Zeean menggertakkan giginya kuat kuat saat menyadari mobil yang ia kendarai di buntuti di belakang. Ia dalam bahaya sekarang.
Tatapan matanya beralih pada sang adik yang tengah berusaha menghubungi seseorang, tapi Zeean yakin ponsel itu tak lagi berfungsi.
"SIALAN!" teriaknya sambil memukul stir mobil membuat Ella yang ada di sampingnya terlonjak.
"HOY! Calm down brotha"
"Bisa bisanya lu nyuruh gue kalem sementara kita di posisi idup dan mati gini? Bocah gendeng!" sungut Zeean.
"PEGANGAN!"
Belum sempat berpegangan tubuh Ella sudah menempel pada Zeean saat cowok itu membelokkan mobilnya pada tikungan tajam, bahkan ia mendengar tabrakan kaca spion sebelah kiri yang kini remuk karna menabrak tembok.
Tanpa mempedulikan adiknya yang tampak shock, ia melihat ponsel khususnya itu tersambung pada dua temannya yang juga tengah melakukan pengejaran.
"Zee listen, gue yakin seribu persen kalo mereka bukan curut curut yang cuma mau main main sama kita," suara Olan terdengar dari sana
"software dan hardware yang di rancang Jason sedemikian rupa aja diretas, map khusus yang gua pasang di mobil lu juga mati. Gue yakin bokap lu udah tau dan lagi nyoba ngetrack dimana lu sekarang.."
"Be fast Orlan! Lu Tau durasinya terbatas!" Desak jasson yang kini mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi
Brukk!!
Zrkkk zrkkkk
Suara berisik yang keluar membuat keempat orang itu terdiam.
"Sorry kalo gue tiba tiba motong, gue abis mukulin beberapa orang yang ngejar Zeean, dan beberapa dari mereka punya kesamaan tatto wolf atau jaket dengan lambang yang sama. Jasson infoin itu ke om Gracio. Gue yakin semua ini berhubungan satu sama lain!"
"be careful Christ!" ucap Zeean kemudian melihat kaca spion, jumlah orang yang mengejarnya berkurang.
"Will do, dumb ass!"
***
Dan disinilah Gracio sekarang, sebuah ruangan khusus yang berada tepat di bawah lantai rumahnya. Puluhan layar monitor menampilkan hal yang sama, Jalan jalan yang mungkin di lalui anak anaknya.
"GOT IT!" Seru Sigit mengambil alih perhatian Shani, Wanita itu segera mendekat padanya.
"Tuan Cio, Jasson teman tuan muda mengirmkan sinyal dan mengatakan bahwa segerombol orang yang mengejar tuan dan Nona muda bertatto srigala"
Shani segera berbalik menatap mantan suaminya yang terdiam, namun Shani paham betul jika wajah itu menyiratkan kemurkaan yang mendalam.
"Apa itu, Cio? tatto? wolf? Apa maksudnya itu semua?!" Tanya Shani
"Arka, segera siapkan pasukan Alpha, bajingan bajingan itu melupakan siapa yang mengampuni mereka ketika hampir menjadi Abu"
Setelah mengucapkan kalimat penuh penekanan itu, Gracio membawa Shani ke dekapan hangatnya. Mencoba untuk menenangkan wanitanya yang terlihat begitu terpukul, panik, semuanya tercampur aduk.
"Please save them Cio, save my child, our children" pinta Shani dengan suara serak, membuat hati kecil Gracio tercubit keras.
"trust me, They'll be fine Shani. Mereka anak anak yang kuat, sama seperti kamu"
*
**
Aldo bukan anak bodoh, ia tau betul bahwa penculikan yang ia alami tak sekedar penculik iseng yang membutuhkan uang. Ini adalah masalah yang rumit, terbukti dari banyaknya penjaga berwajah buruk di sekitarnya.
Ruangan yang lembab dengan sampah yang berserakan dimana mana mengundang hewan hewan melata, membuatnya mual.
Bahkan salah satu penjaga jelek disana tergigit cobra saat berjaga, membuatnya mati ditempat, ia tak heran jika penjaga penjaga itu berotak kosong. Hal yang mengerikan adalah, ntah dimana mereka membuang mayatnya.
"Kira kira akan berapa lama ia bertahan?"
"Dua hari sebelum eksekusi, jika anjing itu tak segera datang. Aku akan dengan senang hati mengiriminya paket berisi kepala bocah itu"
Percakapan dari ujung lorong itu membuat sekujur tubuh Aldo merinding, bayangkan saja kepalanya akan berpisah dengan tubuhnya ini??? Gila!
Bayangan lain yang menghantuinya adalah sang mama yang akan sangat histeris melihatnya.
Dua pria bertopeng itu kini berdiri di depannya. Menatapnya dengan hina, tapi sayangnya ia yakin mereka lebih hina dari binatang melata apapun.
"Hallo anjing kecil, nyenyak dengan tidurmu huh?" Ucap salah satu dari mereka yang menggunakan topeng srigala hitam.
Aldo memilih untuk diam, mulutnya terlalu sakit untuk menanggapi bajingan di depannya.
"Kurasa anak ini bisu karna pukulanmu terlalu keras, kawan" lanjutnya sembari menatap lelaki di sebelahnya.
Mereka terus melanjutkan percakapan, tapi Aldo tak peduli. Ia merasakan suatu cairan yang menetes dari lubang hidungnya.
"Sialan!" Gerutunya.
Dor dor dor...!
Suara tembakaan yang dilepaskan membuat kedua orang itu tersenyum lebar.
"Kupikir pertunjukannya dimulai lebih cepat!"
"KELUAR KALIAN, BAJINGAN SIALANN!"
Holaaaaa, dikit dulu ye brok!
See ya next chapter!