Tak lama setelah pernikahan mereka, Permaisuri Luhan benar-benar tidak dilibatkan dalam segala urusan kekaisaran.
Terlepas dari kenyataan bahwa sulit baginya untuk melihat wajah Kaisar, Permaisuri Luhan juga tidak melakukan tugas kekaisarannya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah membawa 100 karyawan dari keluarganya sendiri.
Seolah merasa senang bermain dengan orang-orangnya sendiri di istana, Permaisuri tidak pernah keluar dan melanjutkan kehidupan sehari-harinya dengan santai.
Sikap Permaisuri seperti menunjukan kepada orang lain bahwa 'Aku makan dan hidup dengan baik'
Para dayang Permaisuri sama sekali tidak peduli bahwa Xi Luhan adalah seorang Permaisuri yang bertindak begitu arogan, mereka bahkan berjalan dengan kepala tegak dan pongah layaknya sang majikan.
Hal tersebut membuat Oh Sehun, Sang Kaisar semakin geram. Ia bahkan tidak tahan jika harus melihat wajah Sang Permaisuri lebih dari 5 detik.
Pada acara kekaisaran di mana mereka dipaksa untuk mentolelir keberadaan satu sama lain, Kaisar selalu membawa seorang wanita baru dan mengabaikan Permaisuri.
"Sehun-ah."
Bisikan wanita yang dibawa Sehun mencapai telinga Luhan dan dayangnya.
Pelayan kerajaan, Suho, menutup mulutnya karena terkejut. Wanita itu baru saja memanggil Kaisar dengan namanya!
Untungnya, itu bukan nama panggilan. Jika dia memanggil Kaisar dengan nama panggilannya yang hanya diketahui oleh orang terdekat Kaisar, Suho tidak akan pernah membiarkan wanita itu begitu saja.
Di Croysen, bahkan rakyat jelata sekalipun tidak sembarangan memberikan nama panggilan mereka kepada orang asing. Ada legenda yang menyatakan jika seseorang diam-diam mengulangi nama panggilan orang yang ia sukai selama 100 hari, maka cintanya akan menjadi kenyataan.
Suho bertanya-tanya apakah dia harus bersyukur karena Kaisar tidak melewati batas, dan melempar tatapan tajam seolah ingin menghabisi wanita itu.
Namun, disisi lain, Sehun menatap wanita itu dengan ekspresi lembut yang tidak akan pernah muncul lagi.
"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu inginkan?"
"Jika iya, apakah Anda akan memberikannya kepada saya, Yang Mulia?"
Xi Luhan sama sekali tidak peduli, bahkan ketika dia melihat Kaisar dan wanita itu berbisik tepat di depan matanya.
Melihat Permaisuri, yang tampaknya dirundung kebosanan, orang-orang mulai berpikir bahwa Kaisar bukanlah satu-satunya yang mengabaikan Permaisuri. Tapi sebaliknya!
"Bukankah akan lebih baik jika Yang Mulia mengizinkan saya melihat 'Wolf's Tears' paling tidak sekali!"
Wanita itu berteriak dengan polos.
Semua pelayan, termasuk kepala pelayan kerajaan Suho, terkejut dan tersentak, tetapi Permaisuri tidak bergerak.
'Wolf's Tears' adalah kalung kekaisaran yang telah diturunkan kepada permaisuri dari generasi ke generasi, tetapi Sehun tidak memberikannya kepada Luhan, meskipun sudah cukup lama sejak pernikahan mereka.
Suho menatap wanita itu dengan wajah merah seperti akan meledak, tapi Sehun tertawa seolah itu merupakan hal lucu.
“Yah, aku lebih suka kamu memakainya daripada membuatnya dipenuhi debu. Lagipula aku tidak punya siapa pun yang mau memakainya!"
Apakah Sehun barusan mengatakan dia akan memberikan 'Wolf's Tears' kepada orang di sebelahnya?
“Yang Mulia!”
KAMU SEDANG MEMBACA
There Were Times When I Wish You Were Dead (Novel, Hunhan Ver)
FanfictionKaisar Croysen, Oh Sehun, membenci sang Permaisuri, Luhan. Cukup sampai membuatnya mengumpat 3 kali sehari, berharap agar wanita itu menghilang dari hidupnya. Sehun membenci wajah Luhan yang mirip dengan Duke Delois, musuh bebuyutannya. Tetapi tidak...