Bagian 1

1K 80 1
                                    

Pagi hari yang cerah menerangi setiap sisi bumi, semua orang melakukan aktivitasnya seperti biasa, ada yang bekerja, sekolah, dan ada juga yg melamar pekerjaan.

Seorang pria tengah berjalan dengan lincah, dengan ponsel yg lekat di telinga sembari memperbaiki dasi.

"Aku akan segera sampai, jangan khawatir"

"Cepatlah, semua orang menunggu disini"

"Aahhh, kau membuatku semakin gugup"

Pria tersebut menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana.

Namanya Singto Prachaya, seorang pria berumur 27 tahun yg baru saja akan melamar pekerjaan, dan profesinya kali ini akan berbeda dengan apa yg ia sukai.

"Bagaimana bisa dia menelponku ketika aku masih didalam kamar mandi di baluti dengan handuk lembutku" Rutuk Singto kesal.

"Dan mobil brengsek itu membuat gerakku menjadi lambat untuk saat ini" Rutuknya lagi,  ia tidak peduli dengan orang sekitar yg sudah melihatnya sedari tadi.

Bus berhenti tepat di hadapannya,  dan ia pun masuk ke dalam dan mencari tempat duduk yg membuatnya nyaman.

Ia melihat ke bangku nomor 17 yg tak jauh dengan dirinya, ia melihat seorang pria yg sangat pucat dan juga matanya yg terlihat sedikit memerah.

"Bukankah orang sakit seharusnya ke rumah sakit, bukannya duduk di bus" Ucapnya dengan suara yg kecil agar tidak terdengar.

Ia melihat lagi ke arah pria tersebut dan mengerutkan keningnya "Tapi dia tidak terlihat sakit, namun wajahnya begitu pucat" Singto duduk dan tidak mempedulikan pria tersebut, ia mengambil sesuatu di dalam tasnya lalu menutup hidung, mulut dan juga matanya agar dirinya tertidur walaupun hanya 10 menit.

"Begini lebih baik" batinnya dan memposisikan tubuhnya dengan nyaman.

Bus pun bergerak dengan kecepatan sedang, dengan begitu Singto akan lebih cepat sampai dan tepat waktu.

******

Bukkhh

Singto terbangun dari tidurnya dan memperbaiki duduknya dan menoleh ke samping dimana bangku kosong sudah di duduki oleh seorang pria.

"Maaf, apa aku membangunkanmu?" Tanya pria asing tersebut.

"Ohh tidak, tapi kau membuat bahuku sakit" Ucap Singto lalu ia melihat jam tangannya yg sudah menunjukkan pukul 7.45

"Maafkan aku" Ucap pria asing tersebut

"Tidak masalah"

"Haahh sebentar lagi" Ucapnya.

"Melamar kerja?" Tanya pria itu lagi

"Um" Jawabnya sebagai iya.

Singto melihat pria itu dengan aneh "Kau memakai masker?" Tanya Singto.

"Bukankah kau juga melakukannya?" Pria asing tersebut  menatap Singto dengan datar.

Singto yg di tatap seperti itu seketika menyadari dan meraba wajahnya bahwa dirinya juga memakai pelindung di wajahnya.

"Eee.. Aku tidur menggunakan ini, jadi aku meletakkannya di wajahku saja saat aku terbangun, dan aku lupa akan itu" Ucap Singto cengar-cengir menahan malu.

"Kau melamar pekerjaan dimana??" Tanya Singto.

"Di UNISER"

"UNISER??" Tanya Singto kaget.

"Um"

"Aku juga melamar di sana"

"Wahhh, kebetulan sekali" Ucap pria asing tersebut lalu menjulurkan tangannya.

"Perkenalkan, aku Ice Panuwat"

Singto pun menjabat tangan pria tersebut dan memperkenalkan dirinya "Singto Prachaya"

Mereka pun saling berbicara tentang profesi mereka masing-masing dan Singto merasa nyaman dan se-frekuensi dengan Ice.

Sesampainya di UNISER mereka berdua pun melangkahkan kakinya keluar lalu memperbaiki pakaian mereka masing-masing.

Deerrrttt deerrttt

"Ee Sing"

"Iya?"

"Kau duluan saja, aku harus mengangkat telpon terlebih dahulu"

Singto mengangguk "Baiklah, aku akan menunggumu di dalam"

Ice memberi acungan tangannya tanda mengerti ia pun mengambil ponselnya didalam saku jas nya.

"Hallo"

"Phi, aku sudah sampai di kampus, dan disini sangat ramai, mungkin aku akan pulang sedikit malam" Ucap seorang pria dari seberang telpon tersebut.

"Baiklah, jangan telat makan, dan ingat yg phi pesan padamu, jaga diri baik-baik"

"Oke phi, aku tau dan aku sudah mengerti akan hal itu dan bukan anak kecil lagi"

"Tapi kau melapor padaku"

"Jangan mulai phi, aku sedang mood bahagia hari ini"

"Baiklah, Phi harus pergi"

"Baiklah, semoga lancar phi, aku mendoakanmu"

"Terima kasih"

Ice menutup telponnya dan tersenyum melihat ponselnya.
Ia pun menyusul Singto yg mungkin saja sudah menunggunya sedari tadi.

Ice Panuwat27 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ice Panuwat
27 tahun

Ice Panuwat27 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singto Prachaya

27 tahun.

Udah kebayang lah ya, Singto sama Ice gimana dalam cerita ini,,, kek nya belum eheheheh

Cerita baru dari sekian lama hiatus, hampir berhenti aku dari dunia oren ini, tapi otakku terus mengalir tentang apa yg harus aku sajikan buat kalian, udah penuh kepalaku, kalau di lihat dari draf ku juga udah penuhhhh,  eheheh

2032Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang