(bukan) kisah yang aku rindukan.

12 3 0
                                    

Pertengahan bulan Desember, aku kembali lagi pada halaman kusam yang masih bernyawa. Sebuah buku yang tidak pernah habis aku baca karena memang tidak pernah ada halaman akhir yang benar-benar menyelesaikannya.

Disana aku menemukannya, sebuah tokoh utama pria yang tidak akan pernah tahu bahwa pemeran utama wanita dalam kisah itu sangat mencintainya. Kisah klise yang sebelumnya tak pernah aku lirik hawa keberadaannya.

Namanya Jilly, wanita yang terlihat biasa saja dan tidak ada hal menarik dari dalam dirinya. Tapi aku menyukai wataknya yang penyabar meski kadang ia juga menyebalkan karena terlalu mengalah pada keadaan yang seharusnya bisa ia kendalikan sesuai keinginannya.

Ia terlalu lemah dalam mengekspresikan perasaannya, apalagi perihal cinta. Itu sebabnya ia handal dalam menyimpan perasaan cintanya bertahun-tahun terhadap seorang pria yang sempat menyukainya juga sampai akhirnya kisah mereka adalah kisah sebentar yang mungkin tak dianggap oleh sebagian pembaca dari buku itu. Siapa yang menyangka kisah sebentar itu adalah kisah yang sebenarnya ingin ia raih kembali meski bertahun-tahun tak ada komunikasi antara mereka.

Jilly, wanita itu sangat bodoh karena memiliki perasaan cinta yang memuakkan untuk seseorang yang bahkan menganggap kisah mereka adalah angin lalu yang tidak penting dalam perjalanan hidupnya.

Dan Ben, ia adalah tokoh utama pria dalam kisah itu. Sebuah kisah yang tiap halamannya benar-benar menyenangkan namun menyakitkan untuk dilanjutkan.

Kisah seorang wanita yang terlalu takut untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan hingga memendam perasaan cinta adalah hal paling baik yang bisa ia lakukan.

Aku benar-benar membenci kisah dalam buku yang aku baca ini. Tidak pernah ada halaman terakhir karena perasaan cinta Jilly yang sangat besar itu hanyalah sia-sia.

Yang benar-benar berakhir menurutku dari kisah itu hanyalah halaman kosong di bagian penutup. Tidak jelas karena seorang Jilly menggantung ceritanya sebab kisahnya dengan Ben juga tidak pernah jelas.

Atau jika boleh aku katakan, buku itu benar-benar buruk. Sebuah buku menyebalkan karena penulisnya tidak mencantumkan akhir dari kisah yang juga benar-benar menyebalkan itu.

Aku membenci karakter Jilly yang terlalu pendiam. Karena diamnya itu tidak pernah membawa kepada sesuatu yang hasilnya baik. Terlalu diam dan menerima keadaan sampai cintanya sendiri pun tak pernah ia ungkapkan dengan benar.

Memang benar aku membenci kisah Jilly dan perasaan cinta terpendamnya itu. Tapi meski halamannya tidak pernah diselesaikan, aku berani untuk yang kesekian kalinya kembali ke halaman awal hanya untuk mengulang kisah Jilly dan cinta bodohnya itu.

Ini bukanlah kisah yang menyenangkan, tapi jika diizinkan aku ingin menceritakan kisah menyakitkan ini kepada setiap orang yang akan dan pernah melalui hari-harinya denganku.

Kisah yang tidak akan pernah aku rindukan namun jika diajak kembali ke halaman awal, aku tak masalah.

Aku menyukainya sekaligus membenci cerita ini. Sebuah kisah cinta rumit yang tak pernah aku tahu apa kelanjutannya.

Tak Rindu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang