Chapter | Satu |

15 4 1
                                    

"Li, kalau papah jodohin kamu sama anaknya bos papah kamu mau gak?" Tanya putra papah Lia.

Lia berdeham panjang "serah papah deh, Lia juga capek jomblo terus dari kecil sampe Segede gaban gini Masi aja jomblo" pasrah Lia sambil curhat.

"Yaudah pah langsung aja nikahin" seru Ridwan adik Lia satu satunya.

"Kamu kira nikah itu gampang apa" omel Mutia sambil meletakkan kopi buatannya untuk suaminya.

Lia melirik sekilas "tau tuh mah si anak pungut ikut-ikut melulu"

"Sembarangan Lo anak haram"

"Sialan Lo anak pungut"

"Wah, ngajak berantem Lo"

"Ayok, siapa takut"

Putra memijat pelipisnya pusing, ia juga bingung kenapa kedua anaknya tidak pernah akur.

"Udah-udah, jangan berantem ini Masi pagi" lerai Mutia.

Lia menatap sengit ke arah Ridwan "Tau tuh mah si anak pungut"

"Mata Lo biasa aja bisa gak sih, gue colok mampus lu"

"Sebelum Lo nyolok gue udah gue colok duluan mata Lo"

"Yakin bisa nyolok gue"

"Wah, nantangin Lo"

"Kalo emang iya kenapa"

Lia beranjak dari duduknya untuk membogem wajah adiknya yang sangat meresahkan baginya.

"Udah-udah, jangan berantem" ujar putra dan Mutia bersamaan

Lia kembali duduk dan menghelang nafas untuk meredakan emosinya

"Satu lagi, kalian itu saudara jadi jangan sampe nyakitin satu sama lain" lanjut Mutia

"Kalo aku mahh nggak pernah nyakitin kakak, tapi kakak yang sering nyakitin aku" adun Ridwan.

Lia kembali berdiri "udah-udah" teriak Mutia "jangan berantem"

Putra menghelang nafas pelan "gini banget punya anak dua"

°°°

"Wah, gila banyak banget tamunya" kagum Ridwan menatap sekeliling.

"Biasa aja kali" komentar Lia.

"Kalian berdua inget, jangan sampe berantem, disini banyak orang" nasihat Mutia diangguki mereka berdua.

"Dan buat kamu Lia, nanti papah bakal kenalin kamu keanak bos papah" Lia mengangguk sebagai jawaban.

Lia menatap sekeliling takjub, pandangannya terhenti pada meja yang berisi banyak kue "surga dunia" gumannya lalu pergi meninggalkan mereka semua.

"Lah, mau kemana tu anak" tanyanya pada diri sendiri "pah,mah Ridwan susulin kakak dulunya takutnya ntar ilang" pamitnya di angguki mereka berdua.

"Hey, sedang apa kalian berdiri disini" tanya Abraham bos putra.

Mereka menoleh "oh ini, lagi ngelihatin anak-anak takutnya mereka berantem"

"Gimana kalo kita kesana, sekalian ketemu sama calon mantu" mereka semua terkekeh lalu mengangguk.

"ayo"


°°°

"Woi kak! makan nggak ngajak-ngajak" kesal Ridwan.

PERJODOHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang