Wajah pucat pasi itu semakin terlihat dengan tubuh menggigilnya. Tangan kekar yang menutup bagian mulut masih menahan rasa mual dan berlari menuju toilet.
"Kemana Haidar?" Tanya Ezra.
"Ke Toilet tuh." Jawab Nadera tak tertarik untuk menceritakan keluhan teman kelompoknya itu.
Nadera masih sebal karena Haidar cacing-cacing mereka banyak yang kabur dan mati. Padahal Nadera sudah susah-susah menggali dan menangkap.
"Udah muntahnya?" Tanya Nadera sinis saat melihat Haidar telah kembali kesampingnya.
Haidar hanya diam tak menjawab pertanyaan Nadera karena perutnya terus bergejolak ketika membayangkan cacing-cacing itu menari-nari.
Nadera pun hanya pasrah melihat lembar penilaian pertama mereka mendapat nilai B. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh Haidar, tapi ya apa boleh buat, itu juga karena dirinya. Syukur-syukur sudah tidak bertemu binatang itu.
"Dar, kekantin yuk!" Ajak Alan setelah mendengar bel istirahat berbunyi.
Haidar pun mengangguk dan mengikuti ketiga temannya yang tak lain Alan, Ezra dan Mira. "Nad ikut juga yuk!" Ajak Mira.
"Nggak deh." Balas Nadera tak tertarik.
"Ayolahhh, jangan jadi manusia kutu buku setiap harinya. Nggak capek apa otak Lo mikir terus?" Keluh Mira.
"Iya iya." Pasrah Nadera saat sadar bahwa tubuhnya sudah di tarik kesana kemari oleh Mira.
Merekapun berjalan menuju kantin yang sangat ramai, tiada hari tanpa keramaian siswa. Bahkan penjual di kantin pun hampir tak terlihat batang hidungnya. Ini pun menjadi kesempatan Alan untuk membeli gorengan.
"Fried tempe dan tahu nya sudah datang!!" Seru Alan kepada teman-temannya yang sudah menunggu lelaki itu membawa pesanan mereka.
"Gue kan mesennya es teh. Es teh gue mana?" Tanya Haidar yang tak melihat pesanannya di bawa oleh Alan.
"Ketinggalan Anjir!" Alan pun kembali berlari menuju mbak-mbak penjual es teh dengan lari sprintnya dan tak lama kembali lagi ke mejanya.
"Spesial ice tea untuk mas Haidar."
"Cocok Lan." Ucap Ezra menyeringai sembari memberikan dua jari jempolnya. "Jadi?" Tanya Alan polos. "Tukang sayur." Jawab Ezra lalu tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan Nadera asik menghitung gorengan yang ada di nampan, ya gorengan itu semuanya milik Alan. Banyaknya gorengan itu membuat Nadera mengerenyitkan dahinya. "Sepu..Luh."
"Alan. Gorengannya banyak banget, beli berapa? Minta ya." Tanya Nadera penasaran.
"Iya ambil aja, mas Haidar juga monggo kalau mau," Alan pun melirik dua temannya yang memandangnya malas.
"Terus Emm, gue lupa kalau ada Nadera sama Haidar," umpat Alan melupakan hal paling penting sejagad raya. Ia lupa kalau biasanya dua kutu buku itu gak pernah ikut ke kantin.
"Gue bisa jelasin tapi Lo harus jaga rahasia ya." Ucap Alan berbisik.
Nadera mengangguk. "Sebenarnya gue beli 5 ribu, tapi.."
"Tapi karena Lo korupsi jadi Lo ambil sepuluh! Terus Lo minta kembalian ke mang Nurdin. Ngaku Lo!" Sahut Mira.
Nadera langsung tersedak, sedangkan Haidar yang tadinya ingin menyentuh makanan tersebut langsung tak jadi dan di kembaliakan.
"JADI GUE MAKAN GORENGAN HASIL KORUPSI LO?!!"
"LO MAU KAYAK TIKUS-TIKUS BERDASI DI LUAR SANA?!
"Aduhhh!!" Teriak Alan menggaruk kepalanya frustasi. Punya temen kok gak bisa di ajak bohong sedikit.
"Yaudah, anggap aja yang Lo pada makan yang gua beli. BERES KAN?" Ucap Alan tanpa dosa dan terus menambah dosa di tiap harinya.
"Lan, Lo tuh OSIS yang bener dikit kenapa sih?!" Gertak Mira.
"Gue kenapa Mir? Gue itu udah OSIS- able bangettt...."
"Selengek-an kayak gitu dimana OSIS- able nya coba." Balas Mira.
"Mau tau?" Tanya Alan sok serius dengan wajah yang di datar-datar kan. "Ya gue nggak tau lahhhh, tanya aja sama dia kenapa gue di angkat jadi kroco OSIS." Ucap Alan sambil menunjuk Haidar yang memandangnya jijik.
Sebenarnya kehidupan di sekolah mereka tidak terlalu drama seperti di wattpad-wattpad pada umumnya. Ya memang ada dramanya tapi drama itu biasanya terjadinya di pagi hari karena ulah Haidar si maniak kedisiplinan.
Ah gini mari di jelaskan sedikit bahwa sebenarnya Nadera juga salah satu teman dari mereka berempat, maksudnya bertiga karena Haidar tak pernah di hitung sebagai teman oleh Nadera.
Lalu kenapa Alan yang menjadi OSIS padahal ada Nadera yang kalau dilihat lebih OSIS- able dibandingkan Alan. Ya udah jelas karena Haidar gak suka sama Nadera, dan Nadera juga nggak mau satu organisasi sama Haidar. Kalau bisa milih juga nggak mau satu sekolah. Jadi disitulah letak drama-drama mereka di sekolah.
"Lo ingat nggak sih pertama kali, kenapa Haidar sama Nadera musuhan?" Tanya Mira yang tiba-tiba penasaran.
"INGAT!" Celetuk Ezra.
"Jadi waktu itu Haidar gak sengaja nabrak Nadera sampai-"
Ocehan Ezra terpurus saat Alan mencoba menjelaskan hal yang sebenarnya.
Jari telunjuknya di goyangkan dengan santai.
"Dari zaman zigot juga mereka gak pernah akur, gak ada kata itu di dalam kamus mereka. Kerjaannya itu ya cuma berantem, berantem dan berantem. Gue aja yang temen zigotnya mereka aja gue gak pernah liat yang namanya mereka akur, TIDAK PERNAH!" Tekan Alan meyakinkan.
"Mulut lo jangan jadi penebar fitnah ya." Sebal Haidar sembari memakan gorengan.
Tepatnya Haidar tengah gengsi mengakui kebenarannya.
"OKE KALAU GITU GUE TANYA SAMA LO BERDUA!"
"Kapan terakhir kali kalian saling sapa?" Tanya Alan tersenyum menang. Karena faktanya mereka berdua diam tak bisa menjawabnya.
"DIEM KAN LO!"
Ezra dan Mira yang merasakan suasana tak bersahabat atau mungkin sebentar lagi Alan akan menjadi "Alan geprek balado" segera melerai.
"Cukup. Gue udah kenyang sama cerita-cerita kalian yang marvelous!!"
"Dan gue juga udah enek dengerin lo berulah terus." Tunjuk Mira kepada Alan.
"FINE! LO SEMUA NGGAK AKAN GUE KASIH TAU SECRET-NYA HAIDAR SAMA NADERA."
Nadera hanya bisa memutar matanya jengah. Toh si Alan tidak akan berani menyebar fitnah kecuali dia benar-benar sudah terima nyawanya, jabatannya bahkan harga dirinya di cabut oleh Haidar.
Atau yang lebih parah di suruh push up sampai besok.
"Awas lo Lan, pulang jalan kaki." Ancam Haidar langsung pergi meninggalkan kantin.
Alan terdiam sejenak berusaha mencerna ancaman Haidar.
"LO KOK KEJAM BANGET SIH DAR?!"
"NGGAK BISA GITUUU!"
Ezra terkekeh sampai perutnya terasa keram. "Mampus lo! Jalan kaki ya Lan lewat pinggir jalan terus jangan lupa pakai Kostum Mampang."
Ezra tertawa kencang lalu berlari menyusul Haidar.
"Kita nggak ikut-ikutan." Ucap Nadera mengangkat tangannya.
"Mir, gue pulang bareng lo ya. Pleaseeeee, besok semua PR lo gue yang kerjain. Masalahnya duit gue menipis banget buat bayar ojek." Rengek Alan.
"Sorry, gimana? Kayaknya gue mau pulang bareng pacar gue deh. Bareng Nadera sana."
"Gimana? Bareng gue? Emang lo nggak malu habis ngeledekin gue terus minta pulang bareng?" Cibir Nadera.
"Siballll!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangku Cinta
Teen FictionKisah dua remaja yang saling membenci karena sifat mereka yang bertolak belakang, namun mereka disatukan dalam bangku yang sama. Bangku SMA adalah masa dimana seluruh anak remaja mulai semakin giat belajar, begitu juga dengan dua remaja yang selalu...