Special Story 1 •happy birthday my love•

415 56 6
                                    

Silahkan apresiasi tulisan ini dengan memberi komentar atau vote!


Sania merasakan pening di dua pelipis kepalanya, pekerjaan di kantor hari ini sangat banyak. Menjelang akhir tahun setiap korporasi pasti disibukan dengan proses tutup buku keuangan, pun begitu dengan perusahaan nya.

Meskipun Sania tidak bekerja secara langsung, namun Ia yang duduk di pucuk pimpinan operasi bisnis memiliki tanggung jawab besar dalam proses ini.

Ditambah lagi muncul masalah baru, beberapa hari yang lalu ada masalah terkait distribusi produk mereka. Badai Kammuri yang terjadi awal Desember membuat jadwal shipping kargo produk HM Cosmetics ke beberapa negara menjadi terganggu. Akibatnya menjelang akhir tahun, banyak outlet yang kehabisan barang.

"Ohh.. gimana udah ada kabar soal cargo?". Tanya Sania ketika ketua tim pemasaran 1, yakni Jihan datang ke kantor direktur.

"..untuk pengiriman laut sepertinya masih akan tertunda sampai awal tahun terutama yang ke Filipina, pelabuhan mereka masih ditutup. Untuk itu kita lagi usahain ngirim lewat udara buat pengiriman yang urgent".

"Oke deh, thanks Jih!. Oh ya, jangan lupa komunikasi dulu ke bagian keuangan. Aku ga mau ada masalah baru di pembukuan".

"Siap, udah aku siapin laporan tembusan ke mereka".





Sania memijat pelipis kepalanya, pekerjaan di kantornya seolah silih berganti dan tak selesai-selesai.

Pada akhirnya jam lima sore semua pekerjaan hari itu selesai. Sania mengecek dan berpamitan kepada karyawan-karyawan yang masih lembur, sembari meminta sekretarisnya untuk membelikan makanan dan minuman bagi mereka.

Selanjutnya Ia turun ke lobi menunggu sopirnya, lalu meminta untuk segera cepat pulang. Hari itu sangat melelahkan baginya dan Ia hanya ingin beristirahat.

Setelah lebih dari satu jam menembus kemacetan jalanan Jakarta Selatan, akhirnya Ia sampai di rumah. Semuanya nampak normal, Mama mertuanya sedang duduk di ruang tengah sembari mengawasi Harvey. Sedangkan Jeffrey dan Papanya masih belum pulang.


Sania ragu-ragu untuk mendatangi sang mama mertua.

"Ma, maaf ya. Sania bisa minta tolong buat jagain Harvey sampai Jeffrey pulang ga?. Sania lagi ga enak badan, mau istirahat lebih awal". Meskipun ragu akan mendapat respon positif, Sania tetap mencobanya. Tubuhnya sudah terlalu lelah dan hampir tumbang.

"Ya udah sana bebersih terus istirahat". Balas mertuanya.

Sania terkejut, mertuanya itu biasanya akan sedikit kesal jika Ia meminta hal seperti itu. Namun, saat ini beliau menyetujui permintaan nya. Ia berpikir kalau Mama mertuanya sedang dalam mood yang bagus, makanya Ia bersyukur.

"...makasih ya Ma, Sania naik dulu".





Sehabis membersihkan diri Ia langsung naik ke ranjangnya, sebelum itu Sania minum obat penurun deman terlebih dahulu setelah mengecek suhu tubuhnya yang tinggi, sekitar 39 derajat celcius.

Ia tertidur sangat pulas, hingga tak sadar sudah berapa lama Ia tidur. Sania akhirnya membuka mata, tubuhnya keringatan karena memakai hoodie dan kini sudah tidak terlalu panas lagi.

Lampu utama di kamarnya belum menyala, artinya suami nya belum pulang. Jadi Ia memperkirakan saat itu masih sekitar jam delapan malam.

Namun Ia sangat terkejut ketika mengecek handphone miliknya. Di layar tertera saat itu sudah hampir jam dua belas malam. Sana terlonjak dari ranjangnya, bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka pelan.

Marriage Stories | 96 GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang