Malam sudah berganti pagi. Matahari masih malu malu menampakkan dirinya. Beda di luar, beda juga di dalam. Seseorang yang masih asik bergumul di bawah selimut tebalnya. Dia masih asik menikmati mimpinya. Ayam milik tetangganya mulai berkokok untuk membangunkan setiap insan yang masih tertidur, tapi berbeda dengan perempuan ini. Tidur seperti mati.
"Ck, lama-lama aku goreng juga itu ayam. Ganggu aja," decaknya yang masih menyamankan posisi, mencari kehangatan.
Sinar matahari mulai meninggi dan masuk melalui celah celah gorden di jendela. Begitupun dengan suara ayam yang masih saling bersahutan.
"Aarrgh ngeselin banget, mau tidur aja gak tenang. Gak tau aku lagi capek apa?!" gerutunya seorang diri.
Ia beralih mengecek jam di ponselnya. 06.05 a.m , seraya mengucek matanya ia bangkit dan keluar dari kamar menuju dapur untuk menemui ibunya.
Selvira Maharani, perempuan cantik yang kini usianya masih menginjak umur 21 tahun namun sayangnya dirinya sudah menyandang status 'Janda Kembang'. Bukan tanpa sebab ia menjadi janda. Suaminya meninggal saat mereka hendak pergi ke rumah baru yang memang sudah direncanakan suaminya setelah acara resepsi dilaksanakan, dan itu terjadi 2 tahun lalu saat dirinya masih berusia 19 tahun. Malang sekali nasibnya.
oke, back to story...
Selvira menghampiri Ibunya yang sedang memasak sarapan untuk keluarga. Ia mencium aroma masakan yang sangat enak menabrak indra penciumnya. Segera melongok, untuk melihat apa yang ibunya masak.
"Masak apa, Bu?" tanyanya membuat sang wanita paruh baya itu terlonjak kaget.
"Hush, kamu ini ngagetin aja," ujar Rina-Ibu Selvira.
Selvira yang mendengar itu hanya terkikik kecil dan berpindah posisi di samping Ibunya yang sedang memasak.
Angannya ingin tinggal sendiri walaupun ia janda, tapi keluarganya tidak setuju. Alasannya tentu ingin mandiri dan agar menjadi perempuan yang bisa berpikiran lebih matang dan dewasa, apalagi dirinya sudah bekerja. Ya, walaupun hanya sebagai pelayan restoran, tapi gajinya lumayan. Tapi apalah daya jika dia sudah berhadapan dengan orang tuanya.
"Ada yang perlu Vira tolong gak, Bu?" tanyanya menawarkan diri.
"Oh iya, belikan gula sama tepung bumbu dulu sana," ujar sang ibu seraya memberi uang.
"Oke siap!"
Selvira segera melegang pergi untuk membeli dua bahan tersebut.
"Mau kemana, Kak?" itu suara dari Adi-Ayah Selvira.
Selvira menoleh pada Ayahnya yang sedang memberi pakan ikan hias di sebuah kolam kecil.
"Mau kedepan dulu, Yah. Disuruh Ibu beli-beli," ucapnya lalu langsung melegang setelah memberi senyuman manis pada sang Ayah.
Suasana di pagi hari sedikit ramai. Ya, banyak orang-orang yang beraktivitas kala itu.
"Eh, neng Selvira. Mau kemana pagi-pagi neng?" sapa salah satu ibu-ibu yang sedang berbelanja kepada tukang sayur keliling.
Selvira mau tak mau mengehentikan langkahnya dan memperlihatkan senyum manisnya.
"Saya mau ke warung depan, Bu. Ada yang mau dibeli," balasnya sopan.
"Neng Vira makin cantik aja abis jadi janda," ujar yang lainnya dan hanya dibalas senyuman canggung oleh Selvira.
"Ah ibu bisa aja hehe, saya permisi ya ibu-ibu," pamitnya lalu melangkahkan kakinya lagi.
"Sayang banget ya, padahal masih muda udah jadi janda," ujar seorang ibu-ibu saat Selvira agak menjauh.
"Iya, kenapa gak nikah lagi aja. Biar status jandanya ilang," timpal yang lainnya.
Selvira yang masih dapat mendengar hal itu hanya mampu menghela nafas kasar. Ia harus segera cepat ke warung dan pulang ke rumah. Ini yang dia tak suka jika keluar rumah, terlalu malas mendengar omongan orang tentang dirinya.
*****
Sebuah mobil BMW I8 melesat pesat membelah jalanan kota. Semua kendaraan di depannya dilalui begitu pesat, mesinnya memang tidak bisa diragukan. Di dalamnya ada dua insan manusia yang saling diam dan fokus pada kegiatan masing-masing. Yang satunya menyetir dan yang satunya fokus pada tab di tangannya.
"Pak, nanti jadwal anda sedikit padat dari biasanya," ucap salah satunya memecah keheningan.
Sedangkan yang satunya malah menatap tidak suka pada satunya. Oke daripada bingung, mari kita perkenalkan.
Alden Pradipta Wijaya, anak dari Ratna Linanti Dan Hendra Wijaya yang kini perusahaannya melejit pesat di beberapa cabang pasar. Lelaki dengan kepintarannya dalam mengatur strategi dalam perdagangan itu adalah Lelaki tampan,tidak tersentuh dan sangat dingin. Tetapi sifatnya itu hanya berlaku bagi orang orang diluar sana. Di dalam lingkungan keluarga ia akan menjadi sosok yang ramah,hangat dan si pemilik eye smille yang menawan.
Sedangkan disebelahnya Bayu, Bayu Hadiwikara. Asisten pribadi Alden sejak 1 tahun lalu Lelaki itu menginjak dunia kerja. Lelaki jahil yang selalu menggoda Alden sampai lelaki itu kesal sendiri nantinya. Mereka sudah seperti saudara ketika sedang bersama, padahal hanya partner kerja atau bisa dikatakan sahabat. Karena memang membutuhkan satu sama lain.
"Sudah berapa kali bilang kalau jangan panggil 'Pak' saat diluar jam kerja?!" tanyanya sambil mendengus kasar. "Mau ku lemparkan kau keluar dari mobil ini, Bay?"
"Bercanda Al, kenapa kau seserius itu?" kelakar Bayu yang masih fokus menyetir. Sedangkan Alden langsung menghentikan kegiatannya.
Tidak berselang lama, mobil mewah itu memasuki area kantor. Setelah berhenti Bayu segera keluar dan membukakan pintu untuk Alden. Setelah itu mereka berdua segera melangkah masuk setelah Bayu melempar kunci mobil tadi pada penjaga untuk di parkir di area basement.
Mereka berjalan beriringan. Terlihat seluruh staff karyawan berdiri dan membungkukkan badan mereka.
"Selamat pagi, Pak," sapa mereka hampir serentak dan hanya di lewati begitu saja oleh Alden. Sementara Bayu hanya menimpali dengan senyum tipis.
Memasuki lift, mereka berdua bergegas ke lantai 4, di mana ruangan Alden berada. Tidak ada percakapan diantara keduanya, hening menyelimuti.
Ting
Mereka keluar setelah mendengar pintu lift terbuka. Alden dan Bayu segera pergi untuk menuju ruangan masing masing. Anna selaku sekretaris Alden segera menghampiri lelaki tersebut untuk memberi tahu schedule hari ini.
"Apa saja jadwal saya hari ini?" tanya Alden to the point.
"Pagi ini ada jadwal meeting dengan klien kita dari Singapore. Siang nanti ada pertemuan rekan bisnis anda. Sorenya anda akan bertemu oleh kepala cabang yang ada di Malaysia untuk membicarakan kendala, Pak."
Alden mendengarkan Anna yang berbicara panjang lebar lalu dirinya duduk di kursi kerjanya. Ia menganggukkan kepalanya lalu membuka laptopnya dan akan memulai kembali hari baru.
"Kalau begitu saya permisi, Pak," pamit Anna. Lalu melegang keluar tanpa menunggu jawaban Bos nya itu. Karena dia tau Alden tidak akan menjawab. Sudah hapal betul dengtabiat Bos nya.
Hari yang melelahkan lagi, batin Alden.
next chapter? lest go....
KAMU SEDANG MEMBACA
HAI, JANDA KEMBANG
Ficción GeneralFOLLOW BEFORE READING!! Give a star if you like this story Comment if you have criticism and suggestions Share if you like this story "Suka kok sama janda kayak saya, Pak," ujarnya kesal. "Padahal yang ngincar Bapak itu kan dari kalangan kelas atas...