Surrender

161 45 29
                                    

#day4
#Niskala = Abstrak

(Hanya saran, siapkan tissu!)

**********

Tubuh kecil itu menggigil, hujan turun cukup deras membasahi bumi, dan dengan cerobohnya pemuda itu tetap melangkah menembus hujan agar ia bisa sampai ke apartemennya. Tetesan hujan menyamarkan tangisnya, beruntung buku di dekapannya sudah berselimut dengan kantong kresek.

Langkah itu kian tertatih, mengabaikan atensi beberapa mata yang memandangnya kasihan atau bahkan mencaci. Dia tidak lagi peduli dengan pandangan orang lain terhadapnya, yang ada di pikirannya hanyalah, apakah kekasihnya benar-benar meninggalkannya?

Perth terisak, punggungnya bergetar membiarkan wajahnya basah dengan air mata juga dengan air hujan. Memang benar, menangis dibawah guyuran air hujan membuatnya bisa menangis sepuasnya, tanpa harus merasa malu. Katakan jika dia cengeng, tapi apakah Perth tidak boleh menangis? Bahkan ketika seluruh tubuhnya terasa sakit atau hatinya yang sekarat?

Jarak dari toko buku ke apartemennya cukup jauh, dan Perth memilih untuk berjalan kaki?
Bukankah dia terlampau bodoh jika dilihat? Tapi langkahnya tidak bisa berhenti, atau bahkan untuk melihat ke jalanan.

"Apa aku begitu menjijikkan? Apa aku tidak pantas dicintai? Mae~ bisakah kau katakan sesuatu padaku? Apa yang harus kulakukan? Aku sendiri, aku tidak punya apapun untuk ku pertahankan! Bisakah aku ikut bersama kalian saja?" batin Perth, menengadahkan wajahnya, membiarkan tetesan hujan menampar wajahnya.

Memasuki apartemennya yang begitu sunyi, Perth membiarkan tetesan dari pakaiannya membasahi lantai. Membawa tubuhnya memasuki kamar melepaskan semua pakaiannya, mengambil handuk dari tempatnya, lalu memasuki kamar mandi. Yang dia tidak tahu, jika Saint meninggalkan catatan di atas buku Perth yang ada di meja belajar. Namun sepertinya catatan itu tertiup angin dan terbang entah kemana.

Ponsel Saint rusak, sebab pagi tadi dia tanpa sengaja membanting ponsel itu, karena merasa jengkel pada orang-orang suruhannya, yang ia tugaskan untuk mencari 7 orang pelaku yang membuat kekasihnya menjadi seperti ini, terlebih lagi, ada nomor tidak dikenal, mengirimkan video tidak senonoh, dimana pemeran utamanya adalah kekasihnya. Saint geram, dia tidak pernah sekalipun merasa semarah ini, sampai akhirnya ponsel yang ada di genggamannya menjadi pelampiasan. Meskipun itu hanya masa lalu, tapi bagi Saint, keadilan akan tetap di dapatkan kekasihnya, apapun yang terjadi.

Cukup sulit menemukan mereka semua, tapi Saint yakin cepat atau lambat, mereka semua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal!

Beberapa kali Saint mendial nomor Perth, tapi tetap tidak ada balasan. Dan sudah puluhan kali dia menelepon, tetap saja sang pemilik tidak kunjung mengangkatnya. Saint cemas, dia tidak bisa pulang ke apartemen, karena sang Ibu sedang sakit, menginginkan Saint tetap ada di dekatnya. Pria berusia 28 tahun itu tahu kenapa Ibunya ingin ia tetap ada di sampingnya, sang ibu sudah lama sakit dan mungkin ini saat terakhirnya bersama ibunya.

Saint menggenggam erat tangan ibunya, dengan satu tangannya yang bebas memegang ponsel baru yang masih menempel di telinga kirinya.

"Perth~ kenapa kau tidak mengangkatnya sayang~ " gumam Saint, cemas.

Tak kehabisan akal, akhirnya Saint mengirim pesan pada Best untuk melihat keadaan Perth di apartemen. Mungkin terdengar kurang ajar, karena Saint menghubungi Best di tengah malam seperti ini, tapi pikirannya tidak bisa tenang sebelum mendengar sendiri keadaan kekasihnya itu.

Best ingin mengumpat, pada siapapun yang mengganggu tidurnya, pasalnya ini sudah pukul 1 dini hari, dan dia terpaksa membuka kedua matanya.

Seketika mata Best melebar, melihat ada 7 panggilan tak terjawab dari Saint, dan 5 pesan dari orang yang sama. Dengan tergesa-gesa dan terhuyung, Best memasuki kamar mandinya untuk mencuci wajah, kemudian keluar dari flatnya, menuju ke apartemen dimana Saint dan Perth tinggal bersama.

There's only Me (SP) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang