Bel istirahat berbunyi Marsha dengan segera menarik tangan kedua sahabatnya untuk menuju kantin. Ia merindukan rasa masakan geprek pak Mamad yang terkenal begitu melegenda di beberapa generasi ,dan ia tidak akan melewatkan hal itu setelah hampir 3 Minggu tidak merasakanya dan berebut kursi dengan View lapangan basket yang sering ramai di gunakan untuk sparing ketika jam istirahat tiba.
Setelah memesan dan duduk di kursi bisikan bisikan dari belakang membuat tiga gadis itu berbalik menatap ke arah pintu kantin. Dua orang remaja lelaki yang tengah berjalan dengan senyum yang terpatri di bibir masing masing saat bercengkrama membuat para gadis disana seperti ingin mimisan.
Bagaimana tidak salah satu di antara mereka berdua adalah seorang Ferrel Putra Jayawardhana, Seorang lelaki yang di juluki sebagai Ice prince karena wajah tampan dan sifat dinginnya yang tak di buat buat dengan kemampuan berpikirnya yang di atas rata rata membuatnya cukup di segani, dan satunya adalah Revaldo Adelio, siswa baru dengan tubuh tinggi proporsional dengan garis rahang nya yang tajam dan hidung bangirnya yang mempesona. Duet maut yang sempurna untuk membuat para garis yang tengah duduk di kantin utama sekolah dehidrasi.
"Ebuset bisa senyum juga ternyata si Ferrel, spleechees gue" gumam Marsha.
Sementara Ella yang seperti tak sadar terus mengikuti pergerakan keduanya yang seperti slow motion di matanya, ah tepatnya ia memperhatikan remaja dengan kacamata bulat yang senantiasa bertengger di Hidung mancungnya. Cara berjalan, tersenyum dan bicaranya begitu mirip dengan seseorang yang lagi lagi membuatnya terdiam.
"El"
"Ella"
"GABRIELLA ABIGAIL LU NGELAMUN?" teriakan Athin yang menyebutkan nama lengkapnya dari sisi kirinya membuatnya terkejut.
"Ih Athin ngga usah teriak teriak, aku nggak budeg" ucap Ella
Athin berdecak
"Iyaa lu nggak budeg, tapi lu dari tadi di panggil gak nyaut. Ngelamunin apaan sih?" Todong Athin yang mengarahkan Garpunya ke depan wajah Ella.
"Cieee Ella, lu suka si Aldo ya?" Tanya Marsha dengan jahil yang berhadiah geplakkan keras di pahanya.
"Ih Marsha apaan deh, gosip banget" ucap Ella.
***
Bruk..
Suara benturan badan dua remaja itu membuat tubuh Ella yang lebih kecil terpental. "eh sorry Lo gapapa?" Wajah remaja lelaki di depanya terlihat sedikit terkejut.
Ella segera menggeleng,dengan cepat ia berdiri dan menepuk nepuk rok bagian belakangnya yang sedikit kotor karna terjatuh di depan area kamar mandi. "Duh sekali lagi sorry, gua ga sengaja" ucapan remaja lelaki di depanya kini membuat Ella tertawa dan mendapat respon heran dari Aldo.
"Santai aja kali, btw aku Ella temen sekelas kamu" ucap Ella sembari mengulurkan tangan kanannya
Aldo terdiam beberapa detik sebelum akhirnya memilih untuk menerima uluran tangan perempuan di depanya. "Aldo" jawab Aldo singkat.
"Eh btw kamu ikut ekskul Melukis?" Tanya Ella, sekedar basa basi.
Aldo mengangguk "Iya,tapi gua belum tau info infonya,cuma baru tau kalo guru pengampunya Bu Feni"
Ella terkekeh "kalo gitu, kebetulan aku ketua ekskul Melukis periode ini" ucap Ella yang mendapat tatapan berbinar dari netra hitam miliknya.
"Serius?" Tanya Aldo yang terdengar begitu excited.
"Duarius" jawab Ella yang mencoba sedikit bergurau.
"Jadi kumpulnya setiap hari Selasa sama Sabtu, jam setengah 3 sampai setengah 5" jelas Ella.
"Bagus deh, nggak tabrakan sama jadwal latihan" gumam Aldo yang masih terdengar Ella.
"Kamu latihan apa Do?" Tanya Ella sedikit penasaran.
"Bultang" jawab Aldo singkat.
Bel tanda masuknya jam ke 5 berbunyi membuat dua anak manusia itu kembali berjalan ke arah kelas mereka. Baru membuka pintu kelas suara Suit suitan dari murid laki laki ataupun perempuan terdengar saat melihat Aldo dan Ella yang masuk ke dalam kelas secara bersamaan. Ella mendengus saat melihat kedua sahabatnya itu ikut ikutan meledeknya sementara Aldo memilih untuk kembali bersikap cuek dan kembali berjalan ke arah bangkunya yang berada di pojok.
***
Range Rover putih berisikan seorang wanita yang baru menginjak usia 38 tahun dengan remaja lelaki yang duduk di sampingnya terbilang cukup tenang. Hanya suara radio yang memutar lagu milik Ardhito Pramono yang berjudul Here we go again yang mengisi kesunyian dalam mobil.
"Gimana tadi hari pertamanya?" Tanya wanita yang duduk di balik kemudi mencoba memulai percakapan.
"Lumayan, aku dapet temen baru namanya Ferrel, anaknya irit banget kalo ngomong" Jawab Aldo kemudian menyenderkan kepalanya ke sandaran kursi, menikmati lagu yang kini berubah menjadi payphone milik maroon yang merupakan lagu favoritnya.
Shani tertawa tanganya terulur untuk mengusak rambut hitam tebal milik putranya. "bagus deh, kalo kamu udah punya temen mama seneng dengernya"
Suara pop up pesan dari handphone milik Aldo mengambil perhatian keduanya. Nomor tanpa nama yang masuk di aplikasi chat berwarna hijau membuat Shani menaikkan alisnya.
+085773xxxxxx
Aldo
Ini aku, Ella
Svb yaa"Siapa Kak? Gebetanmu ya?" Tanya Shani yang tak tahan untuk menggoda putranya saat melihat ternyata seorang gadis lah yang mengirimi pesan putranya.
Aldo berdecak "apaansih ma, enggak lah kebetulan dia ketua eksul melukis di sekolahku" jawab Aldo malas.
Shani kembali tertawa dibuatnya "nanti pulangnya biar di jemput om Vino ya" kali ini ucapan Shani benar benar membuat mood remaja 14 tahun itu anjlok. Ia benar benar merasa muak dengan seorang pria bernama Raja Alvino Putra yang dua tahun ini dengan gencar mendekati mamanya. Padahal ia sudah terang terangan menolak kehadiran pria itu yang mencoba untuk memperistri mamanya.
"Nggak usah, aku bisa pesen goj*k nanti" ucap Aldo dengan nada dingin sebelum mengambil tas berisi raket miliknya dan berpamitan kepada mamanya sebelum turun dari mobil dan menuju GOR tempatnya berlatih.
Sementara Shani memejamkan matanya dan mulai menyenderkan kepalanya di sandaran kursi. Kepalanya terasa pusing ketika mengetahui bahwa ucapanya kembali membuat mood putranya berantakan setelah ucapannya dua bulan lalu yang mengatakan bahwa mereka akan pindah ke Jakarta. Jujur saja dia juga merasa sedikit tak nyaman ketika Vino benar benar berusaha mengambil hatinya dan putranya dengan begitu gigih selama dua tahun ini membuat ia merasa sungkan ketika ingin menolak.
Getaran dari ponselnya kini mengambil perhatian,sebuah panggilan masuk dari Cindy,teman dekatnya ketika ia berkuliah dulu.
"Halo cin" sapaku.
"Halo Shan, Lo jadi ke sini kan kak Gaby udah Dateng juga nih" ucap Cindy dari seberang
"Iyaa ini lagi di jalan kok"
"Yaudah ati ati ya, see you Shanii"
"See you too Cin"
Shani kembali melajukan mobilnya ke sebuah restoran jepang favorit mereka bertiga ketika duduk di bangku kuliah dan menjadi tempat pilihan untuk menjadi reuni mereka.