2. Jakarta

19 4 1
                                    

Setelah 2 jam di perjalanan akhirnya Bila sampai di kota Jakarta. Dimana masa-masa indah ada di kota ini.
Jujur dari hati Bila yang paling terdalam, ia sangat merindukan kota ini dan suasana rumah yang berada di depannya.

Rumah berwarna cat abu-abu di depan matanya ini tidak berubah sama sekali. Masih sama seperti dulu.

Pagar rumah yang berwarna hitam.
Tingginya mencapai dada orang dewasa. Di teras rumahnya terdapat dua kursi berwarna putih, dan di depan halaman rumah itu terdapat pohon mangga yang lumayan besar, tingginya bisa mencapai 2 meter.

'Sederhana namun elegan' adalah kata yang pas untuk menilai rumah lama milik keluarga Rezfan-Ayahnya.

Bila menengok ke arah sebelah kanan rumahnya. Terdapat rumah yang sama besar dengan rumahnya, namun bedanya rumah itu bercat putih bersih dan pagarnya berwarna keemasan, dan juga tidak ada pohon mangga di depan halaman rumahnya.

Ia melihat seorang gadis kecil berkuncir kuda, sedang bermain di halaman depan rumah tersebut. Jika di lihat gadis itu kira-kira berumur 3 tahunan.

"Gak mungkin itu adeknya 'kan?- batinya terpotong kala ia mendengar Mama memanggil namanya.

"Bilaaa! Kamu gak mau masuk?!" tanya rina sedikit berteriak dari dalam rumah.

Bila tersadar dari lamunannya. Bila berjalan memasuki rumahnya, yang ia rindukan sejak lama. Sejak 10 tahun lalu lamanya.

"Assalamualaikum" salamnya.

"Walaikumsalam" jawab seorang laki-laki.

Laki-laki itu memakai kaos polos berwarna hitam, dan celana pendek polkadot berwarna putih. Memliki rambut panjang yang hampir mengenai ujung hidung, dan netra mata yang berwarna abu-abu.

Sedang membantu Rina membereskan barang-barang untuk di bawa ke kamar atas.

Dan juga ada seorang gadis yang sedang berdiri di ujung tangga.

Gadis itu mengenakan baju sweater berwarna putih polos dan memakai celana pendek di atas lutut, rambut nya yang di ikat kuncir kuda, bibir mungil berwarna merah jambu, netra mata berwarna abu-abu persis seperti laki-laki yang sedang membantu Rina.

Gadis itu terlihat cantik.

"Abila!" Panggil Rina. Mungkin ini sudah ke-5 kalinya Rina memanggil nama Bila. Entah mengapa Bila termenung.

"Eh, iya Ma, kenapa?" sahut Bila yang tersadar dari lamunannya.

"Kenalan dulu dong sama kakak kamu," Setelah mengatakan itu Rina pergi ke kamar atas untuk menaruh barang-barangnya, meninggalkan Bila yang tak bergeming di tempatnya. 

Gadis yang berada di ujung tangga itu sudah turun, dan duduk di sofa bersama seorang laki-laki tadi.

Bila berjalan menuju ruang tamu, ia duduk di salah satu sofa yang kosong. Menyenderkan bahunya yang pegal akibat terlalu lama di dalam mobil.

"Gue Abila Rezfan Azkadina" Bila Mengulurkan tangan pertanda ingin berkenalan dengan orang di depannya ini.

"Ohh ini yang Papa ceritain, cantik banget." Gumam laki-laki berbaju hitam di samping Bila.

Bila menahan wajahnya yang mulai memerah seperti kepiting rebus.

Jujur saja, laki-laki itu ganteng jika di lihat dari jarak sedekat ini. Gigi nya yang rapih, senyumnya yang manis. Seseorang tolong ambilkan Bila oksigen!!!

Inget ya pinblee "Tidak ada perempuan yang tidak menyukai lelaki tampan."

"Kalo dari deket dia ganteng banget anjir" batinnya.

"Muka lo kok merah gitu? Kenapa? Gue ganteng kan?" goda laki-laki itu pede.

"Kok ada, manusia bego bin tolol di rumah ini?"  gumam gadis di depan Bila.

"Dia namanya Nanda Zahril." Gadis itu menunjuk Nanda yang berada di samping Bila.

"Tar, bentar, bentar.  Kok elo sih yang ngenalin gue ke dia?" sela Nanda keheranan.

"Biar gue sendiri aja" pintanya.

"Haii cantik" ucapnya sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Hai" jawab Bila seadanya.

"Sebenernya yang ada di otak kakak gue itu apaan si anjir?, ngajak kenalan aja kayak orang sinting. Jijik anjir jijik." batin Sara tertekan.

"Emmm, nama gue Nanda Zahril." ucap Nanda, memperkenalkan dirinya lagi.

"Udah tau" jawab Bila singkat, jelas, padat.

"HAHAHHAHAH, bagus Bila gue suka sama lo!" Gadis di depan Bila tertawa kencang meledek sang kakak yang di tolak mentah-mentah.

"Guee ..." ucap gadis di depan Bila yang masih saja tertawa di sela-sela ucapnya.
"... Sara Anggraini Zahril" lanjutnya seraya membalas jabatan tangan Bila.

Bila mengangguk-angguk pertanda ia paham, sembari melepaskan jabatan tangannya.

"Eh Bil, lo kelas 12 'kan?" tanya Sara

Bila menganggukkan kepalanya yang artinya 'iya'.

"Fiks! Harus satu sekolah sama gue."

✧・゚: *✧・゚:*

aku up part ini di tahun baru loh.
semoga tahun 2022 menjadi tahun terbaik seumur hidup aku!

tinggalin jejak yaa.

next?

AKU & EKSPEKTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang