EXTRAORDINARY UNCLE

115 9 4
                                    

"Sebaiknya jangan biarkan Rora dekat-dekat dengan Fajar dan Apri, sayang." gerutu Kevin sambil mengunyah rotinya. Pasalnya tadi malam dua manusia bar-bar itu menyambangi kediaman mereka dan mulai bertengkar tentang warna celana dalam bermotif bunga-bunga yang Fajar bawa. Apri bersikeras motif bunga-bunga tak cocok untuk Rora yang suatu hari nanti akan jadi pengacara. Pengacara! Rora baru berumur delapan bulan, baru belajar merangkak, dan Apri sudah menobatkan bahwa anak mungilnya itu akan menjadi pengacara hebat hanya karena zodiak.

"Pisces. Pembawaan tenang dan juga sangat bijaksana, Rora akan bergelar sarjana Hukum! Taruhan saja!" Apri bicara sok diplomatis, walau celana dalam bunga-bunga masih tak ada hubungannya dengan pengacara bagi Kevin.

Sementara Fajar dengan lagak sok menjadi calon ayah yang baik, menceritakan secara mendetail bagaimana dia memilih celana dalam itu selama satu jam penuh di toko peralatan bayi, mewawancarai pramuniaga toko tentang kualitas bahan dan juga keserasian warna. Bahkan dia sampai memperlihatkan foto Rora pada pramuniaga itu hanya untuk memastikan warna apa yang cocok di kulit Rora.

"Harga tidak masalah, kenyamanan, itu yang penting." Fajar merentangkan celana itu tepat didepan wajah Apri hanya untuk memperlihatkan label harga yang sengaja tidak dibuangnya dari sana.

Apri mencibir, lalu mengatai Fajar tidak mengerti mode. Padahal dia sendiri membawakan Rora kaos hitam kebesaran edisi Avengers end game.

"Edisi terbatas!" Celetuknya dengan senyum menampakkan kebanggaan yang berlebihan.

Dua jam lebih Fajar dan Apri merecoki Popor dengan pertanyaan hadiah siapa yang paling bagus.

Popor, yang memang selalu penyabar hanya menanggapi keributan yang Fajar dan Apri buat dengan senyum manis andalannya. Mengatakan hal-hal baik tentang kebahagiaan Rora atas hadiah-hadiah mereka.

Sedangkan Rora, ajaibnya, tertawa gelak setiap melihat Fajar dan Apri bertengkar.

"Mereka sahabat yang baik, Kevin. Bukankah mereka cocok?" Popor menyahuti dari dapur sambil mengaduk bubur Rora.

"Ya, cocok untuk menjadi partner penghancur bumi," dengus Kevin.

Popor hanya menanggapi dengan tawa.

"Kamu jadi membawa Rora jalan-jalan, Por?" tanya Kevin setelah sarapannya selesai.

"Ya, kasihan Rora, dia bosan di rumah terus, aku akan membawanya berbelanja, setelah itu kami akan ke taman sebentar." Popor menjawab tanpa menoleh dari buburnya.

Terdengar langkah kaki mendekat, sejurus kemudian Kevin sudah berada tepat dibelakang Popor, menenggelamkan wajah cemberutnya di ceruk leher jenjang Popor.

"Tega sekali kalian berdua, bersenang-senang tanpa aku." Kevin mendengus di bahu Popor. "katakan, Por. Mana yang lebih kau sukai, aku atau Rora."

"Ya Tuhan, Kevin!" Popor terkikik, lalu berbalik untuk menghadap Kevin. "berapa kali harus kukatakan, kalian berdua adalah hidupku."

"Tapi hidupmu hampir 24 jam untuk Rora. Untukku?"

"Kevin, Rora anak kita!"

"Aku tau." Kevin memeluk Popor. "Tapi aku merindukanmu, Por. Setiap saat, aku ingin kau memperlakukan ku seperti kau memperlakukan Rora."

"Maksudnya?" Popor bertanya sambil menahan tawa.

Kevin melepaskan pelukannya, menatap Popor masih memasang wajah cemberut, lalu mengangkat alis sambil mengedip pada dada Popor.

Popor tergeletak hebat. "jangan ngaco Kevin! Pergi kerja saja sana!" katanya mendorong kecil bahu Kevin sambil masih tergelak.

"Tidak mau!" Kevin kembali memeluk Popor. "Satu kali saja sebelum aku pergi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Extraordinary FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang