Selamat membaca~
Kicauan burung yang menari-nari di atas langit sebiru lautan membuat suasana menjadi semakin bising. Drum-drum yang berisi air maupun tangkapan nelayan tersebut tersusun rapih di tepi dermaga. Orang-orang yang berlalu lalang di dekat sini sibuk kesana dan kemari untuk membeli para budak yang baru saja datang dari pulau sebelah. Jihan mendongak ke atas. Matanya menyipit tatkala sinar mentari senja yang menyilaukan Indra penglihatannya tersebut.
Dengan rambut yang diikat satu namun tampak berantakan dan dress putih lusuh nan kotor, Jihan mengalihkan pandangannya pada kedua tangan yang terikat oleh tambang yang terlihat begitu kuat dan kokoh. Beberapa wanita muda hingga anak-anak termasuk dirinya, berbaris mengikuti pria yang memandu jalan mereka. Sudah dua hari berlalu semenjak Jihan menaiki kapal dari pulau Grayson sampai di tempat ini tanpa diberi makan maupun minum.
Kini, tenggorokan Jihan terasa sangat kering dan haus. Bahkan untuk membuka mulut pun sepertinya tidak bisa.
Jihan hanya bisa menunduk. Kakinya berhenti melangkah ketika rombongan yang ikut berbaris dengannya terhenti. Ada apa ini? Apakah mereka sudah sampai di tempat penjualan budak dan pelelangan? Penasaran dengan keadaan yang ada, Jihan memiringkan kepala dari wanita yang menghalangi penglihatannya.
Di ujung sana, terdapat seorang pria bertopi hitam yang sedang berbicara dengan prajurit kerajaan. Setelah pria bertopi hitam itu mengangguk, para prajurit pun berjalan mengitari barisan budak-budak ini dari depan hingga belakang.
"Apakah di sini ada yang dari Negara Fetolian?" Ucap salah satu tentara tersebut.
Fetolian adalah Negara yang sudah dikalahkan oleh Van Damme - Negara yang baru saja didatangi Jihan. Apa urusan mereka untuk mencari orang-orang dari Fetolian? Dengan ragu, Jihan mengangkat tangan kanannya.
"Sa ... Saya. Saya dari Negara Fetolian," jawab Jihan sedikit gemetar.
Seorang ksatria yang sedari tadi menemani para prajurit itu menghampiri Jihan. Pria itu memiliki rambut berwarna putih seperti salju dan mata yang mempunyai warna senada. "Apakah benar kau berasal dari sana?"
Jihan mengangguk tenang meski ia merasa sangat takut, "iya, Tuan. Saya adalah satu-satunya orang yang tersisa dari Negara yang sudah kalah, Fetolian."
Jean menatap manik mata Jihan lalu mengalihkannya pada pria bertopi hitam yang sedang menyaksikan mereka dari ujung sana, "aku akan membeli budak ini. Berapa harganya?"
"Tunggu, Anda akan membelinya? Maaf, Tuan. Itu tidak bisa karena ada seseorang yang sudah memesannya terlebih dulu pada saya. Jika Tuan berkenan, maukah Anda melihat-lihat budak yang lain?" Ujar pria itu.
"Saya adalah utusan langsung dari kekaisaran. Apakah kau berniat untuk menentang apa yang saya katakan tadi? Beritahu harga yang orang itu berikan untuk membeli gadis ini."
Ludwig berdecak kesal, "dia dibeli seharga sepuluh juta emas. Itu adalah harga paling mahal untuk bisa membelinya."
"Kalau begitu, pihak kerajaan akan membelinya seharga seratus juta emas. Bagaimana? Saya harap Anda menerimanya karena ini bukanlah tempat pelelangan melainkan tempat penjualan budak biasa."
Jangankan Ludwig, Jihan saja melotot mendengar harga yang ditawarkan pria ini untuk bisa membelinya. Memang kerajaan Van Damme tidak main-main. Namun, bukankah ini terdengar sangat lucu jika kerajaan mengeluarkan uang sebanyak seratus juta emas hanya untuk membeli seorang budak lemah sepertinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Knight of Van Damme
FantasyON GOING Jihan Parvise. Satu-satunya orang yang tersisa di Negara yang sudah dikalahkan oleh Van Damme yaitu Feliton. Hidupnya berakhir menjadi seorang budak yang diperjual belikan di Negara Van Damme. Namun siapa sangka jika ada seseorang yang mem...