang masih wip di wattpad dan di buku catatan ku serasa seolah berteriak memanggil-manggil diriku, seperti sedang diteror oleh psikopat gila atau hacker hantu.

Membuat karya tulis lain sebelum menyelesaikan satu karya itu adalah kesalahan pemula yang bisa berakibat fatal.

Saat itu aku berharap aku adalah penulis keren dan hebat seperti Sir Arthur ataupun Priest dari China, dan mengalahkan para peneror keji itu.

Yhaa akhirnya aku membuat beberapa cerpen sampai pukul dua dini hari.

Itu rasanya belum semuanya ku keluarkan dari otak, ada suatu kisah yang membuatku tertarik dan itu berada dekat di sekitarku.

Yaitu tetanggaku sendiri.

Rumahku dekat perbatasan antar desa, hanya berjarak 4-5 rumah dari gapura desa, ada satu rumah yang membatasi antara rumahku dengan jembatan, dengan kata lain, dipinggir kali.

Jadi begini jelasnya; Kali kecil - Rumah - Rumahku

Dan yang akan kubahas ini adalah tetanggaku itu, pemilik rumah yang membatasi rumahku dengan kali disampingnya.

Dulu tempat itu sangat nyaman dan adem, desainnya tak seperti rumah pada umumnya sih, hanya terdapat dua ruangan utama untuk kamar dan dapur, lalu teras yang serasa ruang tamu karena berada di bagian dalam, lalu ada pelataran yang lumayan luas dengan atap genting sebagai peneduh. Di sebrangnya terdapat sebuah ruangan yang luas dan mirip sebuah gudang.

Dari pelataran yang teduh itu jika kau menoleh kearah kali kau akan melihat serumpun pohon bambu dan rumah lain di sebrang kali.

Itu keadaan waktu dulu, dan sangat berbeda dari sekarang.

Sebenarnya tak ada yang istimewa dari cerita rumah itu, tapi aku suka menambahkan penyedap rasa pada hal-hal yang biasa, tapi bumbu-bumbu itu masih kuambil dari mulut orang-orang tentu saja.

Cerpen Bla Bla Bla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang