Chapter 1 : Unexpected

95 8 19
                                    

Betapa menyenangkan hari ini, udara pagi yang sejuk berhembus dari jendela kamar yang kubuka, kamarku terletak di loteng rumah, betapa senangnya, lalu tiba-tiba ada suara yang memanggil

"Reynard, ayo bangun, sarapan sudah siap! Kalau tidak cepat kau akan terlambat!" teriak ibuku dari lantai 1

"Iya ma..." jawab ku dari lantai 2
Hari ini adalah hari penting yaitu hari penobatan kakakku, Varius, karena ia telah lulus dengan nilai terbaik dan skill yang terhebat, sehingga bagian militer kerajaan langsung mengangkat tanpa ragu, ini dilakukan setiap tahunnya, dan langsung mendapatkan jabatan yang lumayan tinggi di kemiliteran tersebut (yang dimaksud dari lulus ini adalah lulus dari sekolah khusus ilmu perang dan juga pelajaran lain seperti alkimia).

Kegiatan merepotkan ini dimulai beberapa hari sebelumnya dengan menyiapkan persiapan untuk kakakku bersiap-siap dengan acara resminya, entah jas resminya yang hilang, pidatonya yang belum dibuat, dan lagi dia orangnya gugup, dan lebihnya lagi ayah sedang pergi ikut ekspedisi dari para ilmuwan kerajaan, ayahku sebagai pemimpin prajurit yang mengiringi, meskipun perkiraan bulan ini ia pulang tetap saja membuat lelah menunggu, dan untungnya semua pada akhirnya selesai tepat malam sebelum hari penobatan *sigh* .

*****

Acaranya pun di mulai, seperti biasa sangat membosankan karena hanya tidak ada hal yang seru, hanya orang berbicara formal dan pidato, setelah beberapa lama sambil mengantuk-ngantuk karena bosan akut, dan pada akhirnya muncul juga figur yang aku tunggu-tunggu muncul.

Seketika ia naik ke pangung, terdengar suara bisikan perempuan di belakang dan mereka terpaku melihat panggung seakan-akan ada artis yang muncul, mungkin menurutku karena kakakku cukup populer di sekolahnya, memiliki ketampanan di atas rata-rata, badan atletis serta berprestasi, itulah yang membuat ia perfect di mata perempuan, sedangkan aku? Seperti anak pada biasanya, lebih terobsesi dengan buku daripada hal cinta aneh. Pidatonya berjalan dengan lancar

"Sekian dari pidato saya, terima kasih dan selamat pagi" Varius berkata

Tepuk tangan meriah diberikan setelah pidatonya, dan... ! Aku merasakan ada yang aneh, hawa yang mencekam seperti hembusan angin dingin yang mengigit, aku langsung berkata kepada ibuku yang duduk di sebelahku

"Ma.. Aku punya perasaan tidak enak, tampaknya kita harus pergi" kataku dengan nada ketakutan

"Itu hanya perasaanmu kali, hiraukan saja" ia berkata sambil menatap panggung bukan aku

'Mungkin mama betul, hanya perasaanku saja, tenangkan dirimu Reynard tenangkan dirimu' kataku dalam hati, sambil menenangkan diri aku ikut melanjutkan acara tersebut hingga berakhir. Kami bertiga pun pulang, sesampai di rumah.

"Reynard, kau harus mengikuti jalur kakakmu itu,mendapatkan prestasi yang bagus seperti itu" katanya dengan nada membanding-bandingkan

"Aku sudah berusaha! Mama pikir gampang mengejar nilai kayak gitu!?" bantahku dengan marah, "aku paling tidak suka-suka dibanding-bandingkan begitu!"

"Sudah-sudah, mama juga berhenti, kasian Reynard, mungkin dia memiliki bakat yang berbeda dariku, toh dia juga masih umur 16, perjalananny masih panjang" kata kakakku, ia selalu membelaku dengan sikapnya yang dewasa, makanya aku sangat menyayanginya
Lalu mama mengiyakan saja perkataan kakakku, lalu pergi ke dapur untuk memasak makan siang, aku pergi ke lantai 2 menuju kamarku dan juga kakakku, masuk ke kamar dan lompat ke ranjang
'haa.. Lelahnya hari ini, buat apa ya mesti pakai pidato segala... Andaikan aku bisa seperti kakakku, pintar dalam hal fisik maupun teori, dan....' aku terus berpikir dan menghayal-hayalkan semua hal yabg sulit di capai, semakin lama aku semakin mengantuk dan tidur... "Argg!!!!" terdengar suara teriakan kecil dari kamar sebelah, aku langsung lompat dan lari ke arah kamar sebelah.

"Kakak..", aku berkata sambil mengetuk pintu, "Kak Varius, ada apa?" belum ada jawaban, rasa takut mulai menjalar di badanku seakan-akan tulang punggungku tiba-tiba menjadi dingin, ketukan pintu berubah menjadi pukulan ke arah pintu, "Kakak Kenapa!?", lalu pintu pun terbuka, tapi hanya setengah terbuka, dia muncul seakan mengumpat sebagian badannya di belakang pintu, "Gak usah mukul-mukul pintu segala, gak ada apa-apa kok", jawabnya dengan nada agak terburu-buru seperti menyembunyikan sesuatu, "Ada suara apa di atas?", teriak ibu dari lantai bawah yang sedang berdiri di depan tangga, lalu kakakku memegang pundakku, "bilang ke ibu tidak ada apa-apa, tolong, nanti akan kuceritakan padamu", dengan nada berbisik dan muka menohon, mau gimana lagi aku pun membalas perkataan ibu dan mengatakan tidak ada apa-apa, setelah itu kakakku mengajak masuk ke kamarnya.

Suasana kamarnya tidak jauh berubah seperti tahun-tahun sebelumnya, agak berantakan tetapi rak bukulah yang paling rapi, disamping meja belajarnya terdapat 1 pedang digantung horizontal, pedang itu pemberian dari ayah saat ulang tahun ke 17 nya, dan ia sekarang berumur 21, yang membuatku terpaku adalah, buku tebal yang dibuka di atas meja belajarnya, dan setelah meliat sekeliling kamarnya aku memulai pembicaraan

"Jadi apa yang ingin kau katakan?" tanyaku heran

"Jadi begini, saat acara tadi apa kau merasakan sesuatu yang aneh?" tanya nya kembali

"Iya, kurang lebih, seperti sesuatu yang mencekam, memang kenapa?" aku makin bingung

Tanpa banyak ngomong lagi dia langsung membuka kemejanya, menunjukkan sesuatu yang ganjil di tubuhnya, bagian punggung sebelah kiri terdapat simbol aneh melingkar sebesar telapak tangan, dan itu terlihat seperti di tatoo permanent, "Ini muncul tiba-tiba sesaat acara itu selesai, aku merasakan sesuatu terbakar di punggungku, rasa sakitnya masih dapat di tahan, saat di rumah dengan cermin aku melihat punggungku terdapat simbol aneh ini, saat mencari di buku tersebut, rasa sakit semakin hebat, seakan seaeorang mengaktifkan sihir inferno, dan sekarang simbolnya seakan-akan melanjutkan gambarannya dan..", saat ceritanya dilanjutkan aku memotong pembicaraannya, "Tunggu, aku pernah liat simbol ini, tapi aku lupa, yang aku tahu simbol ini belum terbetuk sempurna, hanya step awal", jelasku

"Lalu bagaimana ini?" mukanya tampak panik, tak biasanya ia bersikap begini

"Baiklah.. Nanti kita cari di perpustakaan kota, kita tunggu minggu depan ya" jawabku

"Kenapa tidak sekarang aja?"

"Kau tolol ya? Aku ini harus sekolah, lagi pula sekarang jam 3, tidak ada cukup waktu untuk mencari"

"Baiklah..." Desah nya sambil memegang punggungnya yang sakit.

Note:
Chapter 1 nya selesai juga, aku melakukan ini dengan cara menyicil setiap hari, dan akhirnya selesai juga, maaf jika ada typo dan tolong saran dan kritiknya ya.. Oh iya, temanku membuat novel judulnya First Love Flavor: Meeting Again, untuk sinopsis dan ceritanya silahkan mencarinya. Thanks everyone :D .

The RuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang