Bab IV : Tuangkan perasaanmu kedalam wadah

203 42 16
                                    

〰️〰️〰️〰️〰️
〰️〰️〰️〰️〰️

Bener kata Celo, Lio juga ada di parkiran. Dan sekarang cowok itu sendirian disana. Raya masih bertanya-tanya, kenapa Lio suka sekali menunggunya? Padahal menunggu itu nggak ada enaknya sama sekali.

"Lio?"

Senyuman Lio yang selalu menghangatkan hati Raya kembali terukir di wajah bodoh itu. "Hei, aku anter pulang ya?"

Tanpa berpikir panjang lagi, Raya mengangguk. "Aku laper."

Senyuman Lio semakin lebar. "Iya, kita cari makan dulu." Lio merasa Raya telah menyingkirkan sebuah pembatas diantara mereka.

Raya telah berhenti melangkah mundur.

Tubuh Lio sedikit terhuyung kebelakang menerima pelukan dadakan dari Raya. Dia kaget sampai jantungnya mau lompat dari tempatnya.

"Jangan pergi kemana-mana." Lirih Raya yang telah menyandarkan kepalanya pada dada Lio.

Lio kembali tersenyum seraya membalas pelukan itu dengan cukup canggung. "Nggak akan, bahkan kalo kamu yang minta sekalipun."

Raya memejamkan kedua matanya dan semakin mengeratkan pelukannya. Entah kenapa perasaannya begitu lega sekarang. Berbagai macam pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya tentang Lio pun kini lenyap entah kemana.

"Lio."

"Ya?"

"Lioo...."

"Apaa?"

"Liiioooo...."

Lio terkekeh mendengarnya. "Kenapaaa?"

Raya sedikit mendongak, "Kamu beneran Lio kan?"

Menggemaskan. Itu yang ada di mata Lio sekarang tentang Raya. Raya yang siang tadi sempat melontarkan kalimat pedas kepada Sania dengan penuh kepercayaandirinya.

"Kamu maunya siapa?" Lio mengusap dahi Raya untuk menyingkap poni Raya ke belakang.

"Kamu." Kata Raya, lalu tersenyum.

Jantung Lio semakin berdebar tak karuan. Raya tersenyum untuknya, benarkah?

〰️〰️〰️〰️〰️










Ternyata Celo, Adam, Ilham, dan Jemi juga ada di tempat makan yang Lio maksud. Mereka ada di sudut paling belakang dengan suara canda tawa mereka yang terdengar sampai pintu masuk.

"Mau cari tempat duduk yang lain atau gabung mereka?"

"Gabung mereka aja deh." Kata Raya dengan cepat. Sebenernya dia masih malu kalo harus berduaan sama Lio.

"Waduh! Jadian nih." Celetuk Ilham begitu Raya dan Lio mengambil posisi duduk diantara mereka.

"Iya lah!/ Enggak lah!" Sahut Lio dan Raya bersamaan, namun dengan jawaban yang berbeda.

Lio melotot mendengar jawaban dari Raya. "Kok enggak???" Protesnya.

"Dia bilang enggak, cuk! Lo gimana sih???" Kata Jemi tersirat akan ejekan dalam nada suaranya sambil merangkul pundak kawannya itu.

"Kok enggak?" Bisik Celo kepada Raya.

"Dia nggak ada ngomong ngajak pacaran kok." Sahut Raya juga dengan bisikan.

"Wah! Kalo gitu Mas Lio nih sumber permasalahannya!" Seru Celo sambil berdiri.

Lio menunjuk dirinya sendiri. "Kok jadi gue??"

"Gimana mau dibilang pacaran kalo Mas Lio nggak ngajakin pacaran?"

"Cel??!" Raya segera menarik tangan Celo mengisyaratkan temannya itu untuk kembali duduk dengan manis.

How to get herTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang