Matahari telah tenggelam di belakang cakrawala, seorang anak sedang tidur lelap di atas sebuah sofa, mendengkur cukup keras, sang anak menggenggam sebuah remot TV di tangannya, TV yang ada di hadapannya sedang menyiarkan sebuah berita, berita hangat sore ini katanya, sayang sang anak tidak terbangun untuk melihatnya.
"Seperti yang anda bisa lihat di belakang saya pemirsa, The Vixen telah beraksi lagi, entah berapa banyak perampok yang kali ini ia kalahkan, tetapi seperti yang anda bisa lihat di sana para manajer dan karyawan toko dapat keluar dengan selamat dari aksi perampokkan dan ini semua berkat The Vixen."
Tiba-tiba pintu depan rumah terbuka dan seorang wanita masuk kedalam, ia terlihat lelah dan rambut hitamnya terlihat amat kusut, perlahan berjalan mendekati sofa, sang wanita mengelus jidat sang anak dan menciumnya sebelum ia berjalan ke belakang dan menaruh barang belanjaan yang ia bawa.
Beberapa saat kemudian sang wanita kembali ke ruang tengah, perlahan ia mengangkat tubuh sang anak dari atas sofa dan membawanya naik ke atas di mana kamar sang anak berada, membuka pintu kamar sang anak, sang wanita perlahan menaruh anak tersebut di atas kasurnya dan menyelimuti tubuh sang anak.
Setengah membuka matanya sang anak tersenyum melihat ibunya telah kembali, kembali pulang ke rumah yang terlihat kumuh, tetapi nyaman untuk ditempati, dielus jidatnya oleh sang ibu, sang anak pun menarik selimutnya sambil tersenyum.
"Ibu kenapa selalu pulang larut malam, Rusdi merasa kesepian harus menunggu ibu di bawah sendirian."
"Ssh, ssh, ibu minta maaf ya Rusdi, tetapi karena pekerjaan, ibu harus pulang larut malam."
"Apakah ibu disuruh lembur lagi oleh bos ibu?"
Sang ibu menghela nafas dan berkata, "Ya, bisa dibilang begitu, jadi Rusdi harus sabar ya, ketika lembur ibu selesai, ibu akan pulang lebih awal."
"Ibu, berjanji kan? Ibu akan pulang lebih awal kalau lemburnya sudah selesai."
"Ibu berjanji, nah sekarang Rusdi tidur ya, ini sudah larut malam."
Rusdi sang anak lelaki pun mengangguk dan memejamkan matanya, ibunya sekali lagi mengelus jidatnya sebelum ia mematikan lampu kamar Rusdi dan keluar dari kamar.
Keesokan paginya, Rusdi perlahan membuka matanya sambil menguap, sinar matahari menembus lobang angin dan menyelimuti sekujur tubuhnya, ia pun beranjak dari tempat tidur dan perlahan menuruni anak tangga sambil mengusap matanya.
"Pagi, bu."
"Pagi Rusdi, tumben kamu bangun sepagi ini."
Sang ibu sedang menyendok secentong nasi kedalam sebuah piring dan mengambil sebuah telur mata sapi dari dalam piring yang lainnya.
"Iya, aku ingin bersama ibu lebih lama hari ini, jadi Rusdi bangun lebih pagi deh."
"Oalah, baiklah kalau begitu, ini sarapannya sudah jadi, jangan lupa nanti Rusdi mandi ya? Ibu mau bersiap-siap untuk bekerja."
"Baik, bu."
Beginilah keseharian Rusdi, bangun pagi sarapan sudah jadi biasanya ibunya sudah tidak ada disini, melihat selembar kertas di pintu kulkas, ibunya biasa meninggalkan pesan di sana sebelum Rusdi bangun dari tidurnya, tetapi pagi ini berbeda, Rusdi bangun lebih awal, rindu untuk melihat ibunda tercinta walau hanya untuk sejenak saja.
Memakan sarapannya, mungkin anak lain memakan roti dan sereal, tetapi tidak untuk Rusdi, secentong nasi dan telur mata sapi sudah cukup untuknya yang ia inginkan hanyalah melihat sang ibu berada di rumah bersamanya, itulah yang ia amat inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vixen
Short StorySeorang ibu harus memilih antara anaknya atau kehidupannya sebagai seorang vigilante, dapatkah ia menyeimbangkan antara pekerjaannya sebagai vigilante dan kehidupan serta kesenangan anaknya?