Chapter 3

139 30 7
                                    

Seminggu berlalu sejak pesta perayaan aniversary pernikahan kekaisaran, dimana sang Kaisar tiba-tiba membawa wanita yang akan ia jadikan Ratu.

Hari ini, Kaisar dan Permaisuri meluangkan waktu untuk makan siang bersama. Seperti biasanya, aura dingin menyelimuti seluruh penjuru istana Permaisuri. Satu-satunya hal yang berbeda adalah ekspresi terkejut yang terpatri jelas di wajah para pelayan.

"Ku rasa tidak akan ada masalah, Permaisuri. Keberadaan Ratu sekarang akan meringankan beban pekerjaanmu. Jadi akan lebih baik jika kalian makan bersama dan hidup rukun kedepannya."

Tepat disamping Sang Kaisar yang tengah berbicara dengan senyum lebar, berdirilah Irene Roden, sang bintang utama di perayaan kemarin. Akan tetapi, wanita itu terlihat tidak sesenang sang Kaisar.

Para pelayan dibuat takjub dengan kekejaman sang Kaisar yang dengan entengnya membawa wanita lain saat ia menghabiskan waktu makan siang bersama sang Permaisuri, membuat para pelayan sampai lupa untuk menutup mulut mereka. Wanita itu bahkan belum resmi menjadi Ratu!

untuk meringankan beban Permaisuri katanya? Ha! memangnya Sehun pernah memberikan sesuatu untuk Luhan kerjakan?

Luhan tidak dibiarkan melakukan apapun sebagai seorang Permaisuri. Dia tidak diizinkan mengawasi berbagai prosedur terkait pengangkatan sang Ratu, yang harusnya menjadi tanggung jawabnya dan justru para menteri lah yang mengurusnya.

Bahkan Luhan yang selalu menampakan ekspresi dingin dan sinis pun dibuat terperangah oleh situasi yang tak masuk akal ini.

Anehnya, Sehun merasakan sedikit kepuasan melihat ekspresi wajah sang Permaisuri. Ia tidak pernah melihat ekspresi atau emosi lain di wajah Luhan tak perduli berapa kali ia meniliknya. Itu adalah kali pertama Luhan menampakkan reaksi seperti ini.

"Bukankah setidaknya kau memberikan sedikit pendapat, Permaisuri? Jika kau bersikap profesional, paling tidak kau harus mengatakan hal-hal baik kepada Ratu. Tapi kurasa, Duke memang tidak mengajarkan tata kerama ini padamu. Yaah, itu memang tidak aneh jika kita berbicara tentang Xi Yunho."

Dengan perkataan kasar Kaisar, para Pelayan mulai cemas dan berantisipasi kalau kalau sang Permaisuri membalas dan melemparkan bogem mentah ke wajah Kaisar.

Namun, Luhan yang terkenal dengan sikap dinginnya, hanya menatap Sehun dengan wajah tanpa ekspresi dan membuka mulutnya.

"Saya mohon maaf Yang Mulia, tapi Nona Irene masih belum resmi menjadi Ratu."

Suara Luhan tidak keras namun terdengar tegas. Tapi berbanding terbalik dengan apa yang dikatakannya, Luhan tampak tidak berniat untuk minta maaf sama sekali.

"Saya baru diberitahu bahwa Yang Mulia ingin saya menemui Nona Irene sebagai Permaisuri Kekaisaran ini secepatnya, tanpa ada pemberitahuan dulu sebelumnya. Disamping itu, saya rasa tak ada yang perlu saya katakan lagi karena bagaimanapun juga Yang Mulia mendeklarasikan untuk mengimplementasikan kembali hukum yang sudah lama hilang."

Itu adalah kali pertama Luhan mengatakan kalimat yang panjang. Sehun menatap Luhan dengan ekspresi tak terbaca, tapi Luhan dengan entengnya mengalihkan pandangan kepada Irene.

"Nona Irene, tolong jangan salah paham. Saya mengatakan ini bukan karena saya mempunyai dendam pribadi kepada anda, hanya saja nama baik Yang Mulia Kaisar sedang dipertaruhkan karena masalah ini masih belum sepenuhnya dibereskan."

Akan lucu jika di catatan sejarah dituliskan bahwa Oh Sehun, sang Kaisar Croysen tergila-gila dengan seorang wanita dan tidak mematuhi prosedur hukum Kekaisaran yang berlaku.

Para pelayan terkejut mendengar perkataan Permaisuri, dan mencuri pandang ke ekspresi yang ditunjukkan Kaisar, tapi dia tampak tidak marah. Sehun hanya mengernyitkan dahi.

There Were Times When I Wish You Were Dead (Novel, Hunhan Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang