11 •true calling and true colors•

342 60 5
                                    




Seyla beranjak dari tempat duduknya ketika seorang barista memanggil pesanan atas namanya dari counter di seberang.

"Thanks..". Ucapnya setelah menerima cup minuman pesanannya.

"Seylaa!!".

Seyla tersentak, ketika dari arah pintu masuk seorang yang mengenalnya datang.

"Hey Kak!". Balas Seyla kikuk.

"Tumben bisa ketemu di sini. Dulu lo jarang banget mau main ke kantor bokap".

"Iya ada urusan bentar, nih habis ini gue pergi lagi".

"Buru-buru amat". Laki-laki bernama Sean itu mengecek jam di tangannya, "masih ada waktu 20 menitan, sabi lah ngobrol dulu".

Seyla tertawa kikuk, karena memang dirinya tidak pernah menyangka akan bertemu Sean lagi. Setelah keributan dan masalah yang terjadi di antara keduanya beberapa tahun lalu.

Daripada tidak nyaman, Ia merasa tidak enak. Kejadian waktu itu memang cukup buruk, sampai-sampai keduanya memutus hubungan yang bahkan belum di mulai.


"Duh Kak, gue kayaknya harus pergi nih". Seyla berusaha mencari alasan untuk pergi setelah mencoba duduk tak lebih dari satu menit bersama Sean.

Laki-laki itu menahan lengan Seyla, "kenapa? lo masih ga nyaman gara-gara waktu itu ya?".

"ggga kok, gue emang harus pergi aja". Elaknya.

"C'mon Sey, what happened in the past stays in the past. Gue ga sepicik itu, ya walaupun waktu itu gue sempet marah dan sakit hati gara-gara omongan nyokap lo. Tapi sekarang sama sekali ga ada, dan gue ga pernah benci lo".

Seyla kembali duduk setelah mendengarkan ucapan panjang Sean. Jujur perasaan sedih kembali lagi, ucapan dan umpatan kasar Mamanya masih membekas dalam ingatan Seyla. Sulit bagi orang normal untuk tidak mengambil hati karenanya.

"Gue minta maaf buat waktu itu Kak. Harusnya dari dulu gue lakuin, tapi gue terlalu takut buat ketemu sama lo".

"Ya, gue tau apa yang lo rasain. Pasti beban banget buat lo. But, i'm tottaly fine, now. Thanks to your Bokap".

"Hah?? emang bokap kenapa?". Seyla sama sekali tidak tahu perihal hubungan Papanya dan Sean setelah kejadian yang lalu.

"Bokap lo selalu ngasih support ke gue, beliau sering ngarahin gue ke project-project yang dihandle koleganya. Makanya gue bisa bertahan bahkan step-up di industri ini".

Seyla jadi paham, karna memang dulu bisa dibilang dia dan Sean dekat saat sama-sama merintis di industri entertain. Dan sekarang keduanya telah sukses di jalan masing-masing, dimana Seyla lebih fokus di Film serta iklan. Sedangkan Sean sukses sebagai aktor drama televisi.

"Gue juga jadi nurunin ego setelah bokap lo cerita soal kondisi nyokap lo".

"Maksudnya?".

"Gue tau, kalo nyokap lo mentally unstable. Ga bisa bedain antara realita dan fantasi dia. Kaya waktu itu, beliau ngira kita berdua ada hubungan pacaran padahal cuma berteman baik".

"Ohh...". Balas Seyla singkat.

Seyla dan Sean kemudian membicarakan perihal kehidupan masing-masing.


"Oh ya, Sey kenalin ini pacar gue sekarang". Ucap Sean dengan pelan, ketika ada yang datang lalu merangkul pundak Sean.

"Hai Seyla, gue Jere...".

Seyla sangat terkejut, setelah sadar yang dikenalkan sebagai pacar dari Sean rupanya juga seorang laki-laki.

Marriage Stories | 96 GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang