Teruntuk Hati

Kuhantarkan Rindu

"Tak ada yang pernah mengetahui masa depan, sampai kita sendiri yang ada disana.
Jika lelah, beristirahatlah! Jangan malah menyerah!"

Selalu ada harapan lain yang muncul ketika harapanmu pupus begitu saja karena tak diizinkan oleh sang waktu, begitu kata kebanyakan mahkluk di muka bumi yang biasa disebut manusia. Sebelumnya, perkenalkan aku Rindu. Rindu Samudera Direja, kamu bisa memanggilku dengan sebutan Rindu jika menyukainya atau Samudera. Karena, kebanyakan dari manusia tidak menyukai rindu. Katanya, rindu itu merepotkan, datang dengan tiba-tiba, menghantui pikiran dan merusak suasana, ahh intinya rindu itu memang sering mencabik-cabik rasa.

Kamu juga bisa memanggil nama lainku mungkin bisa lebih nyaman, Lana sebut saja Lana. Ini adalah nama kecilku dan hanya keluarga juga teman dekat yang menggunakannya. Kalo kamu bertanya dari mana nama Lana itu berasal, mari aku ceritakan terlebih dahulu agar kita saling mengenal dan akan aku kenalkan warna-warni hidupku lainnya kepadamu. 

Maulana Samudera Direja, aku terlahir dengan nama itu. Orang tuaku memberikan nama yang sangat amat indah, namun ternyata aku lebih sering sakit selepas kelahiranku. Mamah dan bapak sering kali kubuat repot dengan demam yang tinggi di jam 2 malam semasa aku masih di buaiannya. Menurut nenek dan buyut perempuanku, itu pengaruh dari nama yang terlalu berat. 

Lucu memang kalo diingat-ingat, masa cuma karena nama bisa membuat demam dipukul 2. Tapi, itulah adat istiadat kita harus tetap menghormatinya. Akhirnya namaku diubah menjadi Rindu Samudera Direja. Hanya kata Maulana yang hilangkan dan digantikan dengan Rindu. Kenapa? Bapak dan Mamah bilang Maulana itu artinya pemimpin, pelindung, ya intinya tentang kebaikan di dalamnya, dan atas kerinduan kepada Rasulullah yang dimana masyarakat di kampung kami biasanya memanggil dengan gelar lengkapnya Rasulillah Wa Maulana Muhammad ibn Abdillah.

Ya atas dasar kerinduan itulah nama Maulana terpilih, terlebih aku lahir di bulan Maulid. Bertepatan dengan hari lahirnya Rasulullah, makin terasalah disitu kerinduan Bapak dan Mamah. Namun, akhirnya nama itu harus diganti karena katanya menurut adat itu keberatan. Lalu, mengapa menjadi Rindu? Ahh, kalian bisa simpulkan sendiri lah. Kalo kata Mamahku, "Nama Maulana itu dipilih karena kerinduan, jadi biar ga repot yaudah rindunya aja yang di tulis. Itu doa, biar orang yang tau nama kamu akan selalu rindu sama kamu."

Dulu aku berpikir lucu memang, mana bisa seonggok nama bisa membuatmu demam di pukul dua. Apalagi sampai bisa membuat orang lain rindu, hanya karena namanya itu Rindu. Namun, akhirnya diumurku yang sekarang menginjak 20 tahun aku mulai menyadari ternyata benar bahwa sebuah nama dapat membuat kita demam di pukul dua karena rindunya yang nyata.

Ahh, nanti aku akan ku ceritakan pokoknya. Oh iya, mungkin kalian pernah membaca ceritaku ini sebelumnya dengan versi pertama yang pernah kutulis. Aku mengarsipkan seluruh ceritanya karena pemerannya sudah selesai dari cerita ini dan memulai cerita yang lain dengan tokoh yang akan selamanya bersamanya. 

Disini aku akan menceritakan tokoh lain yang sama-sama hadir dalam hidupku. Mari aku bawa kamu ke relung kehidupanku yang berwarna-warni, banyak rindu yang tak sampai kepada puannya disini, banyak sakit yang terasa sampai ulu hati, dan banyak gelisah yang selalu hadiri di pukul dua dini hari. 

Akan kuceritakan tentang Rembulan yang hilang dan Semesta baru yang datang di cerita ini. Tak perlu menerka-nerka siapa tokohnya, nikmati saja. Beberapa cerita akan terasa indah jika dinikmati dengan ketidaktahuan tentang seluruh alurnya.

Teruntuk hati, kamu diciptakan jauh lebih kuat dibandingkan baja dan besi. Tersenyumlah, karena senyumanmu jauh lebih indah dibanding indahnya mentari. Tapi tetap senyummu tak lebih indah dari senyuman Semestaku.