02

4 2 0
                                    

Setelah wawancara kemarin, aku dinyatakan diterima untuk bekerja di cafe milik Reyhan. Dia menyuruhku untuk memanggil namanya saja tanpa embel-embel lainnya.

Sift yang ku ambil pada saat siang hingga malam, yang membuatku masih bisa beraktivitas pagi dan lalu pergi bekerja.

Saat wawancara kemarin aku sedikit tidak nyaman karena teman dari Reyhan yang di perkenalkan dengan nama Harsa terus memperhatikanku yang menjawab pertanyaan Reyhan bahkan ketika aku meminum air yang Reyhan berikan ia terus memperhatikan gerak-gerik ku.

Wajahnya yang tampan membuat wajahku memerah karena di perhatikan olenya. Bahkan kemarin Reyhan menurunkan suhu ac agar diriki tidak kepanasan.

Sesuai dengan sift kerjaku yang akan dimulai siang hari, pagi ini ku sempatkan untuk beraktivitas seperti joging di sekitaran daerah sini.

Setelah dirasa cukup lelah berolahraga, aku memutuskan untuk pulang dan segara membersihkan diri. Diam, duduk termenung di sofa kecil disini sembari memikirkan aktivitas apalagi yang harus aku lakukan untuk melewati waktu senggang sebelum sift kerja.

Beranjakkan diri menuju dapur guna meminum segelas air karena merasa haus, saat melihat-lihat sekitar dapur aku mendapat ide untuk aktivitas lainnya.

Setelah minum aku berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian dan setelahnya aku bergegas mengunci pintu kos kecil ini.

Setelah minum aku berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian dan setelahnya aku bergegas mengunci pintu kos kecil ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sibuk mendorong troli tak lupa memilih bahan dapur serta merestok sedikit bahan pokok untuk sarapan sehari-hari ku.

Iya, aku memutuskan untuk pergi berbelanja bahan dapur karena didalam pendingin hanya ada  beberapa sayuran dan juga lima buah telur. Daripada alergiku kambuh karena kebanyakan makan telur lebih baik aku merestok setidaknya sedikit bahan yang cukup dengan sisa uangku saat ini.

"Sudah ini saja belanjanya?" Aku mengangguk membalas pertanyaan sang kasir.

"Ah permisi, bisakan jadikan satu dengan milikku?"

Aku yang ingin mengambil dompet didalam tas kecil yang selalu ku bawah reflek menoleh ke arah tangan orang asing yang menaruh dua kaleng cola didepan kasir yang tengah menghitung belanjaan milikku.

"Tidak jangan, bisakah kamu mengantri?" Tanyaku yang langsung menatap tajam dirinya.

Ah aku seperti pernah melihat wajah tampan miliknya.

"Nona sebentar saja, aku tengah buru-buru lagi pula aku yang akan membayarnya." Ucapnya yang kembali menyodorkan dua kaleng cola untuk di hitung oleh sang kasir.

Tidak terima akan itu, aku segera manrik tangannya dan kembali berucap, "Antri lah, yang lain mengantri cukup lama dan kau dengan enaknya menitip dua kaleng cola agar tidak mengantri?"

Ia menghela nafas sebelum berucap, "Lagi pula nona sendiri hanya membeli lima bahan, lebih baik aku menitipnya agar tidak menambah panjang antrian."

"Tidak! Menyingkirlan." Ucapku seraya mendorong tubuhnya agar tidak bisa menyodorkan colanya itu.

"Baik, totalnya Rp. 59.700 ingin bayar cash atau debit?" Ucap sang kasir yang membuatku menyodorkan semua sisa uangku.

"Ah uangnya kurang Rp. 5000."

Aku terkejut dengan gugup aku berucap, "Bisakah sosisnya tidak usah di hitung? Aku tidak jadi membelinya."

"Ba-" Ucapan sang kasir terpotong saat laki-laki yang tadi sempat berdebat denganku berbicara.

"Tidak usah, satukan saja dengan milikku. Kembalikan saja uangnya aku akan membayarkannya." Aku menoleh padanya yang kebetulan telah menyodorkan uang berwarna merah pada sang kasir.

"Terima kasih, silahkan datang kembali." Ucap sang kasir saat laki-laki tadi membawa belanjaaku, mau tak mau aku mengikutinya.

"Nih, lain kali jangan bawa uang pas." Ia menyodrokan uangku tadi dengan satu kresek berisi belanjaanku.

"Aku tidak butuh bantuanmu, ini uangmu aku ganti." Ucapku menyodrokan uang yang ia kembalikan ke hadapannya.

Ia mengangkat sebelah alisnya yang kemudia berkata, "Simpan lah, jangan boros apalagi berbelanja dengan uang pas-pasan agar tidak malu."

"Lagipula aku tidak meminta bantuanmu." Ketusku dengan tangan yang masih menyodorkan uang ke padanya.

Ia terkekeh dan dengan lancang tangannya mengelus pucuh suraiku, "Aku ihklas membantumu, simpan saja uangmu itu untuk keperluan lain."

Aku teridam kaget mendapati perilakunya itu, "Ba-baik terima kasih telah membayarkan belanjaanku."

Bahkan mengatakan kalimat itu aku menjadi gugup.

"Ah iya kita sempat bertemu, bahkan aku telah mengatakan namaku. Kau ingat kan nona Natha?" Ucapnya tiba-tiba yang membuatku memandang heran wajahnya.

"Bukannya kau teman Reyhan?" Ucapku yang membuatnya menganggukkan kepalanya.

"Iya aku Harsa, tidak mungkin kau lupa dengan namaku kan?" Ucapnya yang membuatku menganggukkan kepala.

"Sekali lagi terima kasih Harsa, aku pulang duluan." Pamitku yang kemudia berlalu dari hadapannya.

"Sampai bertemu lagi." Ucapnya yang sedikit mengeraskan suaranya, membuatku melirik sosoknya dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang.

" Ucapnya yang sedikit mengeraskan suaranya, membuatku melirik sosoknya dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harsa

Reyhan


thank you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Universe || HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang