Suasana pagi menyejukkan tentu menjernihkan pikiran setiap orang tetapi tidak seperti diriku, kantong mataku menghitam karenha semalaman tidak bisa tidur, pikiranku penuh akan rencana bagaimana cara untuk melarikan diri dari rumah, karena percuma saja jika minta izin atau pamit, pasti tidak di perbolehkan. Persiapan telah dilakukan semalam sebelumnya, aku mengambil tasku yang sudah kusiapakan, melihat jam dinding dengan jarum panjang yang menunjukkan angka 5, waktu yang tepat untuk kabur, dengan membuka pintu kamar secara perlahan lalu berjalan ke arah tangga tetapi harus melewati kamar kakakku, sesaat sampai di tangga dan ingin turun, ada suara familiar terdengar di belakangku dan itu membuatku terkejut "Mau kemana kau pagi-pagi begini dengan barang-barang itu?" ternyata itu adalah kakakku.
"Hm ... anu... kau sudah sembuh?" kataku dengan ekspresi tertangkap basah
"Tidak usah basa-basi, ekspresimu telah membeberkan semuanya" katanya dengan ekspresi setengah marah
Setelah berkata, ia langsung menyeret aku ke kamarnya meskipun aku meronta, cengkramannya tak lepas-lepas juga. Akhirnya aku di perangkap di kamarnya, lebih tepatnya di intrograsi, mukaku berubah jadi masam karena rencana yang disusun gagal, aku duduk di tempat tidurnya lalu ia duduk di bangku dekat meja belajar, dan ia mulai intrograsinya "Jadi, kenapa kau mau kabur?" tanya Varius
"Bukan urusanmu," jawabku dengan muka cemberut "biarkan aku pergi"
"Kau ini ya" geram Varius
Lalu ia mengambil buku, membukanya halaman demi halaman, tiba-tiba ia berhenti membuka halaman dan membacanya, seketika ruangan menjadi sunyi "Aku sudah memasang peredam suara magis di sekitar ruangan ini, hanya kau dan aku yang bisa mendengar di ruangan ini, jadi silahkan bicara" kata Varius dengan nada datar, aku hanya dapat menghela napas dan menyerah karena peredam suara ini force field, tidak ada yang bisa masuk atau keluar tanpa dibatalkan sihirnya.
Akhirnya aku pun menceritakan mengapa aku mau kabur dari rumah, ekspresi Varius menjadi serius berpikir "Jadi ini semua karena aku?" Tanya Varius "sampai-sampai kau mengejar Grandios.", aku hanya terdiam, tidak menjawab karena sebenarnya aku tidak ingin kakakku mengetahuinya, jika ia mengetahui ini, pasti ia akan mencegatku pergi, dan lebih parahnya lagi ia akan ikut pergi menemaniku dengan lukanya yang masih segar, "Jawab!" teriaknya dengan muka marah
"Aku ingin balas dendam." kataku dengan suara kecil karena takut
"Atas luka ini?" Tanya Varius dengan nada marah sambil menunjuk luka di badannya
Aku tak menjawab lagi, tanpa banyak bicara lagi kakakku bangun dari bangku dan menyuruhku masuk ke kamarku lagi dengan serentak ia membatalkan sihirnya, mukanya tampak marah dan memukul meja belajarnya, yang kulakukan hanyalah dapat melihatnya marah dan merasa bersalah, lalu kembali ke kamarku dengan tangan kosong, karena tasku disita olehnya.
*****
Jam sudah menunjukkan angka 7, aku hanya duduk di ranjang, menatap tembok, lebih tepatnya bengong, karena baru kali ini aku dimarahi sampai begini oleh kakakku, rasa terpukul mengahamburkan pikiranku, hal kecil pun tidak bisa dipikirkan olehku. Semua pikiranku kembali seperti semula dengan suara teriakkan dari lantai 1 "Reynard, sarapan sudah siap!!" teriak ibuku, dengan tanpa semangat aku berjalan ke arah dapur. Sesampai di dapur, aku sudah melihat ibuku dan kakakku sudah berada di meja makan dengan sarapan "Makan sarapanmu, sambil kita berbicara masalah tadi pagi." kata ibuku, keringat dingin bercucuran di tengkukku, aku hanya berpikir bagaimana cara membela diriku, setelah duduk dan memakan sarapan dengan sedikit demi sedikit "Jika kau ingin pergi, mama perbolehkan." kata ibuku, dan aku langsung tersedak dengan makanan yang sedang kukunyah.
"Yang bener ma?" tanyaku dengan kaget
"Iya, tapi Varius ikut denganmu, dan masalah sekolah kau harus tunggu minggu depan hingga hari pembagian nilai, kalau nilaimu cukup tinggi untuk dispensasi langsung lulus dari sekolah, maka kau boleh pergi." jawab ibuku
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rune
Fantasykeseimbangan alam mulai runtuh, serta kegelapan mulai menguasai dunia Galtaria, meskipun begitu ramalan yang telah lama di bacakan pun menjadi nyata, bahwa akan ada seseorang yang akan menyelamatkan dunia dari kegelapan dan menyeimbangkannya kembali...