VOICE || Rindou x Reader

822 96 34
                                    

Seorang gadis bersurai hitam panjang tengah duduk ditengah taman kota, tampak tangannya dengan lihai memainkan kamera dan memotret hal-hal yang ada disekitar. Gadis itu tersenyum tipis ketika melihat hasil karyanya.

Tak lama kemudian ia meletakkan kamera itu disisi paha sebelah kanan dan ketika usai tangan itu meraih sebuah susu kotak dan roti yang tergeletak disamping, lalu mulai menikmati keduanya sembari memperhatikan anak-anak kecil yang berlarian kesana kemari menikmati sore hari sebelum orang tua mereka memanggil untuk kembali.

Dunia penuh warna akan keramaian yang gadis itu lihat maupun saksikan dihadapan, benar-benar berbanding terbalik dengan dunia sesungguhnya yang gadis itu jalani.

Begitu hening.

Selama 20 tahun kehidupan gadis itu terus saja melajang, ia tidak berminat untuk menjalin hubungan dengan laki-laki manapun karena kekurangannya ini membuat dirinya terkendala akan komunikasi.

Semasa remajanya ia habiskan untuk percobaan bunuh diri namun terus saja gagal. Sejujurnya ia hanya tidak ingin senyuman yang terlukis dibibir kedua orang tuanya luntur.

Namun ketika ia sudah mulai belajar untuk mencintai diri sendiri, kebahagiaan yang selama ini menguatkannya diambil begitu saja oleh Tuhan.

Kedua orang tuanya menjadi korban salah sasaran oleh kriminal yang saat itu sedang mengejar targetnya. Singkatnya malam itu begitu larut ketika kedua orang tua gadis itu hendak pulang kerumah, namun mereka malah terkena sasaran tembakan jarak jauh hingga keduanya tewas ditempat.

Kini kehidupan benar-benar menyiksa gadis itu secara perlahan, ditambah keheningan itu kini datang dengan rasa sepi. Begitu memekakkan.

Tetapi ia tidak lagi berniat untuk mati. Gadis itu, memilih untuk melanjutkan hidupnya agar senyuman dari kedua orang tuanya diatas sana selalu abadi.

Tiba-tiba sesosok anak kecil berdiri dihadapan membuyarkan lamunan. Anak itu menyodorkan sepucuk bunga melalui tangannya yang mungil membuat si gadis tersenyum manis meraih benda itu.

Dengan segera si anak kecil berlari pergi dengan rona merah mengitari wajahnya.

Gadis itu tersenyum memandangi bunga yang ada ditangannya, tak lama kemudian ia meraih kamera dan mulai mengabadikan moment ini.

Langit berwarna jingga pertanda matahari yang mulai terbenam membuat suasana semakin hangat. Gadis itu beranjak dari tempatnya berniat untuk pulang.

Sayangnya kini waktu telah menunjukkan pukul 10 malam dan ia masih dalam perjalanan pulang dikarenakan sore tadi ia menyempatkan diri untuk mampir disebuah tempat makan dan alhasil ia mengurungkan niatnya untuk langsung pulang dan mampir terlebih dahulu.

Jalanan begitu sepi, hanya lampu-lampu jalan yang masih menerangi.
Beberapa menit kemudian saat ditelan keadaan was-was, tubuhnya bergetar sempurna ketika ia rasa sebuah tangan menariknya kedalam lorong kecil diantara dua gedung.

Gadis itu tak berani menatap wajah sosok pria yang menariknya. Ia hanya memberontak berusaha melepaskan diri dari cengkraman itu yang semakin menguat.

Ia benar-benar mengutuk perlakuan bejat para preman yang selalu berkeliaran disaat malam seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia akan menjadi salah satu dari korban mereka.

Gadis itu terus saja memekik dengan air mata yang mulai membasahi pipinya, tangan pria itu begitu keras dan cengkraman itu tak kunjung lepas.

Netra gelap itu menutup seraya berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkan nyawanya. Tubuh itu masih berusaha memberontak hingga tenaganya pun perlahan terkikis dan mulai habis. Pria itu menggores paha gadis itu dikarenakan ia tidak mau diam dan beberapa kali menghantam wajahnya guna menjinakkan namun tetap saja.

VOICE || Haitani RindouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang