Lamaran

24 2 2
                                    

"Kamu benar ingin menikahi putri saya?"

Ridwan lantas mengangguk dengan raut wajah yang bersungguh-sungguh dan tersenyum. Namun, tidak bagi Maira. Ia justru kebingungan dengan situasi yang dialami nya sekarang. Pasalnya, ia tak pernah menyukai atau dekat dengan laki-laki siapapun. Tapi, kenapa tiba-tiba ada seseorang lelaki yang datang ke rumah untuk melamar dirinya.

"Kamu yakin nak dengan keputusan mu melamar Nak Maira?", tanya Ibu Ridwan.

"Ya! Saya serius untuk menikahi Maira", jawabnya dengan tersenyum.

"Kok bisa-bisanya orang seperti Mai dilamar laki-laki seperti ini? Kena pelet apa nih", goda Devan. Kakak laki-laki Maira.

"Enak aja", ketus Maira.

Maira lalu tersenyum dan menyenggol lengan Devan. Semua orang pun tertawa melihat Maira yang salah tingkah.

"Jika bapak Akbar mengizinkan, bolehkah saya untuk menjadikan Maira istri saya?", tegas Ridwan.

"Kalau saya sih mau aja. Mana ada orang tua nolak mantu kayak kamu. Tapi, apakah Mai bersedia menerima lamaran nak Ridwan?", tanya ayahnya.

Semua mata kini tertuju ke arah Maira. Semua menunggu jawaban terbaik keluar dari mulutnya. Ia lalu menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan lalu tersenyum.

"Tapi, Mai belum pernah jatuh cinta. Maira jadi bingung", ucapnya polos.

"Maira adikku kelamaan jomblo sih. Sampai lumutan", canda Devan.

Maira hanya terdiam. Ia masih saja bingung dan tidak percaya ada seseorang lelaki yang melamarnya secara tiba-tiba. Untung saja ia tak mempunyai penyakit jantung.

"In syaa Allah, Mai siap menjadi istri Ridwan", jawabnya sambil menunduk menyembunyikan rasa malu.

Semua orang yang mendengar jawaban Maira lantas mengucap hamdalah secara bersama. Setelah itu, Maira pamit untuk beristirahat di kamarnya.

"Saya ingin pernikahan anak kita dilaksanakan secepatnya. Bagaimana kalau seminggu lagi?", tawar Ayah Ridwan.

Keluarga Ridwan dan Maira lalu berbincang mengenai pernikahan putra dan putri mereka. Hingga jam menunjukan pukul 21.00 malam. Keluarga Ridwan lalu pamit untuk pulang kerumah karena sudah waktunya beristirahat.

♡♡♡

Maira merebahkan tubuhnya dengan kasar, ia bingung dengan kejadian yang ia alami hari ini. Sungguh!, ternyata hidup ini penuh dengan kejutan yang telah dirancang baik oleh Allah. Entah itu menyedihkan atau menyenangkan, contohnya seperti beberapa menit yang lalu. Dimana ketika ia tiba-tiba dilamar oleh laki-laki yang langsung mengajaknya untuk membina rumah tangga.

Padahal, ia tak pernah memikirkan itu sebelumnya. Karena, ia saja belum pernah merasakan apa yang dinamakan cinta itu.

Kata orang, cinta itu menyenangkan. Namun, tak selamanya cinta itu menyenangkan. Ada waktu dimana cinta itu menyedihkan dan meninggalkan rasa sakit. Itulah yang membuat Maira takut dan memilih untuk tidak mencintai laki-laki sebelum waktunya. Apalagi ia takut jika cinta nya bertepuk sebelah tangan.

"single. Mungkin itu cara Allah menjaga ku dari cinta yang salah. Dan mungkin sekarang inilah waktunya", gumam Maira.

♡♡♡

Disisi lain, Ridwan terlihat senang dan lega setelah melamar Maira. Ia teringat beberapa minggu lalu saat ia dengan beraninya mengutarakan niatnya kepada kedua orangtua nya untuk melamar Maira dengan mengajak kedua orang tuanya menemui keluarga Maira. Betapa gugupnya saat berhadapan langsung dengan orang tua Maira. Ia hanya bisa tersenyum untuk menutupi kegugupan nya itu.

"Wah, udah dewasa ya sekarang anak kita", ucap Ayahnya.

Ridwan dan ibunya yang mendengar itu hanya terkekeh. Ridwan dibuat blush dengan perkataan ayahnya itu.

"Semoga, Allah meridhoi niat baikmu Nak.", tutur ibunya dengan nada lembut seraya mengusap kepala Ridwan.

Ia hanya tersenyum. Padahal, jiwanya meronta-ronta dan berteriak tidak karuan. Sebisa mungkin ia bersikap kalem didepan orang tuanya.

'Tahann..teriaknya nanti saja pas sudah sampai dikamar' batinnya sambil mengelus dada.

Assalamu'alaikum
Ketemu lgi di kegabutan saya ini
Jangan lupa vote, komen, dan share ya-!!
Makasih ^^

Pelabuhan Terakhir KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang