Misi melarikan diri

33 3 0
                                    

Lama, Aku bosan menanti bel pulang sekolah berbunyi.

Aku ingin segera pulang dan kabur dari kak Lyv, ia akan memaksaku membaca buku fantasi yang sedang ia gemari. Tidak cukup untuknya penegasan mengenai ketidaksukaan ku akan hal yang tidak logis.

Sedari kecil, hidupku di kelilingi lingkungan sesuai fakta, sejak bayi pun kami tidak diberikan cerita dongeng, melainkan ilmu ilmu dasar dan pengetahuan umum. Keluarga Morfin bergelud dalam bidang politik dan hukum. Keluarga ku tipikal orang-orang yang selalu serius.

Namaku Zephanya Morfin, anak kedua dari empat bersaudara. Aku kelas X SMA Jurusan IPS, tentunya.

Kakak lelaki ku Sevarus Morfin tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswa bidang hukum di Universitas Padjadjaran. Dua adik kembarku, Viola dan Viera masih berumur enam tahun.

Ibu dan Ayah, mereka orang sibuk. Pekerjaan sebagai Pengacara membuat mereka jarang berinteraksi dengan kami karena sudah pusing dengan masalah clientnya.

Dan kak Lyv itu tetangga samping rumah sedari aku pindah ke komplek ini. Kami berteman baik walau kadang terkesan dia yang selalu bicara dan aku mengabaikannya. Dia sosok yang mengingatkan ku pada luna lovegod, aku tahu karakter itu juga dari dirinya.

Sudah dulu perkenalan ini, kita kembali ke misi melarikan diri.

Bel yang ku nanti tlah berbunyi, dengan cekatan segera aku pergi meninggalkan ruang kelas dan berlari seperti layaknya SPY. Aku buru-buru menaiki bus dan duduk di bangku belakang dekat jendela. Perfect place of course. Sembari membenarkan tali headset ku yang kusut, Aku dapat notifikasi dari tante Celyn.

Tante Celyn adalah Adik ibu ku yang sebentar lagi akan menikah, ia mengikuti kelas memasak untuk kehidupan mendatangnya nanti. Namun hari ini ia berhalangan hadir kelas tersebut. Terbelakang karna biaya kelasnya yang mahal, Tante meminta diriku untuk menggantikannya.

Awalnya ingin ku tolak, sampai ka Lyv menanyai keberadaanku lewat chat. Rasa tidak enak membuatku memilih alasan ikut kelas memasak menggantikan tante untuk sekedar kabur darinya. Jangan khawatir aku juga sudah mendapatkan share lokasi tempat kelas memasak itu.

"Dek maaf dek, ini udah sampe terminal terakhir." ucap kernet membangunkan ku,

rupanya aku ketiduran.

Setelah turun aku langsung mengecek GPS untuk ke lokasi kelas memasak. Tidak terlalu jauh, perkiraan 17 menit memotong jalan lewat pemukiman warga.

Ku lirik waktu menunjukkan pukul 17.48 , sore ini mendung hingga suasana menjadi lebih gelap dari biasanya. Langkah demi langkah, Kondisi angin semakin kencang. Ku rasa akan segera badai. Jadi harus bergegas.

Beberapa minggu ini cuaca buruk, tidak bisa di prediksikan.

Jalan pemukiman sangat sepi, hanya aku yang berjalan seorang diri. Angin kencang berbarengan petir menyambar. Tubuhku dibuat oleng karnanya. Aku pejamkan mata agar debu tak masuk. Disusul hujan badai serta jaringan GPS ku yang error.

Aku mencari tempat berteduh, bangunan tua tak berpenghuni.

" Permisi, aku hanya menumpang sebentar. Tak ada maksud menganggu." ucapku hati-hati dan melangkah masuk ke dalam bangunan tersebut.

Baru selangkah aku masuk. Tubuhku membeku, tidak dapat mencerna pemandangan yang ku lihat.



TALLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang