"Kau, apa yang kau lakukan barusan?"
Sehun yang memasuki kediaman sementara Irene bertanya dengan wajah tak senang.
"Saya? Memangnya apa yang saya lakukan?"
"Kau sengaja melakukannya tadi"
"Maksud anda, saya yang menggenggam tangan anda tadi? Anda bahkan menggenggam tangan saya sesuka anda, anda bahkan merangkul pinggang saya. Anda seharusnya melakukan itu sewajarnya."
"Aku tidak membicarakan hal itu. Aku membicarakan tentang apa yang kau katakan tadi. Kenapa kau tiba-tiba meminta Permaisuri untuk mengurus acara pengangkatan Ratu? Kau pikir apa yang akan dilakukan permaisuri?"
Irene, yang sedang menghadap kaca seraya melepaskan berbagai perhiasan ditubuhnya menatap Sehun dari pantulan kaca.
"Saya hanya ingin melihat reaksi Yang Mulia Permaisuri... Bagaimana dengan anda sendiri Yang Mulia?"
Wajah mungil yang menatap Sehun menunjukan ketidaksenangan.
"Tolong beritahu saya terlebih dahulu jika anda akan makan siang bersama Permaisuri. Saya pernah mendengar rumor bahwa Yang Mulia adalah suami yang kejam, tapi ini lebih dari yang saya bayangkan."
"Kau lah yang tidak memberikan celah sedikitpun dan menekan Permaisuri. Kurasa, aku memang tidak salah memilihmu sebagai Ratu."
"Oh, hati-hati, saya bahkan belum resmi menjadi Ratu anda."
"... Kau tau jika apa yang kau lakukan sangat tidak sopan? Jika kau rakyat biasa, kau pasti sudah mendapatkan kabar tidak menyenangkan dari Suho."
Mendengar perkataan Sehun, Irene hanya tertawa.
"Menandatangani kontrak dengan Yang Mulia Kaisar saja sudah luarbiasa, tak ada salahnya jika kita menambahkan sedikit bumbu drama bukan?"
"Tugasmu hanyalah memantau gerak-gerik Permaisuri di publik "
"Dan anda terlalu memanfaatkan saya untuk masalah pribadi anda. Apakah anda sedang berusaha membuat Yang Mulia Permaisuri cemburu?"
Raut wajah Sehun berubah. Sungguh konyol mendengarnya. Cemburu hanya untuk orang-orang yang memiliki perasaan untuk satu sama lain, Luhan dan dirinya tidak memiliki ruang untuk hal semacam itu.
"Jangan salah. Kita melakukan ini dengan dalih cinta untuk membuatmu terbebas dari campur tangan para bangsawan."
"Saya tahu."
"Lagi pula, tidak kah kau tau, orang seperti apa Permaisuri itu? Bagaimana mungkin seseorang yang bahkan tidak akan meneteskan darah ketika ditusuk sekalipun, merasakan cemburu?"
"Itulah yang saya maksud."
Irene berbalik menatap Sehun.
"Ketika saya melihat reaksi Permaisuri, sepertinya ia tidak benar-benar tak memiliki perasaan. Yang mulia, pernahkah anda berpikir dari sudut pandang Permaisuri? Anda dapat memilih wanita mana yang ingin anda nikahi, tapi tidak dengan Permaisuri yang memiliki ayah seperti Duke Delois. Anda tidak seharusnya bersikap terlalu dingin."
Irene menutup mulutnya ketika Sehun melambaikan tangannya dengan acuh.
"Jangan bicara omong kosong. Apakah Permaisuri terlihat seperti seseorang yang akan membiarkannya begitu saja? Menggoda batu dijalan bahkan jauh lebih mudah daripada menggoda Permaisuri."
"sayang sekali..."
"Jangan sia-siakan pikiranmu untuk hal yang tak berguna, masih banyak hal yang perlu kau pikirkan. Ekspresinya Itu pasti karena aku melukai harga dirinya yang setinggi langit. Bagaimana mungkin wanita yang selalu diperlakukan bak seorang putri oleh Duke diam saja mendengar cemoohan tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
There Were Times When I Wish You Were Dead (Novel, Hunhan Ver)
FanficKaisar Croysen, Oh Sehun, membenci sang Permaisuri, Luhan. Cukup sampai membuatnya mengumpat 3 kali sehari, berharap agar wanita itu menghilang dari hidupnya. Sehun membenci wajah Luhan yang mirip dengan Duke Delois, musuh bebuyutannya. Tetapi tidak...