Chapter Two
❝Him.❞
.
.
.***
2 Years Ago
Rembulan menggantikan tugas Mentari untuk duduk di singgasana. Menjadi penguasa gagah memimpin langit kelam sendirian. Begitu berani dalam menjalankan tugas mengawasi dunia. Mengambil keputusan bijaksana ketika di beri sebuah pilihan sulit. Bahkan Mentari akan berpikir dua kali untuk mengambil keputusan.
Lautan perhiasan batu permata berhamburan tak terarah. Materi gelap dalam ruang kosong di atas bumi perlahan terisi. Penguasa adil dalam memerintah dunia meskipun bekerja dalam kegelapan. Dengan percaya diri menghubungkan gemintang dengan ukiran suatu konfigurasi khusus, konstelasi. Berharap agar sesuatu bisa menjadi berguna untuk seseorang.
Aroma tanah basah memenuhi rongga paru-paru. Menjelajah setiap ruang dengan hati-hati. Mencicipi dengan halus sehingga meninggalkan jejak sampai ke sudut terkecil. Secara tidak sadar bahwa ruangan kosong kini terisi dengan senang yang pernah di lalui. Kembali bertamu meski tidak di undang. Tersimpan rapat dalam lingkar waktu sehingga membawa perubahan tajam.
Hujan pergi meninggalkan bentala. Selalu seperti itu. Hanya berkunjung ketika memiliki waktu senggang. Bercengkrama dengan lembut tanpa menyadari bahwa dia telah membuka luka kering. Membawa ingatan lama tanpa ingin mempertanggung jawabkan tindakan. Gemerisik dedaunan teredam halus. Semilir angin menyapa lembut di malam musim gugur. Memperkenalkan diri dengan sopan sebelum mengajak untuk menjelajah dunia.
Dia akan kembali menghilang dalam udara dingin. Menyisakan sedikit kenangan dalam debu halus setiap langkah yang di ambil cahaya gemintang.
Tetesan air yang tertinggal menyelinap dalam ketakutan. Dengan gerakan penuh perhitungan mencoba untuk melewati celah dedaunan. Dia tidak ingin ketahuan dalam menjalankan misi. Sebuah misi dimana dia sedang melakukan rencana untuk menyelamatkan diri. Hujan begitu kejam. Meski begitu, dia membawa ketenangan di malam musim gugur.
Bola mata merah pekat mengerling sejenak. Ah, jika seseorang bersinggungan tatap dengan bola mata itu; mereka akan tenggelam dalam pesona nebula. Keindahan batu permata dalam pelukan langit malam selalu membuat orang larut. Dengan tatapan lembut menyambut hangat. Pemilik bola mata tersebut mengamati sekitar. Setiap jengkal kejadian sedang berlangsung di ruangan luas ia terima dengan cepat.
Perayaan mewah sengaja di selenggarakan oleh kerajaan. Sebuah tradisi lama tidak bisa mereka tinggalkan. Hari Kedewasaan untuk gadis kalangan kelas atas mencapai usia yang di tetapkan akan terlaksana pada waktu itu. Sebuah kewajiban bagi gadis bangsawan untuk mengikuti tradisi ini.
Dengan begitu, dunia akan resmi mengenal mereka sebagai wanita dewasa. Tidak. Itu salah. Sebuah pesta dalam bentuk apapun jika di selenggarakan oleh bangsawan; itu hanyalah tempat untuk menyombongkan diri. Mereka akan mengenakan pakaian atau gaun dengan bahan sutra berlapis batu permata seharga ribuan keping emas. Menyombongkan diri dengan kemewahan serta tempat tepat untuk menyebarkan rumor.
Itu adalah sebuah pendapat menurut pandangan orang awam. Bagaimana dengan sudut pandang dari bangsawan?
Usia tersebut sudah tepat untuk mencari seorang tunangan; dijadikan sebagai pasangan hidup kelak. Benar. Sebuah pernikahan untuk anak gadis mereka. Sebuah perjanjian akan tercipta jika seseorang dari keluarga bangsawan memiliki kehendak untuk meminang.
Sebuah keuntungan bagi mereka yang ingin memperluas kekuasaan. Terlebih jika mereka adalah keluarga bangsawan memiliki posisi kuat di kerajaan. Dalam bahasa kasar, mungkin ini bisa disebut sebagai pernikahan politik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Older | William James Moriarty
FanfictionIni adalah sebuah kisah yang diabadikan dalam goresan tinta hitam di atas kertas putih. Sebaris kalimat mengenai Rembulan dan Mentari. *** Age Gap Project Cover by chlvray_ I don't own Moriarty the Patriot nor its original character. ⓒ Ryōsuke Tak...