🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁"Apakah berbahaya jika perasaan nyaman mulai muncul dalam hati?"
_______
Salman Nailun Nabhan anak dari seorang pengusaha sukses dibidang properti, memiliki seorang Kakak lelaki yang berbeda satu tahun diatasnya. Memiliki postur tubuh tegap dengan wajah yang terpahat sempurna.
Kekurangannya hanya satu yaitu memiliki sifat tempramen. Meski begitu, kepopulerannya sebagai siswa tertampan tidaklah surut. Meski sering membuat masalah disekolah, lelaki itu pun sering mendapatkan penghargaan dari berbagai olimpiade yang raihnya.
"Bro, gimana tadi lo bisa lolos dari hukuman pak Yoga?" Salman dan teman-temannya saat ini sedang berkumpul diwarung kecil tempat biasa mereka datangi.
"Kepo banget sih, Lo!" sahut Salman.
"Bukan gitu, gue cuma heran aja," sahut Alif, kemudian lelaki itu meneguk segelas es didepannya.
"Punya gue itu!" Fawwas sontak merebut esnya kembali sehingga membuat Alif tersedak.
"Pelit banget sih, Lo!" Alif menatap Fawwas sengit.
Salman hanya menatap teman-temannya dengan santai, tak berniat untuk melerai mereka berdua. Tetapi perhatiannya teralihkan saat seorang gadis berjalan dengan kedua tangannya penuh dengan buku dan makanan ringan.
"Eh, itu bukannya si anak baru?" Fawwas yang melihat gadis itu tengah kesulitan pun berniat untuk membantunya.
"Itu Haruka, kan?" Tanya Alif memastikan, kemudian lelaki itu menyusul Fawwas untuk membantunya. Sementara Salman hanya bergeming tak mengikuti kedua temannya.
***
"Haruka, dari mana?" tanya Fawwas saat dirinya telah mensejajarkan langkah gadis itu.
Haruka pun menghentikan langkahnya dan menoleh pada Fawwas."Aku tadi dari kantin terus ke perpustakaan pinjem buku," ucap Haruka.
"Sini bukunya biar gue bawain." Alif yang baru sampai pun segera merebut paksa buku-buku yang Haruka bawa.
"Terus kenapa banyak jajanan ditangan, Lo?" Tanya Fawwas bingung.
"Iya, aku gak berani makan dikantin sendirian jadi dibawa aja," ucap Haruka.
"Kenapa gak bilang? Kita bisa temenin kalau gitu!" sahut Alif.
Haruka merasa teman-teman barunya ini sangat baik dan juga peduli padanya. Membuatnya menjadi tak sungkan lagi pada kedua lelaki itu.
"Pokoknya besok kalau lo mau istirahat bilang sama kita, oke!" Alif memutuskan. Haruka pun menganggukinya dengan senang.
Kemudian ketiganya berjalan menuju kelasnya. Haruka membagikan jajanan pada teman-temannya, termasuk Sarah.
"Haruka, gue boleh tanya?" tanya Adiva dengan mulut penuh dengan makanan.
"Boleh,"
"Lo kenapa mau pindah sekolah?" tanya Adiva kembali.
Haruka terdiam sesaat, membuat Adiva menatapnya dengan perasaan bersalah.
"Ma—maaf ya Haruka, gue gak bermaksud untuk..." Ucapan Adiva terputus saat Haruka menyunggingkan senyuman padanya.
"Ibu aku ditugaskan untuk mengajar di Jakarta," ucap Haruka. Teman-temannya pun mengangguk mengerti. Sesaat kelas mereka kembali sunyi, makanan yang dibawa Haruka pun telah habis tak tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone
Teen FictionBlurb : Haruka Syahira seorang remaja berdarah jepang. Semasa kecil kehidupannya sangat indah, kedua orang tuanya pun saling menyayangi dan selalu harmonis. Haruka selalu bermimpi untuk bisa menempuh pendidikan di Universitas Harvard, dan mendapat...