HJK 2

2 0 0
                                    

Selvira mulai sibuk, apalagi jika sudah memasuki sore hari seperti ini. Pelanggan biasanya akan ramai-ramainya di waktu ini. Mengingat restoran ini yang juga dekat dengan pantai. Jadi setiap pelanggan bisa menyaksikan senja dari lantai 1 maupun di lantai atas restoran tersebut.

Ia melayani pelanggan dengan baik, teliti, dan sopan. Terhitung perempuan itu sudah bolak balik, naik turun untuk melayani pelanggan yang memesan makanan dan minuman.

"Hei, Ra!" panggil salah satu teman kerjanya.

"Kenapa Wid?"

"Antar ini pesanan ke meja nomor 14," ucap Widia dan kembali fokus untuk menerima uang dari pelanggang yang hendak membayar.

Tanpa kata, Selvira lalu membawa pesanan tadi dan langsung mengantarkannya ke meja yang dimaksud. Setelahnya ia kembali untuk melanjutkan pekerjannya untuk mencatat pesanan. Tapi, terurung kembali saat suara melengking Widia kembali memanggilnya.

"Ra!! Tolong antar minuman ini ke meja nomor 8!" ujarnya agak keras agar terdengar oleh Selvira.

"Yang lain kemana sih Wid?" tanyanya sedikit mendengus sebal.

"Yang lain lagi sibuk juga, hehe. Kamu kan paling deket sama aku, jadinya kamu aja yang aku suruh, dah sana antar."

Merotasikan matanya malas Selvira segera mengantarkan pesanan itu. Senyum tipis tak pernah luntur dari bibirnya. Ia berjalan pelan, kemudian membungkuk sebelum meletakkan minuman tersebut.

"Permisi pesanannya Tuan, Nyonya."

Dikira telah selesai ia langsung pergi. Namun hendak melangkah, ia kembali dipanggil.

"Maaf ini pesanannya salah. Bagaimana sih," komplain pembeli tadi.

Selvira segera menghampirinya dan mencoba menyelesaikan masalah.

"Memangnya tadi anda memesan apa?"

"Saya pesan special hot chocolate, bukan ice lemon!"

"Ah baik, saya minta maaf atas keteledoran kami ya. Saya akan membawanya kembali, lalu menggantinya dengan pesanan anda."

"Ya ya. Cepatlah sedikit!"

Dengan samar Selvira menghembuskan nafasnya. Tangannya bergerak mengambil gelas tadi. Namun ketika hendak berbalik, ia tak menyadari keberadaan seseorang.

Praangg

Selvira membolakan matanya ketika minuman tadi tumpah ke pakaian seseorang. Dengan langkah terburu ia mengambil tisu dan mencoba membersihkan pakaian orang tadi.

"Maafkan saya, saya tidak sengaja," ujarnya pelan.

"Lain kali pakai matamu!"

"Ah iya sekali lagi maafkan saya," ucapnya lagi.

"Kau terlalu muda untuk rabun," orang tadi berbicara dengan nada menyebalkan.

Selvira segera mendongak dan sedikit menjauhkan diri. Ia membuang dengan kasar tisu yang ia gunakan tadi.

"Bahkan saya sudah meminta maaf kepada anda. Kenapa anda meledek saya?" geramnya. "Anda tidak bisa menerima maaf seseorang?" sambungnya.

Ia tidak perduli jika dirinya menjadi pusat perhatian. Ia terlanjur kesal dengan sikap orang di depannya ini. Apakah menerima maaf dari orang lain sangat susah? pikirnya.

"Anda yang salah disini pelayan!" tekan sedikit orang itu.

"Tapi saya sudah meminta maaf. Sudahlah, saya tidak ada waktu untuk meladeni anda. Saya masih banyak pekerjaan. Selamat sore dan semoga harimu menyenangkan!" balas Selvira dengan tekanan di akhir ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAI, JANDA KEMBANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang