Part 1

58 3 3
                                    

Rambut hitam sepunggung, tinggi 155 cm, mata berwarna coklat tua, dengan wangi stroberi. Beberapa kata itu cukup mendeskripsikan Luna Amerta. Remaja yang baru berusia 17 tahun satu minggu lalu, remaja aktif yang sangat periang, tidak pernah kehabisan energinya. Ia kerap dipanggil si ceriwis sangking cerewetnya. Ia menggemaskan, banyak orang yang ingin berteman dengannya, namun banyak juga orang yang membencinya. Ia memiliki seorang sahabat sejak SMP, namanya Nura, Ra panggilannya. Mereka berteman sejak dibangku SMP, pertemanannya cukup rumit. Ntah sudah berpuluh kali mereka berkelahi namun akhirnya tetap berbaikan lagi.

"RAAAAAAAAAAA, gila gila gila gilaaaa mau nangis gueeeee" suara cempreng itu tidak asing lagi di telinga Nura. Itu sudah pasti Luna, sahabatnya.
"Kenapa sih Luu? Jangan teriak-teriak ah, malu tuh diliatin" jawab Nura tegas.

"R-R-Raksaaaaa ganteng banget ya tuhaannn. Kipasin gue kipasin gue, mau mleyot inii" jelas Luna sambil mempraktekan gaya mleyot andalannya.

Raksa Karunasankara, si ketua kelas. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih, pintar pelajaran hitung-menghitung. Luna sudah lama naksir dengan Raksa. Sejak kelas 1 SMA Luna sudah tergila-gila dengan pesonanya. Ya.. seperti lelaki pada umumnya, Raksa ini lumayan pendiam, mantan gamers, jago olahraga. Tetapi dia bukan most wanted, hanya beberapa perempuan yang menganggap dia cakep, Luna salah satunya. Luna seperti pemuja Raksa nomor 1 di dunia. Nura paham betul ketika Luna sudah berguling-guling dikasur, tandanya lagi salting tentang kisahnya dengan Raksa.

"Pokonya ya Ra, gue mau dapetin Raksa. Gue pasti bisa, pegang omongan gue!" Tegas Luna kepada Nura.

"Iyaa aku percaya, semangat Lu!" Jawab Nura.

•••

Bell pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit lalu. Dikelas tersisa Luna dan Nura. Luna yang sedang uring-uringan sambil memukul meja didepannya.

"Dia-tuh-ya!!! Kenapasih anti banget sama yang namanya disekolah!? Buru-buruu aja bawaannya. Kebelet boker ya? Baru aja bell 3 detik, udah ngacir balik aja tuh orang. Nyebelin!" Wajah Luna memerah, bukan karena tersipu, melainkan karena kesal.

"Yaudah Lu, mungkin aja dia ada kesibukan lain" Nura menenangkan Luna.

"Tapi Raa, diatuh-" ucapan Luna terhenti seketika.

Raksa melangkah menuju kelas, dengan tatapan dingin ia membuka lemari buku, mengambil beberapa buku tulis, lalu pergi melangkah pergi lagi.

"AAAAAAAAAAAAAAAA-" "SSSSTTT LUNA!!" teriakan Luna terhenti, dibungkam Nura.

"Udah ah, yuk pulang!" Nura menarik tangan Luna yang masih tersipu ditempat duduknya.

Luna dan Nura tidak bisa dipisahkan, mereka selalu bersama. Lebih tepatnya, Nura yang tidak bisa jauh dari Luna. Kepribadian mereka yang terbilang bertolak belakang alasannya. Luna merupakan seorang gadis yang dapat berteman dengan siapapun, sangat ramah, ceria, dan pandai membuat percakapan. Sedangka Nura, ia pemalu, tidak pandai merespon atau membuat sebuah obrolan. Nura selalu panik ketika Luna tidak ada disampingnya, ia akan terlihat seperti anak hilang yang mencari ibunya.

•••

Nura mengendarai sepeda motor dengan Luna yang duduk dikursi penumpang. Sepanjang perjalanan Luna bercerita tentang hari ini, betapa bahagianya ia bertemu Raksa, betapa dinginnya tatapan Raksa, semua tentang Raksa.

"Kamu itu, ada orang yang disuka ga sih Ra?" Tanya Luna kepada Nura.

"Mmm, ada" Jawab Nura singkat.

"Siapa Ra? Bukan Raksa kan?"
"Bukan lah Lu, jauh banget"
"Siapa dong?"
"Ada, anak kelas juga kok"

"HAHH!? Jangan-jangan si-"
"Eh udah sampe Lu, next time kali ya" Potong Nura sebelum Luna menyebut nama murid laki-laki dikelas satu persatu.

"Yaelah.. beneran ya next time! Makasih Raa byebye muaachhh! Hati-hati!" Ucap Luna kepada Nura.

•••
Luna meletakkan tas sekolahnya di meja belajar, ia membantingkan dirinya diatas kasur. Lelah, satu kata yang terlintas saat mulai memejamkan matanya.

"Sa..Rak..Sa..Raks..Aaaa, huhuhu ganteng amatsih bikin repot!" Luna ngedumel. Ia sering kali seperti itu, apapun dunianya saat ini, seberapa beratnya masalah hidup dia saat ini, kalau Raksa sudah terlintas dipikirannya, semua masalah tidak ada artinya.

Luna memang tidak memilih dalam berteman, ia berteman dan dekat dengan siapapun. Namun aku berani jamin ia perempuan yang setia.

Luna dan Raksa, ceritanya dimulai dari hari ini.

LUNA RAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang