Life is always this way,
when everything seems right,
something just goes wrong.-Special Affairs Team Ten 2-
*
Seribu dua ratus detik.
Benak Jenan bergumam sambil jemarinya mengetuk permukaan batu yang kasar, tepat disebelah kiri tubuhnya yang kini menyandar pada batang pohon. Disampingnya, gadis itu masih setia menatap jauh rumput-rumput yang bergoyang karena angin. Hawa dingin yang menyesaki udara seolah bukan penghalang baginya untuk tetap terjaga dalam kenyamanan, sampai betul-betul membuatnya tidak tau bahwa selama seribu dua ratus detik belakangan, dia adalah alasan kenapa Jenan harus berusaha keras menemukan setidaknya satu alasan paling masuk akal kenapa belakangan ini dia seolah menjadi lebih egois dari biasanya.
Seribu dua ratus satu... Seribu dua ratus dua... Seribu dua ratus-
Napas Jenan tertahan sejenak.
Jika harus menggambarkan apa yang dia temukan dalam pikirannya sendiri sepanjang berpikir tanpa henti selama lebih dari seribu dua ratus detik, mungkin hanya ada satu jawaban; Sella adalah setangkai bunga liar.
Yah, anggaplah seperti itu agar Jenan bisa lebih mudah menjelaskannya. Menurutnya, Sella itu sama saja dengan bunga-bunga liar yang tumbuh di halaman rumahnya. Jenan tidak pernah menanam bunga itu, ia tumbuh sendiri, mekar dengan semua usaha yang bahkan tidak pernah Jenan sadari. Untuk beberapa alasan, Jenan mungkin hanya meliriknya beberapa kali. Namun sama seperti bunga lain yang tumbuh di halamannya, kehadiran bunga itu lama kelamaan membuat Jenan jadi lebih terbiasa. Terbiasa untuk melihatnya setiap pagi, terbiasa untuk menyiramnya bersama bunga-bunga lain yang dia tanam, terbiasa untuk melihatnya tumbuh lebih subur dan mekar. Jenan terlalu terbiasa hingga akhirnya, pada suatu waktu yang mungkin akan dia sesali, sama halnya seperti beberapa anggrek dan bunga mawar yang dia tanam, bunga liar itu sudah berubah menjadi bagian dari rumahnya.
Sama seperti Sella, gara-gara gadis ini.
Dia adalah bunga liar itu, dan karenanya, sama seperti bunga liar yang tumbuh menjadi bagian dari rumahnya, Jenan jadi terlalu nyaman.
Diantara banyak alasan bagi Jenan untuk tidak menyukainya, satu alasan membuat laki-laki itu melakukan yang sebaliknya.
Satu alasan sederhana; karena gadis itu adalah Sella.
Hela napas berat gadis itu adalah apa yang membuat Jenan tersentak, sebelum akhirnya dia menyunggingkan senyum tipis.
"Capek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA
FanfictionPada bagian kedua, mari melangkah kembali menuju rumah. Tempat singgah yang bukan hanya menyimpan kenangan, tapi juga rasa hangat yang selalu berhasil membuat kita tertawa. ©Kaisha_park88, 2021