2J : Bab 1

13.5K 807 39
                                    

1. Lo nggak usah drama!

***

Sepasang kaki menelusuri jalan setapak di malam hari. Suasana kali ini begitu tenang. Bahkan, kendaraan yang berlalu lalang bisa di hitung jari. Laki-laki yang memakai tudung itu, memutuskan untuk duduk di kursi yang ada. Membuka buku sketsa nya, dan mulai menggambar apa yang ia lihat. Buku sketsa dan pensil, ibarat jiwa yang selalu turut serta kemanapun lelaki itu pergi. Rutinitas malam hari untuk seorang Jerdian adalah berjalan jalan sendirian, menghirup udara malam, dan mencari sebuah inspirasi untuk bahan lukisannya. Kalau untuk ukuran laki-laki seusianya, mungkin ia akan dipandang miris karena kegiatannya terlihat membosankan. Tidak ada yang namanya nongkrong atau hangout bersama teman-teman sebayanya.

"Jerdian, darimana kamu hah?," tanya laki-laki paruh baya yang sedang duduk di sofa sambil melipat koran bacaannya.

"Paling abis main sama temen-temennya yang nggak jelas itu," timpal anak cowok yang baru muncul di hadapannya.

"Oh iya, temen gue lebih asik soalnya." Sifat sarkas Jerdian tiba-tiba muncul. Padahal jelas-jelas ia tak memiliki teman satu pun selama hidupnya. Dia hanya sendiri. Benar-benar seperti hidup seorang diri.

"Kamu tuh, main mulu kerjaannya. Harusnya kamu contoh Juan! Liat dia, pinter sejarah, suka ikut lomba di sekolah, dan masih banyak lagi hal yang Juan bisa, tapi kamu nggak bisa."

Demi Tuhan, kalo bisa, Jerdian ingin menulikan telinganya sementara. Lelah rasanya kalau harus terus-terusan mendengar ucapan sang ayah yang membanding-bandingkan dirinya dengan kembarannya, Juan. Sebelum emosi nya tak terkontrol, Jerdian memilih untuk pergi meninggalkan sang ayah bersama kembarannya. Masih terdengar ucapan ayahnya sebelum Jerdian benar-benar menutup pintu. "Ayah belom selesai bicara, Jerdian!"

Cowok itu merapikan kuas yang berserakan di lantai. Kamarnya benar-benar berantakan, sama seperti hari-hari Jerdian sebelum mengenal sosok Selina. Bidadari cantik yang menjelma menjadi manusia di sekolahnya. Awalnya ia ragu untuk memulai pendekatannya sebagai teman, tapi mendengar issue tentang Selina yang ramah, Jerdian pun nekat memberanikan diri. Alhasil, mereka berteman dekat sampai sekarang.

Selina

Jer, besok ke gramedia yukkkk

ayo, udh lama ga nyium bau buku

Sejak kapan lo suka bau buku? Bukannya yang suka buku itu kembaran lo ya?

Siapa namanya? Juan kan?

besok pulang sekolah langsung aja ya

Oke.
Read

Jerdian melempar hp ke kasur. Kenapa Juandra selalu nyempil di topik obrolan dirinya dengan Selina. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Jerdian. Apakah, Selina menyukai kembarannya? Bukan tidak mungkin jika Selina menyukai Juandra. Lagipula, siapa yang tidak tertarik dengan si tampan yang pintar? Tidak Jerdian pungkiri, Juandra adalah definisi makhluk yang hampir sempurna.

Kadang Jerdian bertanya-tanya, mereka itu kembar, tapi kenapa ia merasa jika Juandra lebih unggul dalam segala hal. Juandra bahkan hampir tidak memiliki satu pun musuh di sekolahnya, tidak seperti Jerdian yang dikit-dikit bertengkar. Tapi, bukan tanpa alasan jika Jerdian harus babak belur setiap pulang sekolah, semua itu karna dia sendiri yang mencoba bertahan saat ia menjadi bahan bully an.

***

Pagi ini, Jerdian berencana untuk menjemput Selina menggunakan motor kesayangannya. Hadiah terakhir yang diberikan bunda sebelum beliau meninggal. Jerdian menarik gas nya dengan kecepatan diatas rata-rata, motornya melaju secepat angin. Lima belas menit ia menembus jalanan ibu kota, akhirnya ia sampai di sebuah rumah bertingkat yang terlihat megah. Rumah yang hampir setahun belakangan ini selalu ia kunjungi untuk sekedar mengantar jemput Selina.

Dua Sisi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang