The Cursed Shoes
(Kehidupannya)
•
•
•Menyusuri trotoar jalan, lalu berhenti tepat didekat lampu merah sebelum dua detik setelahnya berubah menjadi warna kuning. Pemuda itu mendesah napasnya kasar. Tangan kanan yang semula ia gunakan untuk menggenggam sebotol wine, terhempas ketika seseorang mendorong tubuhnya begitu kuat dari belakang. Alhasil botol itu ikut terlempar lalu jatuh menghempas aspal disebelah kanannya begitu kuat. Tanpa aba-aba, orang itu menarik kerah depan kemejanya untuk kemudian mendorong dadanya begitu kuat hingga ia mundur beberapa langkah ke belakang
"Lin Je! Apa yang kamu lakukan!"
Pemuda berkemeja navy itu tersenyum tipis, menatap pemuda jangkung yang menatapnya penuh kilatan amarah.
"Ab-"
Semua terjadi begitu cepat. Yang ia rasakan hanyalah panas yang perlahan terasa membakar pipi kanannya. Bahkan, ia belum merampungkan kalimatnya. Pemuda yang kerap disapa Lin Je itu memejamkan matanya erat. Lalu kembali terbuka dengan netra yang berbinar.
"Berikan aku pelukan, aku butuh sesuatu yang hangat."
Lin Chen-Pemuda tiga tahun lebih tua dari Lin Je- mendecih singkat. "Apakah pelukan begitu berarti Lin Je? Apakah setelah aku memenuhi keinginanmu, kamu akan mengabulkan keinginanku juga?"
Lin Je merentangkan tangannya dengan netra berbinar. "Apapun Bang... Apapun akan aku lakukan."
Lin Chen didepannya tersenyum sinis. Menyambut pelukan hangat sang adik. "Apapun?"tanyanya serupa bisikan.
Lin Je mengangguk mantap dipelukan saudaranya itu.
"Bagaimana dengan nyawamu? Aku sudah lama menginginkan itu,"bisik Lin Chen, kemudian ia tersenyum penuh kemenangan.
Hati Lin Je mencelos mendengarnya. Apakah kematiannya memang benar-benar diinginkan?
Lin Chen berdecak sembari mencoba melepaskan pelukan itu. "Aku tahu, kamu tidak akan pernah bisa."
Lin Je menghalanginya. Mencoba untuk tetap berada pada posisi seperti ini setidaknya sampai ia benar-benar tidak lagi rindu sebuah pelukan. "Tidak, Aku bisa,"lirih Lin Je menahan tangan Lin Chen yang hendak melepaskan pelukan hangat mereka.
Tubuh Lin Chen menegang ditempatnya. Ada sesuatu yang salah. Tapi, bukankah ini yang ia inginkan?
"Berikan aku waktu seminggu. Biarkan aku mencoba. Setelah seminggu yang kujalani gagal, aku akan benar-benar memberikan nyawaku." Lin Je mendongak, hanya untuk menatap Lin Chen dengan sorot sendu.
"Tapi, jika aku berhasil, apakah Abang akan menerimaku sebagai keluarga?"
Lin Chen terkekeh pelan. Mencoba setenang mungkin setelah kalimat tadi berhasil membekukannya untuk sesaat. "Tentu saja. Tapi aku tidak yakin kamu bisa. Sampai matipun, aku tidak akan pernah menganggapmu keluarga, Lin Je!" Lin Chen mendorong tubuh Lin Je kasar, hingga tubuh tegap itu terdorong beberapa langkah ke belakang.
"Asal kamu tahu, Aku tidak akan pernah Sudi memiliki saudara pengkhianat sepertimu!"
Lin Je menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak mengkhianati Abang. Aku bahkan, tidak tahu jika itu kekasihmu. Tapi sumpah, aku benar-benar bukan pelakunya. Aku hanya berusaha menyelamatkannya. Aku hanya-"
Bugh
Kalimatnya terhenti ketika bogeman mentah kembali ia dapatkan. Rasa anyir berpadu rasa sakit membuatnya meringis pelan. Menatap nanar kearah saudaranya yang dipenuhi kilatan amarah.
"Aku tidak perduli siapa pembunuhnya. Yang aku tahu, adikku sendiri mengkhianatiku. Oh, apakah pantas disebut adik? Bukannya lebih pantas ku panggil bajingan kecil?"
![](https://img.wattpad.com/cover/295146454-288-k658315.jpg)