TWO : Enchanting.

89 17 2
                                    

[Playlist : "Terpesona" by Isyana Sarasvati feat. Gamaliél]

×××

Pukul empat dini hari.

Gadis yang baru terlelap setengah jam yang lalu itu kini membuka matanya. Ringisan keluar dari bilah bibirnya tatkala dapati rasa remuk hampir di keseluruhan tubuhnyaㅡhampir. Berikutnya hela napas terdengar beberapa kali sebelum ia akhirnya berhasil mendudukkan diri di atas ranjang yang kini ia tempati seorang diri.

Di balik jendela kamar yang tak sempat tertutup, langit masih tampak gelap. Baik rembulan maupun gemintang tak lagi nampak, hanya sedikit lampu-lampu bangunan kota yang menyala menggantikan peran keduanya.

Gadis itu kini alihkan pandangan ke arah nakas yang berada tepat di samping ranjang yang ia tempati. Di sana tas hitam kecilnya tergeletak begitu rapih bersama beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribu won yang terselip di bawahnya.

Gadis itu kembali alihkan pandangan. Kali ini langit-langit kamar yang jadi tujuan. Langit-langit itu sama seperti suasana kamar yang saat ini kosong dan sepi, berbanding terbalik dengan pikirannya yang ramai dan berisik. Terlampau ramai, seperti ada satu, dua, atau mungkin ratusan hal yang berkecamuk hingga membuat kepalanya pening bukan main.

Segalanya baru berakhir ketika ponselnya berbunyi nyaring.

Alarm. Hanya dari deringnya saja gadis itu tahu bahwa itu adalah alarm.

Gadis itu baru ingat bahwasanya hari ini ia masih memiliki jadwal kuliah. Ia tidak boleh terlambat. Meski hampir keseluruhan tubuhnya terasa remuk sampai membuat jalannya terhambat, ia tetap tidak boleh terlambat.

Oleh sebab itu, dengan gerakan secepat kilat, gadis itu mematikan alarm di ponselnya kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang kotor.

Hari mungkin masih terlalu dini, tetapi gadis itu harus bersiap sesegera mungkin.

×××

Changbin menekuk wajahnya tatkala Wooyoungㅡdengan seenak jidatㅡmenaruh dua buku paket yang beberapa hari lalu dipinjamnya dari perpustakaan ke atas dua buku paket serupa yang Changbin bawa. Padahal Wooyoung yang mengajak Changbin untuk mengembalikan dua buku itu bersama, tetapi Wooyoung juga yang beralasan harus segera pergi karena memiliki urusan penting.

“Semoga hari ini pacarmu minta putus.”

Hya! Jangan ngomong sembarangan, dong!” protes Wooyoung, “Lagian kali ini aja, kok. Lain kali aku pasti balikin sendiri. Kemarin-kemarin aku juga balikin sendiri, ‘kan?”

“Tapi tetap sajaㅡ”

“Changbin-ah, please?”

Sejujurnya, Changbin ingin sekali menolak. Ia tidak suka diperintah, ia ingin Wooyoung mengembalikan dua buku itu sendiri, tetapi melihat pemuda Jung di hadapannya sudah mulai menunjukkan tingkah menjijikkan yang membuat siapa pun yang melihatnya mual, Changbin tak punya pilihan lain.

“Kamu berhutang padaku,” ucap Changbin dengan amat sangat berat hati.

“Iya iya nanti aku traktir. Kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih ya, Bin. Sampai jumpa besok, muah!”

Changbin bergidik ngeri saat Wooyoung lemparkan fly-kiss sesaat sebelum beranjak meninggalkannya.

“Kuharap pacarnya benar-benar minta putus. Makin hari tingkahnya makin menjijikkan saja.”

Changbin rapikan empat buku di tangannya terlebih dahulu sebelum lanjutkan langkahnya menuju perpustakaan. Sesekali ia akan membungkuk kecil atau beri seulas senyum saat berpapasan dengan dosen, senior, atau orang-orang yang ia kenali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Iridescent - Stray Kids Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang