0. 3

84 20 20
                                    

I've learned that people will forget what said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.

—Maya Angelou—

*

"Jadi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi?"

"Jadi?"

Sore itu, Jenan benar-benar menarik napas panjang. Untung saja dia tidak seperti Chandra—teman baru Jenan di rumah sakit yang sangat anti dengan kelemotan. Alih-alih tersenyum seperti sekarang, Jenan mungkin sudah membenturkan kepalanya sendiri ke dinding terdekat.

"Jadi... Kali ini kamu luka karena apa lagi?"

Sella tidak langsung menjawab. Dia membiarkan Jenan menatapnya dengan sorot tanya hingga laki-laki itu mulai beranjak dan menjemput jemari Sella untuk membawanya duduk di tepian teras.

"Aku lagi ngomong sama kamu loh ini," Jenan mengulangi dengan sangat sabar setelah Sella benar-benar duduk.

"Kena duri mawar," pada akhirnya, Sella menjawab. Sangat pelan hingga nyaris tanpa suara.

"Udah berapa kali aku bilang... Jangan ceroboh."

"Ini kena duri mawar yang kamu tanam di pagar, Jenan." Sella menghela napasnya, "aku cuma mau ambil satuuuuuu aja, tapi dia pelit banget dan malah nusuk jari aku!"

"Gris—"

"Ini salah mawarnya kan—"

"Salah kamu."

"Kok jadi salah aku??"

Lagi-lagi, Sella dan sifat keras kepalanya.

Jenan tidak berniat menjawab tanya yang Sella lontarkan. Dia merasa jika Sella sudah cukup dewasa untuk bisa menjawab tanyanya sendiri. Jadi Jenan memilih diam, sibuk berkutat dengan kassa steril yang ada  ditangannya.

Menit demi menit terlewati, bahkan luka di jari Sella juga sudah tertutup plaster dengan rapi, tapi Jenan masih enggan bersuara. Sella mulai panik, takut kalau-kalau Jenan jadi marah sungguhan.

"Jen?"

"Hm?"

"Kok diem?"

Jenan menoleh sambil mengangkat kedua alisnya, "aku harus teriak?"

"Ck, iya aku salah. Tapi ini itu juga salah mawarnya..."

"Mawarnya udah ada disana dari aku kecil dan nggak ada yang pernah luka kayak kamu sampai sekarang."

"Kemaren ada anak kecil yang nangis karena ketusuk dur—"

"Kamu masih lima tahun? Anak kemaren umurnya baru lima tahun."

Sella tidak menjawab lagi. Dia tertunduk, pura-pura sibuk menatap ujung sandalnya.

"Jen, ayo ke Laputa?" Sella berujar takut-takut, sengaja mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

CARAPHERNELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang