Good bye My Sunshine

210 40 59
                                    

#day5
#kanagara = bunga matahari

************

Brak!

Best membuka paksa pintu kamar Perth, dia berlarian mencari keberadaan sahabatnya itu, rasa kantuknya menguap begitu saja, kala dia tidak bisa menghubungi Perth, karena tidak biasanya ponselnya mati.

Membuka pintu kamar mandi, Best jatuh berlutut ketika melihat pemandangan di depannya, air berwarna merah pekat mengalir dari bathup dan sesuatu terlihat menyembul dari dalam bathtub. Manik matanya menangkap sosok sahabatnya yang sudah tidak lagi bernafas, melangkah gontai dengan kedua pipinya yang basah, Best mengeluarkan tubuh lemah dan memutih itu dari dalam bathtub.

"Aaarrgghh!! KENAPA?! kau- kau berbohong padaku! Kenapa kau pergi?! Perth-" Best memeluk tubuh itu, terisak histeris, seakan tak terima kenapa semua ini terjadi pada sahabatnya.

Setelah cukup lama menangis dan merutuki dirinya sendiri, Best akhirnya menelpon ambulance, dan segera mengurus semua yang dibutuhkan, termasuk menghubungi Saint, dia juga baru saja mendapatkan kabar dari Saint jika dia menitipkan Perth untuk hari ini, karena dia harus mengurus acara kremasi ibunya.

Best membaca pesan Saint dengan perasaan gelisah, tapi dia tidak mungkin menutupi semua ini dari Saint. Pada akhirnya dia memilih untuk menelpon Saint, dan mengatakan semua yang terjadi.

"Halo Phi?"

"Bagaimana? Dia baik-baik saja kan?" tanya Saint di seberang sana dengan nada khawatir.

"Maaf~ " lirih Best, menggigit bibirnya, matanya kembali berair.

"Katakan dengan jelas ai Best!" bentak Saint.

"Maaf~ aku terlambat, aku tidak bisa mencegahnya, dia … dia sudah pergi. Dia tidak mau lagi bertahan bersama kita Phi, hiks maafkan aku."

Setelahnya tidak ada lagi sahutan dari seberang telepon itu, dan Best  tahu pasti apa yang terjadi pada Saint saat ini, sama seperti dirinya, Saint pun, begitu terguncang dan masih tetap tidak terima jika Perth benar-benar pergi meninggalkannya.

Best mengambil ponsel milik Perth yang ada di atas closet, dia merasa sedikit mengganjal kenapa ponsel itu ada di sana, memasukkan ponsel itu ke dalam saku celananya, Best mengikuti para petugas medis yang membawa jasad Perth keluar dari apartemen.

Best bertemu Saint disana, pria itu duduk dengan tatapan kosong di lantai koridor rumah sakit, keluarganya sudah pulang membawa jasad sang ibu untuk dikremasi, dan Saint tetap ada di sana menunggu kedatangan Best.

"Phi~ "

Saint mendongak, tatapan itu tersirat akan kesedihan yang mendalam. Memang sudah tidak ada lagi tangis yang keluar, tapi wajah berantakan Saint menggambarkan semua emosinya.

"Dia ada di ruang otopsi untuk di visum. Kau tunggu di-"

"Biarkan aku menemuinya." sela Saint, sebelum Best menyelesaikan ucapannya.

Best dan Ohm hanya mengangguk mengikuti langkah Saint dari belakang, beberapa kali mereka menangkap pergerakan Saint yang sedang menyeka air matanya dengan punggung tangannya. Ohm sendiri terus menggenggam tangan Best, jika dia juga menangis maka siapa yang akan menenangkan Best dan Saint di sini? Bukan tidak sedih atau tidak merasa kehilangan, Ohm pun sebenarnya terpukul. Tapi sebisa mungkin dia harus terlihat tegar demi Best.

Setelah menunggu hampir 2 jam, akhirnya Saint bisa memasuki ruangan itu, langkahnya terhenti ketika melihat kain putih menutupi tubuh kekasihnya, wajah pucat itu menutup matanya rapat-rapat, membuat hati Saint kembali berdenyut nyeri. Masih jelas di ingatannya, apa yang Perth katakan pagi sebelum mereka berpisah, untuk melakukan aktivitas masing-masing.

There's only Me (SP) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang