•••
Andro menghela napas untuk sekian kalinya. Usai kejadian yang menimpa Jirham, Andro mengajak Vioner berbicara empat mata dengannya di ruang tengah. Jion, Juna, dan Fiko duduk di depan meja pantry untuk mencuri dengar yang mereka bicarakan, sesekali mereka bertukar pendapat mengenai Vioner.
"Heran deh gue sama tuh anak. Baru-baru aja dia mulai mau berbaur, eh tetiba kelakuannya kayak gini semenjak kejadian dia disekap itu," celoteh Jion.
"Mungkin dia punya alasan sendiri, Bang. Gue yakin adek Vio itu tahu siapa yang buat dia kayak kemarin. Bisa jadi Jirham 'kan? Makanya dia bertingkah berontak kayak gitu. Bisa jadi dia pikir kita-kita jahat kayak keluarganya," kata Juna.
"Bisa jadi sih. Soalnya masalah dia ini sama Jirham lagi 'kan? Dendam nggak sih dia sama Jirham?"
"Kalian emang cocok buat jadi teman ghibah. Gue mau nguping nggak bisa denger lagi," celetuk Fiko.
"Lagian lo kalau mau nguping lebih dekatlah. Datangin gih," suruh Juna.
Sementara itu, Vioner masih terdiam mendengar tutur kata Andro yang menasehatinya. Ekspresinya masih sama, datar tanpa ada kerutan sedikitpun. Namun Andro sudah kebal mengurus anak seperti Vioner ini.
"Jadi gitu, Vi. Kamu nggak bisa bertindak egois begitu aja. Ayah bukannya nggak ikhlas bantu kamu, tapi coba kamu pikirkan lagi. Ayah bawa kamu ke sini, beri kamu tempat tinggal, berikan kamu keluarga baru, dan semua kebutuhan kamu Ayah yang tanggung. Tapi kenapa kamu mau pergi? Apa yang buat kamu pengin balik lagi ke sana? Ayah yakin, waktu kamu mau loncat dari jembatan itu, kamu udah benar-benar benci sama keluargamu. Benar-benar menyerah dengan hidupmu. Iya 'kan? Tapi kenapa sekarang malah mau kembali? Oke, Ayah bakal izinin kamu pergi asalkan kamu utarakan maksud dan alasan kamu. Tolong hargai Ayah, Vioner," tutur Andro menatap Vioner penuh harap. Andro sangat berharap Vioner mau menanggapi ocehan dan pertanyaan yang ia lontarkan sedari tadi.
"Saya nggak salah. Saya nggak mau disalahkan. Papa harus percaya sama saya," sahut Vioner.
Andro membenarkan posisi duduknya, menatap Vioner lebih dalam lagi.
"Tentang apa, Vi?"
"Perusahaan Papa, bukan saya yang bakar. Salah paham. Tapi Papa nggak percaya."
Andro mengangguk paham. Sejujurnya ada yang ingin ia tanyakan lagi. Akan tetapi, Andro tak mau langsung memboyong banyak pertanyaan untuk Vioner yang kini sudah mau menjawab pertanyaannya walau tak banyak. Andro harus melakukannya secara perlahan-lahan.
"Baik, kalau alasan kamu memang ingin memperbaiki semuanya. Ayah sangat mendukung agar kamu mendapat keadilan. Tapi ... kamu kalau diperlakukan tak baik di sana, telepon Ayah atau saudara-saudaramu yang ada di sini. Biar kami jemput kamu. Kamu mengerti 'kan?"
Melihat Vioner yang mengangguk, Andro dapat bernapas lega. Itu artinya masih ada harapan untuknya merengkuhVioner kembali.
"Ayo Ayah antar!" ucap Andro bangkit dari sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Ficção AdolescenteRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...