02. Meeting In The Rain

7 0 0
                                    

Pertemuan ditengah hujan

Aku tak menyangka, pertemuanku dengannya ditengah hujan mengantarkan diriku untuk bersama dengannya.

___


Waktu itu aku pernah bertanya kepada Rabb semesta alam, kenapa aku harus hidup? Dan apa yang akan kulakukan selama aku hidup?
Dan saat itu juga aku mendapat jawabannya. Aku hidup teruntuk tuhan-ku, dan beribadah kepada Rabb ku.

Aku juga menyadari kalau selama ini diriku kurang bersyukur, padahal diluar sana ada yang tidak lebih baik dari diriku. Dan mereka selalu bersyukur karena apa adanya.

Puk!

Sebuah tangan tiba - tiba menepuk pundakku lembut, menyadarkanku pada lamunanku.

"Eliz, jangan melamun!" katanya
Aku pun mengangguk.

Aku pun mengalihkan pandanganku dari dosen ke arah jendela, tidak berniat mendengarkan apa yang bu Nainna terangkan.

Haish, aku sampai lupa memperkenalkan namaku. Namaku Alifa Eliza Queesha, tapi temanku suka memanggilku Eliz. Umurku 19 tahun, aku kuliah di universitas islami indonesia yogyakarta.

Jauh memang dari kota jakarta tempat tinggalku berada, tapi aku sangat bersyukur karena bisa masuk UIN sini dan mengambil jurusan yang aku sukai.

Aku suka menikmati pemandangan diluar sana yang dibasahi oleh hujan yang sedang turun pada siang hari ini.

Aah! Hujan saat ini mengantarkanku pada kejadian yang dulu terjadi, dimana diriku bermain hujan dengan tawa yang mengudara. Tanpa kusadari aku tersenyum simpul saat mengingatnya.

"Hoy, Eliz. Dengarkan apa yang bu Nain terangkan."

Lagi - lagi temanku yang satu ini mengejutkan diriku dengan suara bisikannya.

"Aku tak akan membantumu jika bu Nain menegur dan menghukummu loh." lanjutnya

Kalau sudah begini, ya mau bagaimana lagi. Aku terpaksa memperhatikan bu Nainna yang sedang menjelaskan materi untuk akhir tahun ini. Aku tidak mau lagi, menyalin materi yang setiap bab nya banyak sekali, itu sungguh melelahkan.

Setelah sekian lama, akhirnya kelas Bu Nainna berakhir juga. Ugh.... Aku sungguh tidak menikmatinya sama sekali, yang kedengar dari tadi hanyalah sejarah terbentuknya indonesia dan seterus nya.

Rasanya aku ingin tidur, pelajaran sejarah adalah pelajaran yang paling tidak aku sukai, itu seperti sebuah dongeng yang dibaca sebelum tidur. Hah!... Sudahlah lebih baik aku kekantin sekarang bersama temanku.

"Faz, kantin yuk?" ucapku

Aah.... Aku hampir lupa perhial temanku, namanya Dairah Fazilah Anatasya. Tapi aku lebih suka memanggilnya Fazlah, fazlah adalah temanku satu satunya semenjak sma. Ia adalah temanku yang paling setia padaku bahkan sampai mengikuti ku untuk masuk keperguruan tinggi di Yogyakarta.

Mungkin Fazlah bukanlah satu satunya, masih ada satu orang lagi. Tidak biasa dibilang teman sih tapi, dia sering bersama kami atau lebih tepatnya sering bersama Fazlah.
Mungkin sebentar lagi dia akan datang.

Brakk!

Pintu dibuka dengan tidak elitnya.
Tuhkan apa kubilang, pasti yang datang dia sampai sampai membuat kami terkejut karena tingkahnya.

"Astagfirullah, Aditya buka pintunya pelan pelan dong. Kaget nih," teriakan cempreng keluar begitu saja dari bibir mungil Fazlah yang kini sedang mengelus elus dadanya, membuatku harus menutup kedua telinga ku saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

◌⑅⃝My DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang