"Izinin aku Sal." ucap seseorang yang sedang memegang lengan gadis yang ada di sampingnya ini.
Gadis berambut sebahu dengan bibir berwarna pink itu sedikit membulatkan matanya. Lalu dengan cepat ia bersuara.
"Kamu sayang gak sama aku?" tanya gadis itu tengan wajah yang terlihat khawatir.
Raiden itu mengangguk. "Ya, sayang lah." sahutnya.
"Kalo kamu sayang sama aku, jangan lakuin itu!" timpal Salvira.
"Sekali aja Ra. Sekali." mohon Raiden, berharap kekasihnya ini membolehkannya.
Salvira menggeleng. "Aku sayang sama kamu Den. Please dengerin aku!" mohonnya dengan kedua mata yang penuh harap. "aku gak mau kamu kenapa-kenapa," jelas Salvira dengan mata yang berkaca-kaca.
Raiden menghela nafas berat.
"Yaudah sekarang kita pulang." Raiden beranjak dari duduknya lalu merapikan jaket hitam dan celana abu-abunya.
Namun Salvira masih bergeming.
"Ayo!" Raiden memberikan tangannya agar Salvira bangun.
Namun gadis itu masih diam, lalu Salvira menatap iris coklat mata Raiden.
"Janji dulu kamu gak ikut ya!" Salvira mengasongkan jari kelingkingnya lalu disambut oleh jari kelingking Raiden.
Raiden bergeming, di sisi lain ia sangat ingin mengikuti balapan itu, tapi di sisi lain, ia tak ingin membuat kekasihnya itu bersedih. Dan ia tersenyum. "Iya janji."
Lalu Raiden mulai berjalan, namun Salvira masih bergeming, tampak mimik wajahnya menunjukan ekspresi khawatir.
'Aku harap, kamu bisa pegang janji kamu, Den.' Batin Salvira dan ia pun segera beranjak dari posisinya karena Raiden sudah berjalan cukup jauh.
-Getir-
Deru motor terdengar sangat keras. Dan terdengar pula suara sorak-sorai dari sekumpulan orang yang berada disana.
"GUE YAKIN, IDEN PASTI MENANG WOYY!!"
"GUE YANG JAMIN, KALO IDEN MENANG GUE TRAKTIR BAKSO SOLO!!" teriak seseorang lalu disahuti dengan teriakan antusias.
Balapan, ya meskipun sudah dilarang oleh kekasihnya Raiden masih saja ikut. Bukan karena uang, namun popularitas yang ia pikirkan. Karena jika ia menolaknya, ia akan dianggap cupu oleh lawannya ini.
Dan sekarang ini puncaknya, dimana balapan akan segera dimulai. Terlihat seorang wanita berbaju minim berjalan ke hadapan pemotor itu. Lalu ia berhitung.
"1 ... 2 ..." perempuan itu lalu menjatuhkan bendera yang dipegangnya.
Dan...
Kedua pemotor itu langsung menarik gasnya dengan sangat kencang.
Karena ini balapan liar. Jadi balapan ini diadakan di jalanan umum. Yang pastinya sangat membahayakan pembalap, maupun orang lain.
Raiden berada dibelakang lawannya saat ini, ia terus berusaha untuk menyalipnya. Namun berulang kali gagal karena selalu saja terhalang oleh kendaraan lain.
Dan kali ini jalanan kosong. Ia lalu menyalip lawannya itu dan menengoknya dengan tatapan sombong. Tanpa ia sadari, ada truk bermuatan pasir dari arah yang berlawanan.
Ia terkejut lalu membanting setangnya. Sayang ia malah membelokanya ke arah kanan dan alhasil ia pun bertabrakan dengan truk itu.
*Brakk
Ia terpental beberapa meter dari motornya. Kepalanya terbetur pada pinggir trotoar, namun tubuhnya terus menggelinding hingga membuat sang empunya mengerang kesakitan.
Dan saat itu pula, tetesan air hujan mulai turun lalu membasahi apa yang di jatuhinya. Langit seolah sedang menangisi kejadian nahas ini.
Raiden berusaha bangkit, namun ia rasa badannya itu sudah remuk, ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya.
"Sal ... Maaf ..." rintih Raiden, dengan tangan yang mencoba menggapai sesuatu di depannya. Air mata yang bercampur dengan air hujan itu menjadi saksi bisu betapa sakitnya Raiden sekarang.
Perlahan, otot-otot yang ada di dalam tubuh Raiden mulai merenggang, pandangannya pun menggelap. Dalam hitungan detik, Raiden sudah benar-benar kehilanyan kesadarannya.
-Getir-
Yow, back to me Nandar_M!!
Sorry kalau ceritanya agak Gj karena jujur, aku cuma penulis pemula yang masih banyak belajar jadi maklumin aja, tapi inshaAllah aku bakal berusaha yang terbaik buat kaliaann!!
Call me Vroh 'cause I Human!!
Follow ig @Nandar_M
KAMU SEDANG MEMBACA
Getir
Ficção Adolescente"𝐊𝐚𝐥𝐨 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐠𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐭𝐢𝐦𝐮, 𝐛𝐢𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐭𝐢𝐤𝐮. " -𝓖𝓮𝓽𝓲𝓻. Salvira Putri Nurrahman, 𝖌adis sebatang kara yang tak pernah merasakan bagaimana rasa kebahagiaan dan kasih sa...